Episode 11: Hukum tertinggi

1070 Words
Raja Warui sedang mengamati istananya tiba-tiba seorang pengawal masuk meminta izin kepadanya. "Maaf yang mulia maharaja ingin bertemu,"Katanya meminta izin. Dia mengerutkan keningnya bingung. "Tidak biasanya Maharaja kemari," Gumamnya. "Suruh masuk."perintahnya. Prajurit itu menunduk hormat lalu mengundurkan diri, tak lama kemudian sang Maharaja muncul dengan langkah yang berwibawah dia mendekati Raja Warui lalu menunduk hormat pada pamannya itu. "Ada apa keponakanku?."tanyanya. Sang Maharaja kembali menegakkan kepalanya dan memandang raja Warui. "Ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan dengan paman."jawabnya. Raja Warui melangkahkan kaki menuju tempat duduknya dia mempersilahkan sang Maharaja ikut duduk bersamanya. "Hal apa yang ingin kau bicarakan?." Tanyanya. "Tentang bencana yang terjadi dinegri ini, tapi bukan hanya itu paman."jawabnya. "Hmm."gumamnya manggut-manggut. "Aku juga telah menyelidiki sejak dulu apa yang terjadi dinegri ini, kehidupan rakyat yang selalu tertindas." Lanjutnya. Raja Warui langsung menegang mendengar perkataan keponakannya itu, mendadak wajahnya jadi murung dia merasa telah gagal menjadi seorang raja yang adil dan bijak untuk rakyatnya. "Paman kau baik-baik saja?."tanyanya memastikan. "Ya, aku hanya merasa telah gagal menjadi seorang raja selama ini keponakanku, ayahmu disana pasti akan mengutukku." Jawabnya sendu. "Tidak paman, paman tidak gagal hanya masih kurang, izinkan saya yang memperbaikinya paman." Katanya meminta izin. "Kamu ini bicara apa Maharaja, kau seorang raja jadi tidak perlu meminta izin dariku, aku mempercayaimu."kata raja Warui. Zein tersenyum mantap. "Saya tidak ingin menunda terlalu lama paman, hari ini saya telah meminta sekretaris kerajaan untuk mengumpulkan semua diaula."jelsnya. "Apa kau akan membahas hal ini dengan mereka?."tanyanya. "Tentu paman, mereka juga harus tau dan saya juga ingin mendengar pendapat dari mereka."jawabnya. "Baiklah lakukan apa yang menurutmu harus dilakukan."kata Raja Warui. "Baik paman."jawabnya. Kemudian Zein meninggalkan ruangan Raja Wurui dia berjalan menuju aula pertemuan para petinggi kerajaan, saat dia memasuki aula terlihat semua sudah hadir, diapun berjalan menuju singgah sananya yang lebih megah dari raja Warui. "Aku ingin membicarakan banyak hal dengan kalian." Katanya dengan suara lantang nan berwibawah. Seluruh audienpun saling menatap satu sama lain. "Maaf Maharaja, biasanya raja Warui akan mempercayakan semuanya pda kami, karena kami sudah mengerti tugas kami masing-masing."kata seorang mentri. Dan diangguki oleh yang lain terlihat mereka meremehkan dirinya. "Aku, Zein Zulkarnain, sang Maharaja dikerajaan ini, aku pemegang hukum tertinggi disini, dan aku pula yang akan menentukan apa yang harus kalian lakukan dalam tugas dan jabatan kalian, dan kalian tidak berhak mengaturku!."tegasnya memperingati. Zein adalah tipe orang yang tak suka diremehkan oleh siapapun. Tetapi sepertinya para petinggi kerajaan itu masih menganggapnya anak ingusan yang bisa dijadikan boneka meski memakai gelar raja. "Heheheh...tidak Maharaja, raja Warui saja tidak pernah membantah kami, kami ini kuat yang mulia, anda boleh mendapatkan gelar apapun tapi tetap kamilah yang mengatur kerajaan ini, dan jika anda berani melawan kami, kami bisa saja membuat anda tidak akan bisa bicara seumur hidup anda!."katanya meremehkan. "Hmmp."sang Maharaja menyeringai iblis membuat bulu kuduk para petinggi kerajaan merinding, mereka hanya mengira bahwa seorang pelayan akan selalu tunduk meski mendapt gelar apapun tapi mereka lupa bahwa dia adalah putra dari raja Ryuga. "Baiklah, kalau kalian bisa mencabut pedang naga langit dari alun-alun istana dan memasukkan kembali kedalam sarungnya aku Sang Maharaja akan melepas gelar ini, tapi jika kalian ternyata tidak mampu akupun akan mengambil jabatan kalian semua dan menggantinya dengan orang-orang baru."katanya.mereka kembali saling beradu pandang "Baiklah."kata mereka kompak. "Kenapa aku merasa hubungan mereka bukan sekedar saudara."gumamnya. "Siapa?."tanya pangeran Ryusuke. Dia baru saja keluar kamarnya dan mengenakan kursi roda karena tubuhnya masih seperti mumi. "Ratu Sekar dan Maharaja."jawabnya. "Benarkah?."tanya pangeran Ryusuke memastikan. Seperti baru mendapatkan sebuah ilham saat dia menyadari bahwa sekarang dia tidak sendiri diruangan itu, dengan gerakan patah-patah dia membalikkan badannya matanya langsung membola melihat kehadiran sang kakak ingin rasanya dia membuat kakaknya itu hilang ingatan atau telinganya tuli atau tidak bisa bicara agar ucapannya barusan tidak dibawah kemeja hijau. Ingat! Dia barusaja membicarakan hubungan terlarang antara Maharaja dan Ratu Sekar. "Ada apa Keisuke, kenapa terlihat terkejut begitu?."tanyanya pura-pura tak mengerti. "Ehehehe ... tidak ada, sejak kapan kak Ryusuke disini?."tanyanya setengah cengengesan. Pangeran Ryusuke memandang adiknya penuh selidik seperti ada yang disembunyikan oleh sang adik. "Dari mana kau tau?."tanyanya penasaran. "Apanya?."kali ini pangeran Keisuke pura-pura tak mengerti arah pembicaraan sang kakak. Pangeran Ryusuke mendelik tajam melihat adiknya yang pura-pura tak mengerti maksudnya. "Ah ... sudalah kakak tidak usah dibahas, anggap saja aku tak bicara apapun."katanya berusaha bernegosiasi dengan kakaknya. Tapi pangeran Ryusuke terlihat tidak suka dengan sikap sang adik. "Tapi jika kecurigaanmu benar itu bisa jadi senjata untuk mengeluarkan mereka dari istana ini."katanya. Pangeran Keisuke mencebikkan bibirnya sejujurnya dia tidak terlalu suka mengurusi urusan orang lain. "Keisuke ."panggilnya. Yang dipanggil berjenggit dan langsung memasang ekspresi serius didepan sang kakak. "Ku perintahkan kau untuk terus mengawasi mereka berdua!. "Perintahnya. Pangeran Keisuke hanya cengo dia sungguh tak percaya kakaknya akan menyuruh melakukan hal semacam ini jadi penguntit. "Kau mengerti Keisuke!?."tanyanya memastikan. "Ya."jawabnya. Setelah itu pangeran Ryusuke pergi meninggalkan sang adik yang tengah meratapi nasibnya. ***** Para petinggi kerajaan ini berkumpul mereka berada diruangan perdana mentri mahesa untuk membahas rencana membuat pedang Rajawali itu kembali masuk kedalam sarungnya. "Perdana mentri Arya apa kau punya usul mengenai cara mengembalikan pedang itu kesarungnya?."tanya Mahesa memintak pendapat. "Apa lagi mentri Mahesa selain kita harus mengeluarkan seluruh kemampuan yang kita miliki untuk mencabut pedang itu."jawabnya. "Itu benar perdana mentri, karena yang kulihat pedang itu memiliki kekuatan magic yang dasyat."kali ini mentri Mizuno memberi masukan. "Kalian benar, baiklah sudah diputuskan besok kita akan bersama-sama mencabut pedang itu dan kita tunjukkan pada Maharaja bahwa kita ini tidak bisa diremehkan."katanya penuh ambisi. ***** Zein Zulkarnain berada didapur istana, meski kini dia seorang Maharaja tapi dia juga menghormati rakyat kecil dan menunjukkan pada mereka bahwa mereka sangat berharga. "Bibi, hari ini kau masak apa?."tanyanya sopan. Wanita itu menunduk menghadap Maharaja. "Maaf Yang Mulia, apa anda ingin saya masakkan sesuatu?."tanyanya. "Sebenarnya hari ini aku merasa kurang enak badan bibi, kepalaku sakit dan perutku rasanya seperti diaduk."katanya dengan nada manja. Wanita itu tersenyum melihat sikap pria itu yang tetap manja dan tak berubah meski telah menjadi seorang penguasa. "Zein, kenapa kau ada disini?."tanya Arsy tiba-tiba. Pria itu hanya menghela nafas lelah, dia yakin calon istrinya itu akan menceramahinya atau menanyakan yang tidak-tidak atau memintanya mengajari ilmu pedang, mungkin sebaiknya dia kabur saja untuk sementara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD