BAB 16

1799 Words
Jam menunjukkan Pukul 22.00. Emily berjalan Melewati dylan hendak tidur di atas sofabed seperti biasa. Baru saja hendak mendekati Sofa bed sepasang tangan hangat melingkar di pinggang rampingnya. Emily Terkejut dan sedikit bergidik ngeri karena tangan besar Dylan memeluknya begitu erat dan deru nafas dylan begitu jelas ia rasakan di telinganya. Dylan menyukai aroma lavender murahan yang melekat di tubuh Emily. Ya, murahan! Harganya pun bisa di Jangkau. Emily memejamkan matanya merasakan tangan hangat itu melekat di tubuhnya, Emily akhirnya luluh. Benteng pertahanannya pun Akhirnya rubuh ketika ia berusaha untuk menghindari Dylan karena kemarahannya. Entah kemarahan atau karena cemburu ia tak tau! Emily merasakan aroma vanila lembut nan eksotis, disusul harum woody yang sangat maskulin dan juga ditutup kesan keharuman apel yang membuat emily merona dan mabuk akan aromanya. Dylan membalikkan tubuh Emily dan mereka saling menghadap dengan tangan Dylan masih melingkar di Pinggang Ramping Emily. Mereka saling diam dan saling menempelkan dahi. hanya deru nafas lembut keluar dari hidung keduanya. Mereka saling merasakannya. Dylan mengecup lembut puncak kepala emily dan turun mencium bibir emily, perlakuan ini lah yang membuat emily selalu terbuai. Lagian kami sudah menikah! Batin emily meyakinkan dirinya bahwa yang ia lakukan sudah benar. Dylan melepas Ciumannya. " aku tau kau marah, aku bisa jelaskan jika wanita yang bersamaku di resto tadi adalah Temanku teman kuliahku di Itali, kami bertemu kebetulan disini karena ia sedang honeymoon bersama suaminya " ujar dylan. Yes, akhirnya aku bisa juga membuka mulutmu untuk menjelaskannya panjang lebar! Emily begitu senang. " kamu pasti belum makan, akan aku masakkan sesuatu " ujar Dylan sembari melepas kedua tangannya yang melekat erat di pinggang ramping emily. Ya tuhan... entah apa yang ku pikirkan tapi aku merasa sangat frustasi Dylan melepas pelukannya! Batin Emily sembari menyusul langkah kaki Dylan menuju Dapur. Ya, kamar ini adalah kamar mewah Suite Room semua lengkap disini. Emily duduk di kursi depan meja makan dan melihat dylan sedang sibuk dengan alat masaknya. Sudah hampir pukul 22.30 tapi masakkan dylan belum Juga selesai. Emily takjub dan kagum melihat pemandangan di hadapannya, Pria tampan Pintar masak, Woww.. He is Perfect man! Batin emily. Di balik sikap dylan yang otoriter, tak banyak bicara, Tak pernah senyum, dingin dll ternyata ia memiliki sisi lain ketika ia terlihat sedang memasak. Selesai sudah Spagethi Ala chef Dylan lord Maxwell... semua wanita pasti Syirik jika tau Dylan memasak untuk emily. Khusus untuk emily. Dylan Menata spagethi di meja depan Emily yang sejak tadi sudah kelaparan. Walaupun emily lagi-lagi tak mendengar kata maaf dari Dylan, tapi baginya cukup ketika dylan memeluknya dan menjelaskan tentang wanita bak model itu kepadanya. Emily memang sedikit berlebihan tapi begitulah dia. " makanlah " ujar dylan. Dylan Benar-benar sangat tampan dan sedikit lucu terlihat dengan mengenakan celemek berwarna maaron seperti itu... Amazing Perfect Man. Jantung emily lagi-lagi berdebar tak karuan. " kau tak suka makanannya ? " tanya dylan keheranan melihat emily sejak tadi hanya diam saja. " Ah... aku suka kok, enak " ujar emily menutupi wajahnya yang merona. " atau jangan-jangan aku pria pertama yang memasak untukmu " ujar dylan lagi sambil duduk di hadapan emily dan menatapnya. " apaan sih, emang kau tau sama siapa aku berhubungan dekat dulu ? Kau pria ke sekian kalinya yang memasak untukku, kau pergi saja, jangan melihatku " ujar Emily. Entah kenapa jawaban emily sedikit membuatnya kecewa. " kenapa juga aku harus pergi ? " " moodmu entar jelek jika melihatku makan, aku bukan wanita yang berkelas yang dapat terlihat anggun ketika sedang makan " ujar Emily. " walaupun aku sudah dengan ikhlas memasak buatmu tapi kau tetap saja cerewet " ujar dylan beranjak dari duduknya dan meninggalkan emily sendirian di dapur. " aishh pria itu marah lagi ? Dasar.... Tapi-- tunggu...sejak tadi dia jadi banyak ngomong tak seperti biasanya. Emily keheranan, Karena sejak tadi dylan jadi banyak bicara. Setelah makan Emily mencuci piring makannya dan mengambil pisau untuk mengupas buah Apel yang sejak tadi sudah bertengger di Hadapannya. Dylan sedang berdiri menghadap Arah gedung pencakar langit, Ia menyesap Kopinya yang ia buat sendiri. Di balik kekayaan yang ia punya Dylan sudah biasa melakukan semuanya sendiri, ia yang membiasakan diri untuk tak meminta bantuan orang lain jika itu menyangkut hal pribadi, karena itu pula ia memilih Tak tinggal satu atap dengan orang tuanya. Dylan bingung akan perasaan yang ia miliki, semenjak Menyentuh emily malam itu, Pikirannya jadi tak karuan. Dylan memang bukan pria yang peka, Pikirannya melayang, mungkin sekarang waktunya mendamaikan pikiran dan hatinya bersamaan agar ia tak bingung lagi dan mengakui jika kehadiran Emily sedikit menggelitik hatinya. Aucchhhh......... Terdengar suara emily menjerit kesakitan. Dylan berlari menuju dapur dimana suara teriakkan emily terdengar. Dylan mendapatkan Emily sedang meringis kesakitan Karena tangannya Berdarah akibat Goresan Pisau ketika ia sedang mengupas buah. Dylan mengisap darah emily dengan mulutnya dan menarik lengan emily dan membawa tangan emily ke arah air di wastafel dan mulai membersihkannya. Emily kagum melihat kelihaian Dylan mengurus tangannya yang berdarah walaupun sedikit jijik karena melihat Dylan mengisap darah di Tangannya. " kau ini aneh, Wanita sok tegar dan sok kuat sepertimu menangis hanya karena luka kecil ini ? " tanya dylan ketika sudah selesai membersihkan tangan emily dan sudah membalutnya. " walaupun aku kuat dan tegar tapi aku kan juga seorang wanita Dylan " " benar-benar ceroboh kamu, tak pernah satupun pekerjaan yang bisa kau lakukan sendiri " ujar dylan melangkah meninggalkan Emily yang masih diam tergugu dan membelakanginya. Entah karena perasaannya yang sakit karena Perkataan dylan atau Lukanya yang perih karena Teriris pisau sampai ia menangis tersenduh-senduh. Emily memutar keran di atas wastafel dan membasuh wajahnya agar tak terlihat abis menangis. Emily keluar dari Dapur dan melihat Dylan sedang merebahkan tubuhnya di atas sofa bed, Dylan juga sudah berusaha agar tak menerkam Emily yang kian membuat pikirannya tak karuan. " aku tidur di mana ? " tanya emily. Tak ada jawaban dari Dylan dan Emily memutuskan tidur di atas Ranjang dan membalikkan badannya agar ia dapat melihat Wajah Damai Dylan ketika sedang tertidur. " apa aku menyukaimu ? Kenapa perasaanku sangat sakit mendengar perkataanmu ? Kenapa ? Apa aku takut kehilangan dirimu karena kecerobohanku dan membuatmu bosan. Tapi pernikahan kita hanya sebatas pernikahan di atas kertas, kenapa aku begitu bodoh karena mengharapkanmu " Ujar emily dalam hati. Emily memejamkan matanya mencoba melupakan segala hal yang terjadi hari ini dan mengakhirinya dengan menutup mata agar ketika ia terbangun esok hari ia bisa memulai semuanya dari awal lagi tanpa kesalahan. *** Emily terbangun dan melihat Dylan sudah tak berada di Kamar, matanya mengelilingi kamar, siapatau saja ia mendapati dylan tapi Tak ada Aroma dylan di kamar ini. Itu artinya dylan pergi pagi-pagi sekali. Emily berjalan menuju kamar mandi. Dua puluh menit kemudian emily selesai mandi dan melangkah keluar kamar mandi. Sungguh malang nasibku, ke Kota sebesar ini tapi tak satupun ajakan untuk berjalan-jalan. Ujar emily. Setelah berpakaian dan mengikat rambutnya asal. Ia berjalan menuju ke kolam renang hotel dan melihat pemandangan yang tak seharusnya ia lihat, sepagi ini ternyata masih ada orang-orang dengan pakaian kekurangan bahan sedang berenang. Haha.. ini bukan pagi emily ini sudah hampir siang! Ujar