1 - Pokoknya Rahasia
Revanya Yeslyn atau yang lebih dikenal dengan panggilan Anya, sedang menekuri lagi badan email yang terpampang di layar laptop dihadapannya. Ada yang aneh dengan nama email pengirimnya kali ini. Entah kenapa Anya merasa seolah nama Senopati Rajata D (senoptrjtdwi@ymail.com) terasa tak asing di benaknya. Namun gadis itu tak bisa mengingat dengan jelas pernah bertemu di mana dengan sosok ini. Ini sudah ketiga kalinya Anya membaca berulang-ulang email yang berisi perintah untuk pekerjaan rahasianya yang akan dikerjakan mulai minggu depan.
‘Saya mendapat alamat email anda dari rekan saya yang bernama Yudhis. Dia mantan client yang sudah menggunakan jasa anda beberapa bulan silam. Karena saya memiliki situasi yang hampir sama dengan Yudhis maka saya membutuhkan jasa anda sebagai stalker untuk membuntuti seseorang dengan data yang saya sebutkan di bawah ini.
Nama : Yosanna Andriani
Alamat : Apartment Jingga tower A, unit 324
Pekerjaan : Model
Satu permintaan lagi yang saya harap bisa anda penuhi sebelumnya. Kita harus bertemu secara langsung untuk membicarakan hal detail yang tidak bisa saya sebutkan hanya lewat email seperti ini. Dengan begitu saya akan bersedia membayar jasa anda tiga kali lipat dari tariff normal yang anda tentukan.
Salam,
Senopati R.D’
“Tiga kali lipat?” gumam Anya seorang diri. “Gila aja nih orang sok kayak banget.”
Sebagai seorang yang merahasiakan pekerjaannya sebagai stalker tentu saja Anya tak langsung menyetujui permintaan client barunya ini. Siapa tadi namanya … si Senopati blablabla itulah pokoknya. Jangankan orang lain, saudara, orang tua, bahkan teman terdekat Anya saja tidak ada yang tahu tentang pekerjaannya sebagai penguntit ini. Lantas bagaimana mungkin ia tiba-tiba menyetujui untuk bertemu dengan orang asing yang baru saja menghubunginya.
“Tapi kalau dikasih bayaran sampai tiga kali lipat sih ….” gumam Anya bermonolog lantas mengambil ponsel untuk membuka aplikasi kalkulator dan menghitung kasar berapa rupiah yang akan ia terima jika mengambil tawaran ini.
“Wow … ajegile, bisa sampai sembilan puluh juta belum termasuk transportasi, tips dan lain-lain doong.” mata Anya terbelalak cerah kala melihat deretan angka yang ada di layar gawainya.
Otak Anya berpikir cepat untuk menguji keseriusan calon client potensialnya kali ini. Bukan hanya karena nominal yang ditawarkan lebih banyak. Tapi juga alasan di balik keinginannya bertemu dengan Anya. Jika memang dia ingin bertemu karena ada detail pekerjaan yang spesifik tentu saja apa yang akan diselidiki dari seorang Senopati ini adalah hal yang sangat penting.
Seiring dengan ide yang melintas cepat di kepalanya, jemari Anya juga langsung mengetikkan balasan singkat untuk Senopati.
‘Lima kali lipat?’
Setelah menekan tombol KIRIM, Anya cepat-cepat menutup emailnya. Apalagi setelah mendengar samar suara langkah kaki yang mendekati ruang meeting di mana ia berada.
“Heiii, anak perawan nggak boleh ngelamun aja sore-sore. Pamali Anya!”
Anya yang terlonjak sedikit menutup layar laptopnya karena kehadiran Prita juga Sandra, dua orang gadis yang sama-sama bekerja di salah satu wedding organizer ternama sama seperti dirinya. Anya selama ini dikenal disebagai salah satu pembawa acara dalam setiap acara-acara yang mendaulat ‘Bliss Wedding’, nama WO tempatnya bekerja.
“Heh, udah kelar kerjaan kalian berdua, Prit, San?” Anya mengulas senyum kaku saat membalas sapaan Prita juga melirikkan mata ke arah Sandra yang sedang manyun tak karuan.
“Udah lah, sampe panas telinga gue. Pasangan yang kali ini ribet banget permintaannya.” gumam Prita setelah melesakkan bokongnya duduk di sebelah Anya.
“Boro-boro, masa dia juga minta ganti make up setiap dua jam sekali. Riasan ala India lah, Arab lah, Eropa terakhir adat Bali dan Jawa ganti-gantian. Duuuh … rewel!” Sandra yang bertugas sebagai MUA juga ikut menimpali.
