Deri membolak balik seluruh isi halaman buku berisi gambar batik kreasi Ambar. Gambarnya sungguh luar bisa indah. Deri menyukainya. Pria itu semakin kagum dengan hasil karya sang ART yang tidak kalah bagus dengan para profesional.
Gadis berkulit gelap itu benar-benar memiliki bakat yang luar biasa.
Deri tidak sabar untuk segera melihat hasil karya Ambar di atas kain. Deri yakin pasti hasilnya lebih memuaskan.
Subhanallah bagus semua nih gambarnya. Bayi Deri memberikan pujian.
Seumur hidup baru pertama kali ia bertemu seseorang yang berstatus ART namun memiliki jiwa seni yang tinggi.
***
Di Galeri Lukisan Rainbow
"Gua kayanya ga jadi ke Yogya." Beritahu Deri tiba-tiba. Wajah pemuda itu tampak berseri pertanda bahagia.
"Hah? kenapa? Gua udah bilang ke Ira kita mau jalan-jalan. Gimana sih lo. Dia setuju dan udah ngajuin cuti syuting." Gio memperlihatkan raut kecewa di wajahnya. Bosnya itu bersikap seenaknya.
"Kalau lo mau pergi ya pergi saja. Yang jelas gua ga akan ikut. Gua udah nemu inspirasi," ucap Deri mantap.
"Inspirasi dari mana?" tanya Gio penasaran. Deri dengan waktu singkat mendapatkan inspirasi dengan mudahnya.
"Lo tahu ART baru gua?" tanya Deri sambil menatap sahabat berkepala plontosnya.
"Nggak, yang mana? Memangnya apa hubungannya ART dengan inspirasi lo." Gio bertanya heran.
Gio sering bermain ke rumah Deri namun belum sempat bertemu Ambar karena Ambar jarang beranjak dari bagian belakang rumah.
"Dia sumber inspirasi gua saat ini," ucap Deri sambil tersenyum bahagia. Berbanding terbalik dengan Gio yang tampaknya belum bisa mencerna kata-kata Deri.
"What? Kok Bisa ART jadi sumber inspirasi. Gua penasaran emang dia secantik apa sih orangnya bisa sampai menginspirasi lo,." Gio penasaran tak sabar melihat wajah ART keluarga Deri.
"Karyanya yang cantik bukan orangnya," tutur Deri memberikan keterangan.
"Ternyata dibalik keluguannya dan penampilan fisiknya yang di bawah standar rata-rata, dia memiliki jiwa seni yang tinggi sebanding dengan mereka para master. Gua beneran ga nyangka banget," ucap Deri lebay dengan perasaan terkagum-kagum.
"Gua ga paham!" seru Gio polos. Deri terlalu berputar-putar bicaranya.
"Lemot lo.l," Deri menjitak Gio. Pria di hadapannya meringis
"Dia itu pandai membatik karena dulu pernah kerja di pabrik batik terus keluarganya banyak yang jadi pengrajin batik. Nih coba lihat design gambar batik ini. Luar biasa banget. Dia bersedia membantu gua," Deri memberikan penjelasan agar temannya segera mengerti.
Gio meraih buku yang disodorkan Deri.
"Wow keren." Gio pun menunjukkan kekagumannya. Pria itu membuka halaman demi halaman buku tebal berisi kumpulan design motif batik.
"Lo setuju kan apa yang gua katakan yadi. Ambar itu sumber inspirasi gua saat ini," ucap Deri sambil menatap sahabatnya yang sibuk membolak balik halaman buku seolah tak puas.
"Oke...gua setuju. Tapi gua penasaran ingin ketemu sama ART lo itu Der," ucap Gio sungguh-sungguh.
"Ntar lo mampir ke rumah gua. Tapi lo jangan gangguin dia apalagi ngecengin dia!" Deri memberikan peringatan keras.
"Gua udah punya Ira..." jawab Gio dengan sombongnya.
***
Deri menemui Ambar di ruang belakang. ART itu sedang sibuk membantu Bi Titi membereskan piring.
"Ambar sini...!" Deri melambaikan tangannya.
"Iya Mas." Gadis berkulit gelap itu segera mendekati Deri. Perintah apapun dari Deri selalu diutamakan.
"Ini alat-alat untuk membatik yang aku janjikan." Deri memberikan sebuah tas plastik berukuran besar. Berisi peralatan untuk membatik.
"Wah.. terimakasih.makasih banyak ,mas." Ambar menerima dengan sukacita. Sudah lama ia tidak bergelut dengan peralatan itu.
"Harusnya aku yang berterima kasih karena kamu sudi membantu aku. Aku udah ga sabar lihat hasil karya kamu." Ucap Deri.
"Tapi saya ga janji bisa cepat ya Mas Deri," ucap Ambar ragu.
"Aku akan sabar menunggu," ujar Deri santai.
"Sekali lagi maaf ya Mas." Ambar merasa tak enak hati.
Ia sebisa mungkin akan berusaha menyelesaikan pesanan Deri. Namun Ambar juga harus membagi waktu antara pekerjaan dan urusan Batik.
"Ga apa-apa." Deri tersenyum manis.
Aduh kalau sudah melihat senyuman Deri yang menawan dan manis melebihi manisnya gula, hati Ambar jadi berdisir. Jantungnya berdetak tak beraturan. Tubuhnya jadi melayang-layang.
"Ya udah aku pergi dulu ya, nanti kalau butuh apa-apa jangan sungkan hubungi aku," ucap Deri.
Deri melangkah meninggalkan Ambar yang masih berdiri diam mematung sambil menyaksikan kepergian Deri.
Ya Allah kuatkan hambaMu ini, kenapa dengan perasaan ku ini? Deg degan ga jelas kalau dekat-dekat Mas Deri. Masa iya aku jatuh cinta sama dia. Tidak ini tidak boleh terjadi.
Jerit batin Ambar memohon perlindungan
***
Ambar memiliki kesibukan lain selain harus mengerjakan tugasnya sebagai ART, ia pun mengemban misi penting untuk bekerja dengan canting-canting.
Selepas menyelesaikan urusan pekerjaan rumah tangga ia langsung beraksi duduk di halaman belakang. Terkadang sebelum tidur malam pun ia mengerjakannya. Di kepalanya yang ada hanya BATIK.
"Kamu lagi ngapain Mbar?" T
tanya Sri kepo.
"Membatik," jawab Ambar. Sebetulnya tanpa dijawab pun Sri sudah tahu aktifitas Ambar namun dasar Sri ia selalu iseng mau tahu urusan Ambar.
"Sebaiknya kamu atur waktu dengan baik jangan sampai pekerjaan utama terbengkalai. Tadi aja kamu bangun kesiangan. Kalau ndak aku bangunin kayanya kamu Ndak bakalan bangun." Sebagai senior Sri memberi peringatan.
Ambar baru sadar akhir-akhir ini ia tidur larut terus.
"Maaf mbak." Hanya itu yang bisa diucapkan.
"Bu Ratih baik banget sama kita dan jangan kecewakan majikan kita itu!"
ucap Sri penuh ancaman.
Ambar terdiam. Betul juga ucapan Sri ia tidak boleh lalai dalam bekerja namun pekerjaan batik ini kan untuk kepentingan anak majikannya juga. Ambar menghela nafas ia jadi bingung harus bagaimana. Mungkin curhat dengan Deri bisa menjadi solusi.
*****
TBC