emily. Emily duduk di salah satu kursi santai, bukan karena ia orangnya m***m melihat para pria sedang berenang hanya mengenakan boxer dan ada yang hanya mengenakan CD. Tapi ia hanya tak ada tujuan. Dada bidang para pria itu terlihat dan Terekspos tepat di depan matanya. Emily melotot ketika melihat ke 3 wanita bak model itu sedang berjalan melewatinya dan hanya mengenakan Set baju renang saja. Wowww...Amazing. Emily bergidik ngeri ketika membayangkan ketika tubuhnya hanya mengenakan pakaian renang seperti para wanita itu. Suara seorang Pria mendehem sedikit agak nyaring membuat lamunan emily dan pandangan emily kepada para pria dan wanita Yang sedang berenang berhasil kabur dari penglihatannya. Emily berbalik melihat suara pria yang mendehem agak nyaring dan mendapati jake sedang berdiri tepat di belakangnya. " jake ? You're jake ? " tanya emily merasa tak percaya. " yes emily, I'm Jake... whats wrong ? " Emily menahan tangisnya yang hampir saja keluar dari pelupuk mata indahnya, bukan tangis kerinduan tapi tangis senang karena akhirnya ia bisa mendapatkan teman di Kota asing ini. " Are you okay Emily ? " tanya jake keheranan melihat Emily diam tergugu. Emily mengangguk " I'm Okay Jake " ujar emily. " ada apa emily ? Aku tau kau pasti sedang sedih, ceritakan padaku ada apa " Emily menggeleng. " I,m oke jake, aku tak apa-apa " " aku bisa menebaknya emily, kau pasti bersedih karena Dylan Mengabaikanmu, bukan ? Ngapain juga dia mengajakmu kemari jika kamu hanya duduk diam di sini " ujar Jake. Sebenarnya dylan tak Mengabaikannya tapi cara Dylan memperlalukannya kadang menyenangkan dan kadang Mengesalkan, Itu yang membuatnya sedih. Ia pun terlihat lain dari yang lain, ia merasa sendiri disini. " karena itu aku kemari, aku akan menggantikan Dylan Bekerja di sini, kau dan dylan bisa kembali ke LA besok " " benarkah ? " " iya Emily " " akhirnya aku bisa juga bertemu Jean, 2 hari di sini aku seperti terkurung jake " ujar emily. Jake menatap Emily dengan kagum, Wanita muda seperti emily memiliki sisi baik Seorang Ibu yang baik kepada Putra tirinya. " ayo kita ke resto emily, kau pasti belum makan! " ajak jake sembari menarik emily. Andaikan saja dylan bersikap seperti jake, aku pasti akan sangat senang! Batin emily. Sampai di Resto Jake Memesan makanan. Sepuluh menit kemudian Pesanan jake datang. " makanlah emily " ujar jake sembari menyuguhkan Nasi dengan ayam Cryspi bertabur lelehan mayones di atasnya yang begitu menggiurkan serta sambal Xtra pedas dari aromanya, emily memang lebih suka makan nasi daripada Vegetarian seperti jake. Emily melihat makanan yang di pesan Jake, hanya salad dan potongan dragon fruit. " kau tau dari mana aku lebih suka makan nasi Jake ? " tanya emily yang tak seperti Orang Amerika asli. " Aku tau sewaktu kau Ku ajak ke Resto untuk makan waktu itu " " oh iya! Aku lupa waktu itu kan hari pertama aku di LA dan kau pria yang pertama yang biasa saja melihat cara makanku yang tak berkelas " ujar emily terkekeh. " come on Emily, jangan merendahkan dirimu " Ujar jake. Emily mengangguk mengiyakan. Jake melihat emily yang pelan-pelan memakan makan siangnya. " makanlah seperti biasa emily " " oke oke " Jake tersenyum dan menggeleng karena wanita yang di hadapannya saat ini benar-benar sangat lucu dan berbeda dari wanita lain di luar sana yang selalu berusaha terlihat elegant. Dylan hendak ke ruang Meeting yang ada di hotel ini tapi langkahnya terhenti ketika melihat emily serta jake sedang makan siang. Jake mengambil tisu dan mengusap ujung bibir Emily yang terdapat sedikit lelehan mayones. Mata Dylan kembali segelap malam, menatap tak suka ke arah Jake yang memperlakukan Emily terlalu berlebihan dengan jelas pun rahang DyLan mengeras. Dylan menghampiri Jake dan juga Emily. Mendehem keras agar membuyarkan perbincangan Jake dan Emily.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD