Sudah 3 hari tiga malam Zein tidak sadarkan diri, berkali-kali dia menyemburkan darah kehitaman dari mulutnya meski matanya masih tertutup. Ratu Sekar begitu khawatir pada keadaan sang kekasih dia tidak perduli pada pangeran Ryusuke yang seluruh tubuhnya dibalut perban kayak mumi karena tubuhnya seperti terkena luka bakar.
Selama itu juga suasana diistana Bingtang tenggara seperti terselubung asap hitam. awan gelap udara panas petir terus menyambar-nyambar angin bertiuap sangat kencang, tidak ada yang berani keluar rumah sungguh kejadian yang sangat aneh bagi seluruh warga juga anggota kerajaan.
Bahkan putra mahkota juga sudah turun tangan untuk membantu para warga untuk mengungsi kedaerah yang lebih aman.
****
Ini adalah hari ke empat Zein terbaring dengan mata terpejam. Perlahan kelopak mata itu menunjukkan sinarnya, dia menyerengit merasakn sakit disekujur tubuhnya. Dia mengingat kembali kejadian yang menimpanya hingga membuatnya terluka sangat parah.
"Rajawali," Gumamnya. Dia berusaha untuk bangkit, namun rasa sakit didadanya membuatnya harus bersabar lebih dulu untuk tidak pergi kemana-mana.
****
Arsy seperti biasa, hari ini dia akan membershakn tubuh Zein, dia pun membuka pintu kamar pria itu, alangkah terkejutnya dia melihat sosok yang berbeda didepannya. Seorang pria yang begitu tampan rupawan, bermahkota warna emas ditengahnya angka satu diujungnya berbentuk bulan bintang. Bajunya berwarna putih terbuat dari sutra.
"K-kau siapa?" Tanyanya. Pria itu mematap gadis itu lembut.
"Kau lupa padaku, Arsy? " Godanya.
"Zein? " Tanyanya memastikan. Pria itu tersenyum tipis. Gadis merasa sangat bahagia dia menjatuhkan nampan yang berisi baskom berisi air. Lalu menerjang pria itu.
Karena kondisinya memang masih sangat lemah,lukanya pun belum mengering dan masih terasa sakit membuatnya terjatuh diatas ranjang bersama dengan gadis itu yang menimpa tubuhnya.
Mata merekapun bertemu pandang, mata Arsy seakan tak bisa berkedip, dia terpana melihat penampilan yang berbeda dari pria yang ada didepannya.
"Uhuk...uhuk...uhuk..." Zein terbatuk merasakan d**a kirinya sesak dan nyeri. Arsy tersentak saat mendengar pria itu terbatuk,dia segera bangkit dari tubuh Zein.
"Maaf," Sesalnya. Pria itu berusaha bangkit kembali. Dia menarik nafas dan menghembuskan perlahan, lalu dia menatap gadis itu kembali. Gadis itu masih terlhat menunduk.
"Arsy, " Panggilnya. Gadis itu kembali mendongakkan kepalanya menatap Zein.
"Bagaimana kondisi diluar?" Tanyanya. Arsy menautkan sebelah alisnya.
"Cuaca," Kata Zein memperjelas.
"Sangat buruk, Zein. Siang malam udara sangat panas, tapi awan sangat gelap, anginnya begitu kencang petir menyambar-nyambar, sangat menakutkan, Zein," kata Arsy menjelaskan. Gadis itu bergidik ngeri saat membayangkan suasa yang tarjadi. Pria itu menundukkan pandangannya, dia sudah tau ini akan terjadi bila pedang itu mengamuk, kemudian dia kembali mendongakkan pandangannya.
" Arsy, "Pangilnya.
"Ya," Jawabnya.
"Jadilah istriku!" Pintanya.
1 detik
2 detik
3 detik
Gadis itu hanya mengerjapkan matanya, ini sangat mengejutkan untuknya, dia akui dia sangat menyukai pria itu, tapi gadis itu tidak pernah mengharap lebih.