“Elo sendiri kenapa belum pulang sampai jam segini? run down buat acara besok lusa bukannya udah oke? garap proposal skripsi lagi? atau ada job baru?” Prita melirik penasaran ke arah layar laptop Anya. Kadang sedikit heran dengan tingkah Anya yang selalu menyembunyikan apa yang tengah ia kerjakan di alat tersebut.
“Ya begitulah, gue udah bayar orang buat ngerjain proposal skripsi gue. Ini gue lagi ada kerjaan lain aja kok.”
“Elo kerja apaan lagi sih, An. Sok misterius banget deh sampe sekarang nggak mau cerita ke kita-kita. Pelit lo, Nyai.” dengkus Sandra mengerucutkan bibir.
“Elo nggak bakal paham kali San,” kekeh Anya lantas bangkit setelah menutup laptopnya yang sudah ia matikan daya.
“Berhubungan sama apaan sih? MC juga? WO juga? atau apa? cerita kek dikit-dikit.” Si cantik Prita tertular mencecar Anya.
“Berhubungan dengan apa ya … hmmm,” Anya mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke dagu seraya berpikir. “Pokoknya berhubungan dengan … skandal-skandal terlarang gitu deh.” bisik Anya lantas terkekeh meninggalkan Prita dan Sandra yang mendengkus bersamaan.
“Anjirrr! Elo wartawan? atau paparazzi gitu? atau jangan mata-mata?” Ternyata Prita ikut bangkit. Mengikuti langkah Anya yang keluar dari ruang rapat sebelah utara Bliss Wedding yang sering digunakannya kala senggang.
Anya terbahak mendengar rentetan pertanyaan dari Prita yang menurutnya menggelikan. “Bukan ketiganya, Prit.”
“Terus?” suara Sandra ikut mengekor.
“Mending elo nggak perlu tau lah, Prit, San. Daripada kalian ilfeel sama gue nantinya.” Anya bergerak cepat memasukkan barang-barang ke dalam backpack yang selalu ia bawa ke mana-mana.
“Jangan-jangan elo simpenan om-om pejabat ya?” Prita mencekal lengan Anya pelan.
“Naah jangan-jangan, duit lo kan meteran nggak habis-habis! Dari mana coba?” Si Sandra yang kadang kalem lemah lembut kini ikut melotot pada Anya.
“Heh!! ada tuduhan yang lebih jahat lagi nggak sih kalian-kalian ini?”
“Habisnya, elo kan cantik, pinter, cuma males kuliah aja. Jangan-jangan elo jadi sugar baby, makanya udah males ngerjain kuliah, mending jadi cem-ceman aja kan.”
“Ngawur banget otak lo, Prita! Pokoknya kerjaan sampingan gue itu penuh dengan misi rahasia! wajib terjaga! Elo nggak perlu mikir macem-macem karena kerjaan gue halal kok dan cukup gue aja yang tau, kalau cuannya lancar toh kalian kecipratan juga.” ceramah Anya membela diri.
“Heleeh, sok banget deh rahasia-rahasiaan segala si lampir satu nih. Pantesan kuliah lo keteteran sampe molor beberapa tahun, kerjaan lo ngelayap nggak jelas sih. Nggak bosen apa mahasiswi bangkotan?” cibir Prita mencebik.
Anya hanya nyengir kuda tak merasa tersinggung tiap kali temannya ini membahas tentang masa kuliahnya yang memang mengenaskan sekali. Pendidikannya di perguruan tinggi memang terbengkalai lantaran Anya terlalu sibuk dan nyaman dunia kerja. Namun ia juga tak ingin meninggalkannya begitu saja, karena itulah Anya bahkan bersedia membayar mahal salah satu juniornya di kampus yang terkenal sebagai mahasiswa berprestasi untuk mengerjakan semua tugas bahkan sampai proposal skripsinya.
“Hahahaha … bodo amat lah dibilang mahasiswi bangkotan, asal hidup gue happy, aman nyaman dan banyak cuan.” kelakar Anya tak mau ambil pusing.
Setelah memastikan barang-barangnya rapi dan sudah masuk tas semua, Gadis cantik itu kembali bangkit untuk berpamitan pada kedua sahabatnya. Namun gerakannya terhenti ketika merasakan getar dan bunyi notifikasi ponsel yang mengisyaratkan ada email yang baru saja mauk ke kotak masuknya. Untuk beberapa saat, Anya terpaku pada layar gawai di tangannya.
Hingga satu detik kemudian matanya kembali terbeliak hampir tak percaya. Satu tangannya terangkat menutup mulutnya yang spontan terbuka karena terkejut dengan apa yang dia baca.
“ANJIIRRRR!! nih orang beneran sultan ternyata!!” pekik Anya hampir melupakan keberadaan dua sahabat super keponya.
***