Kebingungan 2

1148 Words
“Mark, Mark-ssi?” panggil Woojin ketika ia dan Donghyun tidak menemukan Mark di dalam apartemen milik Woojin pada saat itu. ”Aku rasa dia sudah pergi …” ucap Donghyun kepada Woojin yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian bergumam, “Ke mana dia pergi?” itu lah yang digumamkan oleh Woojin, namun pandangan Woojin pada saat ini tertuju ke arah secarik kertas yang tergeletak di atas meja, yang membuat Woojin kini mengerutkan dahinya dan kemudian meraih kertas tersebut. ‘Terima kasih atas baju dan makanannya, Woojin-Ssi … kita akan bertemu lagi nanti!’ “Ck!” Woojin mendecik ketika ia membaca isi dari pesan tersebut, yang kemudian Woojin pun menghembuskan napasnya, dan menolehkan pandangannya ke arah Donghyun yang kini menatap dirinya, “Mwo?” tanya Donghyun kepada Woojin yang kini menggelengkan kepalanya dan kemudian berucap, “Annia, dia sudah pergi!” ucap Woojin seraya melenggang dan terduduk di sofa, sedangkan Donghyun kini menghembuskan napasnya, merasa bahwa Woojin merasa kesal kepadanya karena ia baru saja mengusir teman baru bagi Woojin, karena ya … Donghyun sekarang mengerti jika Woojin membutuhkan seorang teman di dalam apartemen ini, karena ia juga tidak bisa terus berada di sana karena ia memiliki kesibukan di luar kota. Melihat Woojin seperti itu, pada akhirnya Donghyun pun meraih jaketnya untuk bersiap pergi dari apartemen milik Woojin. Melihat jika saudara sepupunya kini bersiap-siap, membuat Woojin kini mengerutkan dahinya dan kemudian bertanya, “Hyung, kau mau ke mana?”  tanya Woojin kepada Donghyun, yang kini hanya menatapnya dan kemudian tersenyum seraya berucap, “Ke luar sebentar … ada hal yang harus aku urusi malam ini!” jawab Donghyun kepada Woojin yang kini mengerutkan dahinya namun ia menganggukkan kepala menanggapi ucapan tersebut. Woojin membiarkan Donghyun pergi keluar dari rumah malam itu. “Siapkan kamar untukku Woojin-a! aku akan pulang lagi ke sini!” ucap Donghyun kepada Woojin yang kini menganggukkan kepala menanggapi ucapan tersebut, yang membuat Woojin pun beranjak dari sofanya untuk mengambil selimbut dan bantal untuk kemudian ia siapkan kamar tamu serapih mungkin, karena Woojin tahu jika Donghyun sangat tidak suka jika kamarnya tidak dirapihkan. Melihat jika sepupunya langsung bertindak, membuat Donghyun tersenyum dan akhirnya pergi dari apartemen tersebut.  ... Malam yang dingin, dengan salju yang turun cukup lebat. Mark terduduk di halte bus dan hampir mati membeku, ia tidak tahu harus pergi ke mana, karena ia sama sekali tidak memiliki uang saku, dan hal ini sama sekali tidak di prediksi oleh Yuna dan dirinya sebelumnya. Mereka tidak tahu jika satu minggu sebelum kecelakaan itu berlangsung, adalah waktu turunnya salju. Merasa bahwa ini adalah waktu yang tidak tepat untuk berada di luar, membuat Mark aka Marta pun segera menghubungi Yuna dan mengeluh mengenai saran yang diberikan olehnya beberapa puluh menit yang lalu, karena pada kenyataannya dan akhirnya ia seperti seorang gelandangan yang kedingingan saat ini. Dengan tangan yang bergetar Marta menghubungi Yuna melalui Prothou miliknya, namun sebelum itu ia menolehkan pandangannya ke kanan dan ke kiri untuk mengecek situasi dan juga kondisi, karena ia masih mengingat jika ia memiliki peraturan yang tetap harus di patuhi. Ketika Marta menyadari tidak ada siapapun di sekitarannya saat ini, membuat Marta pun segera menghubungi Yuna yang ada di tahun dua ribu tujuh puluh lima, tentu saja Marta menghubunginya untuk mengeluh. Baru saja Marta menekan permukaaan kulit di tangan kanannya untuk mencari kontak dari Yuna, sebuah suara yang memanggil namanya pun membuat dia terkejut setengah mati dan segera menolehkan pandangannya ke arah samping kanan. “Hei, Mark!!” itulah panggilan yang mengejutkan Marta saat ini, yang membuat dirinya kini menolehkan pandangan dengan segera ke arah Donghyun yang baru saja memanggilnya, berjalan dengan mengenakan mantel yang tebal untuk mendekati Mark yang terduduk di halte bus itu sendirian. “E… oh, hai!” balas sapa Mark kepada Donghyun yang kini terkekeh kemudian terduduk tepat di sampingnya, yang tentu saja membuat Mark menjadi kebingungan sekaligus terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Donghyun saat ini. ‘Ada apa ini?? bukankah seharusnya dia tidak kemari? Bukankah seharusnya dia berada di apartemen bersama dengan sepupunya? Kenapa sekarang dia malah duduk di sampingku seperti ini?’ itulah pertanyaan yang ada di dalam benak dari Marta aka Mark, yang membuatnya menjadi tidak tahu harus membahas apa dan bagaimana cara untuk memulai pembicaraan. “Eum ..-” “Kenapa kau pergi?” sebuah pertanyaan yang di ucapkan oleh Donghyun kepada Mark saat itu, tentu saja mengejutkannya yang kini mengerutkan dahi dan kemudian kembali bertanya, “Ye?” tanya Mark kepada Donghyun yang kini menghembuskan napasnya, “AKu tahu … kau pasti merasa tidak enak karena aku keberatan tadi bukan?” tanya Donghyun kepada Mark yang segera saja menggelengkan kepalanya menanggapi ucapan itu, meski sebenarnya ya … seperti itu lah yang terjadi. “Ah … tidak .. tidak … aku hanya… - “Menginaplah! Tinggallah bersama dengan Woojin, jika memang kau tidak memiliki  tempat tinggal saat ini!” ucap Donghyun memotong pembicaraan Mark yang tentu saja sangat mengejutkan bagi Mark, karena beberapa waktu yang lalu ia menolak dengan keras … namun pada akhirnya ia mengikuti apa keinginan dari Woojin, yang tentu saja membingungkan bagi Mark saat ini. “Aku akan mengidzinkanmu tapi, dengan syaratnya!” ucap Donghyun kepada Mark yang kini mengerutkan dahinya dan kemudian menganggukkan kepaslanya, “Jangan pernah menipuku atau pun Woojin! Aku tidak tahu niat mu … tapi aku akan selalu mengawasimu! Kau boleh tinggal di apartemennya sesuai dengan yang ia ucapkan, kau tinggal hingga kau mendapatkan uang yang cukup untuk menyewa apartemen!” ucap Donghyun yang membuat Mark tertegun untuk mencerna apa-apa saja yang diucapkan oleh Donghyun kepadanya, bukan karena ia mengerti, tapi karena ia tidak mengerti dan prothou miliknya berusaha untuk mentranslatekan ucapan dari Donghyun secepat yang ia bisa. Melihat jika Mark terdiam seperti itu, membuat Donghyun kini mengerutkan dahinya dan kemudian bertanya, “Hei, apakah kau mengerti?!” tanya Donghyun kepada Mark yang dengan segera menoleh menatap Donghyun seraya menganggukkan kepalanya menanggapi pertanyaan itu, “Yeah … aku mengerti! Aku boleh tinggal dengan syarat aku tidak boleh menipu mu dan juga Woojin, karena pada dasarnya aku tidak menipu kalian berdua! Aku bersungguh-sungguh!” jelas Mark kepada Donghyun yang kini menyipitkan dahinya dan mengangguk. “Untuk kali ini aku percaya, tapi tidak untuk yang selanjutnya! Ayo! Udara di sini sudah semakin dingin!” ucap Donghyun beranjak dari duduknya dan mengajak Mark untuk kembali ke dalam apartemen milik Woojin, yang tentu saja membuat Mark merasa lega karena setidaknya ia masih bisa tertidur di tempat yang hangat dan nyaman. Donghyun berjalan menuju lift bersamaan dengan Mark. “Aku melakukannya bukan karena aku merasa kasihan terhadapmu, tapi karena aku peduli dengan sepupuku, dan aku melihat jika ia membutuhkan teman di apartemennya, jadi itu alasanku membiarkanmu di sini!” jelas Donghyun secara tiba-tiba, ketika mereka tengah menunggu pintu lift yang terbuka di sana, yang membuat Mark yang mendengarnya pun kini menganggukkan kepala, mengerti dengan penjelasan itu, dan membuat Mark yakin jika Kakek Donghyun adalah orang yang peduli, terutama terhadap Woojin. …. to Be continue. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD