2. Tragedy

1224 Words
Chapter 2 Tragedy Getar dan suara ponsel di atas nakas membuat Lexy membuka matanya lalu menggeser tubuhnya, berusaha untuk menjangkau benda yang suaranya cukup mengganggu gendang telinganya. Ia menatap layar ponselnya, membaca nama pemanggil yang tertera di sana, ekspresi malas seketika terlihat jelas di wajah tampannya. "Ya, Amor," ucapnya setelah menyeret tombol berwarna hijau di layar ponselnya. Ia mendengarkan suara gadis yang berbicara di speaker telepon lalu kembali berucap, "Aku akan berada di sana tepat saat kau mengangkat piala." Lexy mematikan panggilan lalu kembali meletakkan ponselnya ke atas nakas sembari menghela napasnya dengan sedikit kasar. "Sunny akan menyandang gelar Ratu Kecantikan di Spanyol tahun ini, dan...." "Jangan memulai," sahut Lexy malas. "Aku hanya menikahinya karena ada aturan bodoh kerajaan, tidak lebih." Poppy melingkarkan lengannya di pinggang Lexy. "Kau akan menikahinya, lalu bagaimana dengan kita?" tanyanya lirih. Lexy bergeser, ia meraih dagu Poppy. "Pernikahanku dan Sunny hanya akan menjadi pernikahan politik. Berapa kali aku harus meyakinkanmu?" Poppy menghela napas berat. Wanita mana yang sanggup berbagi pria? Kekasihnya akan tidur dengan Sunshine setiap malam dan dipastikan jika ia hanya akan menjadi simpanan pria itu. Namun, ia tidak bisa mengungkapkan semua yang menjadi ganjalan di benaknya. "Sebaiknya kau bersiap," ujarnya sembari menjauhkan lengannya dari pinggang Lexy dan bergeser untuk menjauh. Lexy tidak melepaskan Poppy, dengan sigap ia menahan pinggang Poppy dan merangkak di atas tubuh Poppy, mengurung Poppy menggunakan lengannya. "Aku tidak akan pergi jika kau bersikap seperti ini," ucap Lexy, matanya yang berwarna cokelat menatap mata hitam Poppy. Poppy tertawa pelan. "Percayalah, aku baik-baik saja." "Tidak, kau tidak baik-baik saja, kau cemburu pada Sunny." Pria mana yang tidak menyukai setiap kali kekasihnya menampakkan sikap cemburu, tetapi ekspresi itu juga menyayat hatinya. "Aku baik-baik saja, aku akan menyiapkan pakaianmu," ujar Poppy seraya mengalungkan lengannya di leher Lexy. Lexy mengecup bibir Poppy dengan lembut. "Aku akan tetap di sini." Ia kembali mengecup bibir Poppy, menggodanya, menyesapnya, dan mempermainkan dengan cara yang teramat ahli hingga cumbuan mereka berubah semakin liar, tidak terkendali, dan keduanya bersatu dalam gairah. Kaki Poppy melilit di pinggang Lexy yang terus memompa pinggulnya dengan gerakan kasar, tidak berirama, dan sesekali pria itu menggeram memanggil nama Poppy. Kecemburuan di benak Poppy telah menguap, ia menikmati setiap sentakan dari pinggul Lexy, ia menggelepar di bawah kuasa pria yang memenuhinya, jari-jari tangannya menyelisik di antara rambut Lexy. Sesekali ia menjerit memanggil nama Lexy saat kekasihnya menghunjam terlalu dalam. Empat puluh lima menit kemudian, keduanya terkulai lemas. Poppy tidak lagi memiliki tenaga saat Lexy melepaskan penyatuan tubuh mereka lalu menyelimuti tubuhnya. Ia hanya mampu menatap kekasihnya terburu-buru mengenakan pakaian kemudian meninggalkannya yang mulai terlelap. Sementara Lexy, ia mengancingkan jasnya sambil setengah berlari menuju mobilnya. Ia harus menghadiri penobatan tunangannya sebagai ratu kecantikan di Spanyol tahun ini. Jangan ditanya bagaimana Sunshine mendapatkan kemenangan dari kontes kecantikan itu, tentu saja tidak murni karena ia adalah putri salah satu pejabat tinggi negara sekaligus tunangan Alexion Carloz, satu-satunya calon pewaris takhta kerajaan Spanyol mendapatkan kemudahan dalam hal apa pun karena statusnya. Menurut penilaian Lexy begitu. Lexy mengumpat pelan, ia memperdalam menginjak pedal gas, ia harus berada tepat waktu di gedung tempat diselenggarakannya kontes ratu kecantikan yang menurutnya konyol atau Sunshine akan menatapnya dengan tatapan dingin, seperti biasanya setiap kali ia melakukan hal yang salah menurut aturan kerajaan. Ia meraba saku celananya untuk mengambil ponselnya, tetapi benda itu tidak berada di sana. "Sial!" umpatnya lagi, ia sangat memerlukan ponsel untuk menghubungi ajudan pribadinya, ia memerlukan buket bunga untuk menunjang penampilannya di depan kamera yang akan menyorotnya nanti. Ia harus bersandiwara sebagai pria romantis di depan seluruh penduduk Spanyol. Dan dunia. Dengan terburu-buru ia meraba-raba laci di bawah dashboard mobil di mana biasanya menyimpan satu ponsel cadangan yang khusus untuk keadaan darurat. Sayangnya, kecepatan mobil yang tidak dikurangi membuat mobil itu oleng ke kanan, mobil menabrak pembatas jalan dengan cukup kencang lalu terpental ke arah kiri, tidak cukup itu saja, mobilnya juga dihantam oleh mobil lain yang melintas dengan kecepatan tidak kalah tinggi hingga mobil terpental sejauh beberapa puluh meter dengan posisi terbalik. *** Sunshine Corderio melemparkan pandangannya berulang-ulang ke arah bangku penonton, ke tempat di mana seharusnya Alexion Carloz, tunangannya duduk. Tetapi, siluet pria itu tidak juga tampak hingga mahkota ratu kecantikan Spanyol disematkan dan ia mengangkat piala, Alexion Carloz yang biasa dipanggil Lexy tidak juga muncul. Bahkan acara telah usai, ia telah turun dari panggung, dan diserbu oleh pers yang ingin mengabadikan momen yang paling berharga di dalam hidupnya. Lexy, masih tidak menampakkan dirinya. "Apa Lexy datang?" tanya Sunshine dengan nada muram kepada asistennya. Acara telah selesai, ia telah kembali ke kamar hotel yang disediakan untuknya. Mona menggeleng pelan seraya tersenyum tipis. "Tidak ada yang melihat Príncipe, Yang Mulia." Sunshine tersenyum hambar, ia menyandarkan punggungnya ke kursi seraya memejamkan kedua matanya yang indah. "Tinggalkan aku sendiri," ujarnya dengan suara pelan. Demi Tuhan, Sunshine juga tidak menginginkan perjodohan jika ia mampu menolaknya. Apa lagi pria yang dijodohkan untuknya adalah Alexion Carloz, pria yang selalu bersikap dingin terhadapnya. Sunshine bukan tidak peka, ia tahu jika Lexy membencinya. Pria itu selalu menganggapnya remeh, pria itu selalu mengira jika dirinya memanfaatkan statusnya sebagai calon istri pewaris takhta. Padahal untuk mendapatkan semua itu, Sunshine belajar dengan sangat keras. Ia belajar menari Flamenco, tari tradisional Spanyol yang diakui oleh dunia sebagai mahakarya warisan budaya yang tidak berwujud. Bukan dalam waktu sedikit ia mempelajari tarian itu hingga ia bisa menggerakkan pinggulnya dengan luwes, tidak terhitung berapa kali kakinya terkilir saat belajar gerakan memutar menggunakan sepatu hak tinggi di kakinya. Jika gadis seusianya menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang, tidak bagi Sunshine. Ia menghabiskan waktu untuk membaca buku ilmu pengetahuan hingga ia memiliki puluhan tumpuk buku yang isinya telah berpindah di otaknya. Ia melakukan semua itu bukan hanya karena ingin memiliki wawasan yang luas, esensi dari semua yang ia lakukan adalah untuk memantaskan diri menjadi pendamping sang Raja pada saatnya nanti. Sunshine tahu risiko yang menghadang saat ia mendaftarkan diri menjadi salah satu kontestan Ratu Kecantikan Spanyol, tetapi ia tidak peduli. Orang lain yang tidak melihat seberapa besar usahanya menganggap jika ia hanya memanfaatkan statusnya, ia bisa memahami itu dan baginya yang terpenting ia tidak bermain kotor. Ia mendapatkan gelar dengan kecerdasannya. Bukan dengan statusnya. Namun, saat usahanya tidak dihargai oleh Lexy, ia merasakan sakit yang teramat menggigit batinnya. Rasa sakit itu dibarengi dengan perasaan asing yang lebih sakit dan menggelisahkan. Tetapi, ia tidak tahu kenapa. Bukan kali pertama dalam momen penting di hidupnya, Lexy terlambat datang bahkan sering kali tidak datang. Ia telah terbiasa diperlakukan dingin oleh Lexy, ia tahu jika tidak ada dirinya di mata Lexy. Sedikit pun tidak. Pria itu selalu mengacuhkannya, kecuali di depan publik. Ia membuka matanya, menjauhkan punggungnya dari sandaran kursi. Dengan hati-hati melepaskan mahkota yang bertakhta berlian dari kepalanya dengan hati-hati lalu melepaskan sanggul rambutnya, membiarkan rambutnya yang berwarna madu tergerai di atas pundaknya. Sunshine menatap dirinya di cermin, bibirnya melengkung membentuk senyum masam. Tidak ada yang kurang dari dirinya. Dibekali dengan paras cantik, mata yang berwarna hijau, dan rahang yang tegas, ada banyak pria kaya di Spanyol yang ingin mendapatkan dirinya. Bukan karena kecantikannya saja, tetapi juga karena ia memiliki darah bangsawan dan orang tuanya adalah salah satu anggota parlemen di pemerintahan. Ia menghela napas, seperti putus asa. "Lexy...." Belum selesai Sunshine menggumam, pintu penghubung kamarnya terbuka. Mona berjalan terburu-buru menghampirinya dan berucap, "Yang Mulia, Príncipe mengalami kecelakaan." Bersambung.... Jangan lupa untuk tinggalkan komentar dan RATE. Terima kasih dan salam manis dari Cherry yang manis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD