Mereka berdua saling bertatapan menguarkan aura membunuh yang sangat kental. Seandainya Zein tidak ingat pada kutukan kakek itu, dia akan menghabisi pangeran Ryusuke dengan raiton soranya, tapi dia tidak melakukan itu karena bersamaan jurus itu dikeluarkan makan sebilah pedang akan menusuk jantungnya.
Pangeran Ryusuke menarik pedangnya hingga membuat luka ditelapak tangan Zein semakin dalam.
"Aku menantangmu bertarung pelayan," Katanya. Zein menurunkan tangannya membiarkan tetesan darah itu mengotori lantai. Ekspresinya berubah lebih tenang namun tetap datar.
"Saya hanya seorang pelayan pangeran, dan saya tidak pantas bertanding melawan anda," Katanya sopan. Perkataan Zein semakin membuat pangeran itu marah.
"Aku mengizinkanmu bertarung denganku, bersihkan luka ditanganmu! aku menunggumu alun-alun kerajaan sore ini pelayan, dan aku pastikan kau akan kalah dariku," Katanya angkuh. Setelah itu pangeran Ryusuke pergi meninggalkan Zein.
Kakek Iruga meringis melihat luka yang dalam ditelapak tangan Zein begitupun dengan Arsy, Mereka berdua segera mendekati pria itu.
"Zein, maafkan kakek sudah membuatmu dalam masalah," Sesalnya. Zein Zulkarnain mengalihkan perhatiannya pada pria tua itu, dia tersenyum lembut.
"Kakek tidak perlu merasa bersalah, aku hanya melakukan keajiban sebagai cucu kakek," Katanya. Kakek tua itu terharu, selama ini dia tidak punya keluarga yang menganggapnya berharga apa lagi mengorbankan dirinya, dia hanyalah seorang pelayan rendahan yang selalu mendapat hinaan.
"Zein. Sepertinya lukamu cukup dalam, darahnya tidak mau berhenti, bagiamana kalau kau kehabisan darah," Kata Arsy khawatir. Zein mengangkat tangannya kembali, dia memperhatikan luka ditangannya yang menganga, membuat rasa nyeri perih dan panas.
"Zein. Sebaiknya kita obati lukamu dulu, nak,"usul kakek. Zein kembali mengalihkan perhatiannya pada sang kakek, terdapat luka lebam diwajahnya, pakekaannya sobek-sobek dan banyka cambukan yang membiru.
"Baiklah, tapi biar aku obati luka kakek dulu," Kata Zein. Kakek itu memandang cucunya bingung, yang dia tau cucunya tidak ahli urusan medis, mengompres demam saja tidak bisa bagaimana mengobati lukanya.
"Percayalah padaku! kek,"Katanya meyakinkan saat melihat tatapan ragu dari sang kakek.
"Baiklah,"jawab kakek Iruga.
"Aku tidak tau, apakah kutukan itu juga berlaku untuk cakra penyembuhan,"Batinnya ragu.
Zein meletakkan telapak tangannya yang tak terluka diatas luka sang kakek, dia mulai berkonsentrasi untuk mengeluarkan cakra penyembuhan yang dia miliki. Saat dia mulai mengeluarkan cakra itu, dia kembali merasakan tubuhnya seperti dipukuli dari dalam, dia mencoba tetap bertahan. Tangannya terus memancarkan cahaya putih kebiruan, kakek Iruga merasakan kesejukan dilukanya tapi Zein merasakn tubuhnya seperti terbakar.
Arsy menatap heran juga cemas pada Zein, wajahnya semakin memucat keringat dingin membasahi keningnya.
Jleb
Jleb
Jleb
Zein memejamkan matanya, dia merasakan seakan sebilah pedang menusuk perutnya berkali-kali, tapi dia tau itu bukan raganya yang tertusuk tapi seakan seseorang melakukan didalam tubuhnya. Jiwa Zein Zulkarnain lah yang terluka.
Nyeri, ngilu dan terasa panas namun Zein tetap mempertahankannya dia terus mengalirkan energy murni pada kakek itu.
Darah mengalir dari sudut bibirnya entah kenapa seakan hidup mempermainkannya. Zein menghentikan pengyembuhannya.
"Bagaimana kakek?"tanyanya. kakek itu hampir tak percaya dengan yang dilihatnya lukanya hilang tanpa bekas.
"Siapa sebenarnya kamu, nak?" Tanya kakek itu tak percaya.
"Aku cucumu, kek,"Jawab Zein.
Arsy masihmembeku ditempatnya, matanya melotot wajahnya terlihat ketakutan.
"Zein, jangan lagi!"Katanya. Sontak Zein dan kakek Iruga mengalihkan perhatiannya pada Arsy yang terlihat ketakutan.
"Kau kenapa, Arsy? kau lihat apa?"Tanya Zein bingung.
"Zein, kau akan mati jika begitu terus. Kakek tua itu, dia menusukmu dengan sebilah pedang panjang". Katanya. Zein hanya diam dia mengerti maksud gadis itu, dia mulai berfikir gadis itu bisa melihat sesuatu yang tak bisa dilihat semua manusia.
Kakek Iruga terlihat menunduk dia mengira bahwa gadis itu menuduh dirinya.
"Bukan kau kakek, yang dimaksud, Arsy "jelasnya. kakek Iruga mengangkat wajahnya kembali dia menatap cucunya penasaran.
"Nanti aku jelaskan, sekarang sebaiknya kita kembali, aku sangat lelah," Kata Zein. Mereka berdua pun mengangguk setuju.
Arsy terus memperhatikan Zein yang mulai membaringkan tubuhnya, tangannya telah diperban.
"Kenapa terus menatapku, Arsy? "Tanya Zein.
"Siapa kakek itu?" Tanya Arsy. Zein menegakkan tubuhnya kembali, batal acara istirahatnya karena sepertinya gadis itu sangat penasaran, pria itu menyandarkan punggungnya pada dipan lalu menghembuskan nafas.
"Memang tadi apa yang kau lihat, Arsy?" Tanya Zein.
"Kakek itu memakai jubah putih, awalnya aku tidak melihatnya tapi saat kau berkonsentrasi penuh pada cakramu dia langsung datang membawa pedang panjang dan langsung menusuk tepat diperutmu,"Katanya. Ekspresinya berubah menjadi takut.
"Lalu?" Tanya Zein penasaran.
"Aku melihat organ tubuhmu yang paling penting tertusuk dan mengeluarkan darah, saat itu aku juga melihat kau memuntahkan darah segar dari bibirmu," Lanjutnya.
"Bukankah itu wajar," jawab Zein santai. Arsy menaikkan sebelah alisnya.
"Wajar bagaimana? aku sering melihat ninja media atau pun tabib mengobati pasien tapi tidak ada kakek itu,"Katanya tidak mengerti.
"Wajar kalau muntah itu dari mulut bukan dari telinga," Jelasnya. Alis gadis itu berkedut kesal, dari tadi dia menghawatirkanya.
"Zein Zulkarnain...! "Geramnya. Pria itu tersenyum melihat gadis itu kesal, sangat menyenangkan menggoda gadis muda itu.
"Dia adalah orang yang mengutukku,Arsy," Jawabnya. Arsy nampak tak mengerti maksud perkataan pria itu.
"Ceritanya panjang, tapi intinya kekuatan apapun yang ada dalam diriku tak akan bisa digunakan selain harus merasakan sakit yang sangat luar biasa, itu hukuman untukku,"Jawabnya sendu. Arsy menjadi tidak tega melihat pria itu yang berubah jadi murung.
"Aku tak tau apapun tentangmu,Zein, tapi aku percaya kau pria yang baik,"Katanya. Zein tersenyum tulus mendengar pujian gadis itu.
"Terimaksih," Katanya. Gadis itu pun mengangguk.
"Lalu bisakah aku sekarang istirahat?" Tanya Zein.
"Aku masih penasaran,Zein. Apa tadi kau tidak merasakan sakit?" Tanyanya.
"Aku sampai memuntahkan darah, itu artinya sangat sakit," Jawabnya gusar.
"Zein-'"Ucapannya terpotong.
"Arsy, biarkan aku istirahat sebentar, aku merasa sangat lelah, Arsy. Seluruh tubuhku terasa sakit," Keluhnya.
"Baiklah," Akhirnya gadis itu menyerah, dan meninggalkan Zein sendiri.
"Aku pun tak ingin menggunakn kekuatan itu kalau tidak terpaksa," Gumamnya.
God's representatif
Pangeran Ryusuke berjalan dengan langkah panjang dikoridor istana dia berniat menemui kakak tertuanya yaitu putra mahkota, akhirnya dia sampai diistana sang kakak.
"Kak,Rui," Sapanya. Pria yang dipanggil Rui itu berbalik dia memandang adiknya.
"Ada apa pangeran, Ryusuke,"Tanyanya.
"Tolong pinjamkan aku pedangmu."Katanya. Pangeran Rui nampak tidak mengerti maksud ucapan sang adik.
"Pedang Rajawali milikmu,"Tambahnya.
"Ryusuke, pedang itu sebenarnya bukan milikku, aku menemukannya disebuah desa yang sepertinya habis terkena bencana,"Jelasnya.
"Tetap saja itu sudah jadi milikmu, kak. Ayolah, kak! aku membutuhkannya untuk pertandinganku nanti," Bujuknya.
"Pertandingan apa?".Tanya Rui bingung.
"Aku menantang, Zein,bbertarung," Jelsnya. Rui hanya bisa menghela nafas dia hafal betul tabiat adiknya itu.
"Baiklah, tapi jangan sampai aku terluka,"Pesannya. Ryusuke merasa dirinya diatas awan.
*****
Waktu semakin berlalu sesungguhnya Zein sangat ragu, entah kenapa perasaannya jadi tidak enak.
"Hff". Dia menghela nafas.
"Zein. Apa kau sudah siap?" Tanya sang kakek.
"Iya, kek. Aku tidak ingin kakek diperlakukan buruk lagi,"Jawabnya.
"Zein,aku takut,"Kata Arsy.
"Yang mau bertarung aku, kenapa kau yang harus takut?"Jawabnya Santai.
"Sudah sebaiknya kita berangkat Sekarang". Saran kakek Iruga. Mereka berdua pun mengangguk.
*******
Suasana dialun-alun nampak ramai, terlihat banyak pengunjung telah hadir. Raja dan para ratu beserta para pangeran juga tak ketinggalan.
Zein berjalan dengan tenang hingga tiba-tiba sebuah suara menghentikan langkahnya.
"Zein Zulkarnain, kau akan membayar semuanya".
Perasaan Zein semakin tidak enak mendengar suara yang entah dariamana asalnya.
"Kenapa,Zein?" Tanya kakek Iruga. Zein hanya menggeleng.
"Apa kau masih sakit,Zein?" Tanya Arsy cemas. Lagi-lagi pria itu hanya menggeleng. Dia menatap kedepan, terlihat pangeran Ryusuke sudah siap dengan wajah angkuhnya, tapi ada satu yang menarik perhatian pria itu. Pedang yang digenggam pangeran itu, mata Zein terbelalak karena itu adalah pedang miliknya pedang Rajawali. Tak semua orang bisa mengendalikan pedang itu, satu tebasan pedang itu bisa menghancurkan gunung jika dengan kekuatan penuh, bila tak mampu mengendalikannya pada pemegangnya akan terkena petaka.
Tanpa memikirkan apapun Zein segera melangkah ketempat yang disediakan untuk pertandangingan mereka.
Pangeran Ryusuke menatap tajam Zein yang sudah berada didepannya.
"Akhirnya kau datang juga pelayan," Ucapnya meremehkan.
"Ya, pangeran,"Jawab Zein sopan. Pria itu mengamati sekelilingnya tanpa sengaja matanya menangkap wanita yang paling dicintainya hingga membuatnya harus menerima kutukan itu. Ratu Sekar wangi duduk disamping sang Raja. Kemudian dia kembali memandang Ryusuke tatapannya beralih pada pedang yang digenggam pangeran itu.
"Pedang itu tidak cocok untuk anda pangeran," Komentarnya. Ryusuke menatap tajam pria itu.
"Kau pikir , kau siapa?! atau sebenarnya kau takut,"Cemoohnya.
"Saya hanya mengingatkan anda, pangeran,"balasnya tenang.
"b*****h, aku akan membunuhmu dengan pedang ini," Ucapnya penuh amarah. Zein hanya mengangguk.
Setelah itu Ryusuke memulai ancang-ancang untuk menarik padang itu dari sarungnya. Firasat Zein benar-benar buruk.
Sret
Sinar merah kekuningan langsung menguar saat pedang itu terlepas dari sarungnya, energy pedang itu sangatlah besar, Zein terus memeperhatikan Ryusuke yang sudah tertawa laknat.
Namun tawanya berubah jadi jeritan memilukan.
"Pangeran Ryusuke..!!" Teriaknya. Semua pengunjung panik dan kebingungan semua terbelalak saat pedang itu melesat keudara, sementara pangeran Ryusuke merasakan tubuhnya terbakar dia tidak fokus lagi pada pedang itu.
Para ratu dan raja juga pangeran menatap cemas kearah sang pangeran. Pedang itu dengan sangat cepat melaju kearah sang pangeran seolah ingin membunuhnya, semua mata membulat.
"Pangeran Ryusuke".
"Kakak Ryusuke".
"Ryusuke".
Begitulah teriakan orang orang yang berteriak memanggil nmanya karena menghawatirkan sang pangeran. Zein sangat cemas melihat pedang itu dengan cepat melesat kearah sang pangeran.
"Pangeran Ryusuke".
Zein langsung melompat dan menarik tubuh pangeran itu, namun dia tidak dapat menghindar dari pedang itu.
Jleb...
Sinar itu menghilang, semua menatap cemas pangeran Ryusuke yang masih mematung, raja dan para ratu seakan lupa caranya bernafas begitupun para pangeran.
Zein Zulkarnain memuntahkan darah segar dari mulutnya, dia melirik pedang itu yang menancap sempurna didada kirinya, dengan tangan yang gemetar dia mencabut pedang itu.
Bruk...
"Kak,Zulka...!"Teriak ratu Sekar melihat pria yang paling dicintainya tergeletak dengan luka parah didada kirinya.
Note:
Pedang rajawali memiliki kekuatan pedang matahari