Alfian dan Minarni duduk dalam keheningan yang penuh beban emosional di Patio yang ada di belakang Villa Nara. Seperti samudra gelap di malam yang sepi, pikiran keduanya terombang-ambing dalam lautan kebingungan dan penyesalan. Minarni, dengan beban rasa bersalahnya dan Alfian dengan segala kebingungan mengenai jati dirinya. Dia sangat ingin tahu bagaimana dia bisa mengingat kembali dan menyusun potongan-potongan ikatan yang bagaikan benang kusut di otaknya agar menjadi lurus kembali. Suara Minarni terdengar menghilangkan kesunyian di antara mereka “ Kamu ingin mengunjungi makam ibu? Kalau mau besok aku akan menyuruh Nara mengantar kita dengan speed boatnya ke kota Sabang.” “ Mau… Mau… Aku mau….” Jawab Alfian antusias sambil menganggukkan kepalanya dengan kuat. Namun, setelah itu, k