Malam yang semakin larut membuat Laras susah tidur, selain karena banyaknya makanan ia juga membalas pesan dari Mahesa yang tak henti-hentinya menggoda. Laras tahu Mahesa itu tampan, dan sultan tapi jika bersanding dengan dirinya apa pantas? Meskipun Mahesa itu gak pernah membeda-bedakan tetap saja Laras merasa bukan dirinya yang patut di jadikan jodoh untuk pria itu. Eh tapi sebentar! Memangnya Mahesa mengungkapkan perasaannya kepada Laras? Gak sama sekali tapi Laras sudah percaya diri bahwa pria itu akan menyukainya. "Sadar diri Laras, kamu siapa untuk Mahesa? Lap tangan? Ha, ha, ha." Laras menertawai nasibnya sendiri. Dengan mulut yang penuh oleh sate ayam yang di belikan oleh Mahesa. Ponselnya berbunyi lagi membuat Laras menatap layar benda pipihnya itu. Mahesa: Kamu tidur sa