"Kau tidak mau? aku memang tidak bisa menjanjikan perasaan padamu, tapi aku janji akan menjadi suami yang setia," Tambahnya. Gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Bukan, Zein. Tentu saja aku mau, aku sudah sangat senang kau izinkan aku berada disekitarmu, aku sangat terkejut, sungguh," jawabnya cepat. Pria itu tersenyum lembut mendengar jawaban Arsy.
"Tapi,Zein-, "Katanya menggentung.
"Hm?" Kata Zein.
"Aku masih 17 tahun aslinya, tidak apa-apa,'kan?" Tanyanya ragu. Dan ditanggapi dengan anggukan oleh pria itu.
"Kemarilah!" Serunya. Gadis itu hanya menurut saja.
"Aku masih belum kuat untuk berjalan, jadi bisakah kau membantuku?" tanya pria itu. Arsy mengangguk.
"Bagaimana keadaan pangeran, Ryusuke?" Tanya Zein.
"seperti mumi. Seluruh tubuhnya dibalut karena seperti terkena luka bakar," Jawabnya. Seperti menahan tawa.
"Sudah ku duga," Kata Zein. Gadis itu menatap pria tu tak mengerti.
"Tabib sudah mencoba untuk mengobatinya, tapi belum ada hasil," Terangnya.
"ayo kita temui pangeran!" Serunya. Arsy sedikit terkejut dengan ajakan Zein.
"Untuk apa, Zein? Dia sudah membuatmu begini," Kata Gadis itu seakan tak terima.
"Tak akan ada yang mampu menolongnya, Aray, " Katanya. Gadis memandang aneh pada pria yang disuka itu.
"Kau tak akan mengerti Ranze, sekarang bantu aku berdiri". Katanya.
"Kenapa aku harus membantumu, Zein? bukankah kau punya kaki," Katanya bingung. Pria itu menghela nafas sepertinya gadis itu tidak memahami kondisinya.
"Kau itu sungguh tidak mengerti," Keluhnya.
"Baik, baik, "Putus Aray mengalah. Dia pun mulai membantu Zein. Namun tiba-tiba keseimbangan pria goyah hingga gadis itu memeluknya agar pria itu tidak terjatuh kembali bertepatan saat itu pintu kamarnya terbuka dan menampilkan sosok ratu Sekar disana.
Melihat adegan mesrah itu hati Ratu Sekar terasa panas, dia pun melangkahkan kaki mendekati dua orang yang saling berpelukan itu.
"Apa yang kalian lakukan?" Tanyanya penuh selidik. Sontak Zein melepaskan pelukan Arsy lalu menoleh pada Sekar.
"Ratu Sekar," Sapa Arsy menunduk hormat.
"Ada apa Sekar? " Tanya Zein lembut. Hati Arsy terasa tercubit mendengar pria itu berkata lembut pada wanita lain.
"Apa kalian pacaran?" Tanya Sekar penuh selidik. Arsy hanya menunduk, dia masih ingat bagaikmana histerisnya wanita itu pria itu tersungkur dengan luka yang sangat parah. Zein menggenggam tangan Arsy.
"Calon istriku," Jawab pria itu tegas. Sekar nampak tak percaya dan tak ingin percaya.
"Itu tidak benar,'kan?" Tanya Sekar memastikan.
"Itu benar, Sekar. Aku akan menikah dengannya," Tegasnya.
"Tidak, katakan itu tidak benar kak, Zulka! " Teriak Sekar yang tak ingin menerima kenyataan.
"Kenapa kau ingin begitu, Sekar?" Tanya Zein.
"Karena kau mencintaiku," Jawabnya.
"Kau tidak mencintaiku, Sekar, "Balas Zein.
"Aku mencintaimu, kak, Zulka, "Kata Sekar.
"Kau tak memilihku,Sekar. Aku hanya pelengkap Sepimu," Tukas Zein . Wanita itu menggelengkan kepalanya