5.Putus Satu Tumbuh Seribu

1132 Words
Akhirnya Deri kembali berada di rumahnya setelah melancong ke Amerika selama sebulan. Dunia belum berakhir dan ia ingin memulai hidup baru. Berkat bantuan Indri sepupunya ia pun mengubah penampilannya. Ia baru tiba sejam yang lalu namun di rumah tidak ada siapapun. Karena orangtuanya sedang ke Bali. Ia hanya disambut Bi Titi sang ART dan tentunya Ambar. "Mas Deri??!!!" Ambar tidak percaya jika pria tampan di hadapannya adalah Deri, Dewa penolongnya di stasiun waktu itu. Deri yang biasa bertampang sangar kini tampak klimis dan tampan lebih mirip seorang pangeran. "Kok kamu kaget?" Deri tersenyum. Itu pasti efek dari perubahan penampilannya. "Hmmm, Mas Deri kok berubah." Ambar berkata gugup. Sebenarnya bukan itu yang ingin dikatakan. Mas Deri ganteng banget. Kalimat itu yang hanya bisa diucapkan dalam hati saja. "Cari suasana baru," Deri merespon singkat. "Saya hampir tidak bisa mengenali mas Deri," ucap Ambar lagi. "Masa sih." Deri tersenyum sok kegantengan. "Selamat datang kembali ke rumah," ucap Ambar lalu ia mohon pamit kembali bekerja. *** Deri menuju rumah sahabatnya yang bernama Gio. "Aduh model darimana nih?" Gio menggoda Deri saat pria itu membukakan pintu untuknya. "Ya Allah coba kalau aku belum punya kak Niko, aku pasti ngecengin Bang Deri." Raisya juga menggoda Deri. Ia kagum dengan penampilan Deri sekarang. "Efek dari putus cinta langsung bertransformasi." Seloroh Gio. "Gara-gara si Indri nih, gua jadi dipermak habis," tutur Deri. "Udah mending kaya gitu aja, gaya lama kaya preman, nah sekarang kan jadi klimis kaya model. O iya kalau minat daftar casting aja ke agency aku. Ada lowongan," celoteh Raisya. "Sorry ntar gua ketemu si Stella dong." Deri menggelengkan kepalanya. "Ga apa-apa lah, biar dia nyesel udah ninggalin Abang." Ucap Raisya. Gadis itu tampak puas dengan berakhirnya hubungan Deri dan Stella. "Buruan bikinin minuman Dek, lo jangan ngoceh aja. Kasihan Bang Deri pasti kehausan!" perintah Gio kepada adiknya. Tanpa menunggu Raisya segera beranjak menuju dapur. Mereka tinggal berdua tanpa ART. Sebenarnya ada namun hanya datang seminggu dua kali. Kedua orang tua Gio dan Raisya tinggal jauh di Palembang sejak 5 tahun yang lalu. "Gimana kabar lo, udah baikan?"Gio menanyakan kabar sahabat sekaligus bosnya. "Seperti yang lo lihat," jawab Deri tersenyum ceria. "Bagus lah. Lo emang harus move on Der, saatnya cari pacar baru," ucap Gio bahagia melihat perubahan Deri. Ia ingat sebulan yang lalu Deri sangat hancur untung tidak sampai bunuh diri juga. "Ha...ha...." Deri terbahak. Semua teman dan orang sekitarnya menganjurkan nyari pacar. "Putus satu tumbuh seribu lah!" ucap Gio lagi. Pria yang dipercaya Deri mengurus bisnis souvenir miliknya itu sangat peduli. "Laras ngecengin Abang loh sejak lama," beritahu Raisya yang sudah kembali dari dapur dengan dua cangkir kopi. "Lumayan tuh Der buat sementara." Gio setuju. "Daripada ngejomblo," timpal Raisya antusias menjodohkan Deri dengan sahabatnya. Saat sedang asyik mengobrol tiba-tiba datang seorang perempuan muda dengan seorang anak lelaki berumur dua tahun. "Pagi semuanya...." Sapanya. Ia menuntun anak kecil dan ditangannya sibuk dengan barang bawaan. "Hai sayang." Gio berdiri lalu menyambut wanita itu sambil meraih anak lnya. Ternyata wanita itu kekasihnya. "Ada Deri, kapan balik?" tanyanya sambil meletakkan tas yang tadi dipegangnya. Ia mengambil posisi duduk di samping Gio. "Kemarin. Oh iya itu oleh-olehnya di bagasi. Tolong bawa dong Sya!" Deri lupa dengan barang bawaannya. "Mbak Ira Mau berangkat ya?" tanya Raisya. "Iya, Irma lagi sakit, makanya mbak mau titip Iqbal di sini," kata Ira. "Boleh...boleh...kebetulan aku ga ada jadwal, ada Bang Deri juga. Tenang aja urusan Iqbal aku yang tangani." Dengan senang hati Raisya mau menerima Iqbal anaknya Ira. Gadis itu lalu keluar mengambil bingkisan oleh-oleh di mobil Deri. Tak lama sudah kembali lagi. "Makasih banyak ya Bang." Raisya mengecup pipi kiri Deri. Raisya sudah menganggap Deri seperti abangnya sendiri jadi ia sok manja dengan Deri. "Deri, sorry ya ngobrolnya ntar lanjut. Gua mau anter dulu Ira." Gio bersiap mengantar Ira ke lokasi syuting. "Okey. Hati-hati. Ntar dari sini gua ke galeri ya," ucap Deri. "Aku tinggal ya Bang." Pamit Ira si janda cantik pujaannya Gio. "Dah sayang, jangan nakal ya. Main sama Tante Raisya." Ira mengecup anaknya. Sepeninggal Gio dan Ira, Deri masih berada di rumah Gio. "Abang lo serius ya sama si Ira?" Deri menatap Raisya. "Kalau ga serius mana mau urusin nih bocah," jawab Raisya sambil menunjuk ke arah Iqbal yang asyik nonton kartun. "Padahal baru kenal beberapa bulan saja," ujar Deri yang tidak percaya dengan keputusan sahabatnya yang menjalin hubungan kasih dengan janda beranak satu. "Mbak Ira kan orangnya baik, ibu yang bertanggung jawab, cantik, dewasa dan aku juga suka kok sama dia," ucap Raisya memberi dukungan kepada sang Abang. "Kalau kontraknya mbak Ira sudah habis mereka mau nikah. 4 bulanan lagi," beritahu Raisya. Deri masih tidak percaya dengan kabar itu. Ternyata cinta itu memang tidak memandang usia dan perbedaan status. *** Deri mendekati gadis berambut ikal yang sejak setengah jam lalu menanti kehadirannya. "Hmm, maaf aku terlambat, pasti kamu udah lama nunggu ya." Deri merasa bersalah. "Baru setengah jam kok Bang. Silahkan Duduk." Laras tersenyum santai. "Makasih." "Ini beneran bang Deri kan?" Laras menatap ke arah Deri yang tingkat ketampanannya meningkat 100 persen. Waktu bertampang ala anak jalanan aja udah terlihat ganteng apalagi sekarang. "Iya," jawab Deri pendek. "Pangling banget. Dulu kan gondrong," serunya sambil menatap Deri terkagum-kagum. Deri menerima tawaran Raisya untuk mendekati Laras sahabatnya. Pemuda itu pun segera bertindak dengan mengajaknya ketemuan. Mereka menjalin komunikasi melalui hubungan di telepon. Seperti hari ini keduanya makan siang bersama di sebuah restauran. Keduanya tampak akrab. Sejak tadi Deri curi-curi pandang ke arah Laras. Gadis itu lumayan cantik dan enak diajak mengobrol. *** Hari berganti hari hubungan Deri dan Laras pun semakin dekat dan mereka resmi jadian. Hanya dua minggu setelah pertemuan pertama keduanya  semakin akrab dan sering jalan bareng. Laras pernah mengajak pacar barunya ke rumahnya. Sebaliknya ia pun sering berkunjung ke rumah Laras. Sayangnya hubungannya tidak berlangsung lama karena Deri merasa semakin lama Laras yang berusia 20 itu terlalu manja dan kekanakan. Ia tidak suka dengan gadis seperti itu. Ditambah mantannya Laras juga sering merecoki hubungan mereka. Sehingga tanpa pikir panjang Deri memutuskannya. Hubungan mereka hanya berlangsung satu bulan saja. Putus dari Laras Deri beberapa kali menjalin hubungan dengan gadis lainnya namun kandas begitu saja. Ia juga sempat berkenalan dengan anak gadis teman Bu Ratih. Sekali dua kali kencan Deri tinggalkan karena menurutnya tidak cocok. Lama-lama Deri jenuh juga. Ia sangat mendambakan seorang gadis yang mencintainya dengan tulus dan ikhlas bukan karena dirinya yang tampan atau mengejar hartanya. Sayangnya semua gadis yang pernah berada di sisinya selalu pamrih tidak menerima Deri apa adanya. Akhirnya Deri kembali menjadi Deri seperti dulu dengan penampilan lamanya. Ia tidak mencukur rambutnya, ia juga kembali memakai mobil jadul koleksinya. Deri lebih suka menggunakan mobil antik dibanding mobil mewah keluaran terbaru. Soal wanita ia juga pasrah cuek saja. Ia hanya mau berteman saja. Tidak mau terikat hubungan apapun. Ia hanya mengharapkan segera dipertemukan dengan calon istri. *** TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD