Selina sengaja tetap memilih berada di dalam bathtub karena ia tahu yang diinginkan oleh pria yang memiliki nafsu yang sangat besar seperti Derek.
“Sampai kapan kau berada di sana!” suara tegas bernada teguran membuat Selina terkesiap. Tidak biasanya Derek berbicara seperti itu/
“Aku menunggumu. Bukankah kau selalu menyukainya,” Selina berbicara dengan nada mendesah berusaha membangkitkan gairah pria yang berdiri di depan pintu.
“Hem…tidak kali ini. Aku tunggu di kamar,” sahut Derek mengabaikan tawaran Selina.
Mata Selina mengikuti Derek yang berjalan meninggalkan pintu kamar mandi. Matanya tidak percaya. Apa yang terjadi dengan pria itu membuat Selina bergegas keluar dari bathtub dan membilas tubuhnya di bawah shower.
“Aku minta maaf tidak menyambutmu ketika kau datang,” katanya berjalan pelan memperlihatkan bentuk tubuhnya yang terpampang jelas di balik gaun sutra yang sangat tipis.
Derek memicingkan matanya melihat bagian dibawah pangkal paha Selina yang sengaja diperlihatkan ketika wanita itu duduk di depannya. Kemudian tanpa kata-kata sebelah tangannya menarik bahu wanita yang berada di depannya dan segera mencium mulut Selina dengan kasar dan lapar.
Selina tersenyum di dalam hati. Tidak ada pria yang bisa menolak tubuhnya, tidak juga dengan Derrek. Selina berjanji selamanya hanya dirinya yang menjadi wanita pria itu.
Ciuman Derek menuntut. Sebelah tangannya menahan tengkuk Selina saat dia menekan mulutnya dan menggoda kedalamannya dengan lidahnya. Sementara sebelah tangannya yang lain meluncur turun ke punggung dan terus melewati lekukan pinggul sampai menangkup b****g wanita yang selalu memancing gairahnya.
“Derek….”
Suara Selina beradu dengan suara napas memburu Derek saat jari-jari tangannya melewati belahan b****g Selina menuju bagian inti yang terasa dingin namun juga sangat basah.
Selina berteriak dan menyebut semua ucapan yang diinginkan oleh Derek ketika mereka bercinta. Gerakan tubuh Selina sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Tuntutan agar di puaskan mendapatkan seringai Derek yang masih ingin berlama-lama.
“Derek…cepat lakukan…aku sudah tidak tahan…”
“Benarkah? Lalu apa yang bisa kau tahan? Ini?”
Derek menyerang pertahanan Selina dengan sangat keras. Menghujam miliknya yang sudah keras ke dalam lubang inti kewanitaan Selina.
Hanya suara Selina yang berisik dan tidak henti-hentinya berteriak agar Derek tidak mengurangi kecepatannya.
Derek pria berdarah panas berteriak puas setelah penyatuan tubuh mereka yang menguras tenaga. Tubuhnya menindih punggung Selina dengan bagian tubuhnya masih berada di dalam tubuh Selina.yang tidak dapat bergerak.
“Jangan bergerak. Biarkan aku berada di dalam tubuhmu sampai mengeras kembali,” bisik Derrek di telinga Selina, menggigit kecil daun telinganya dan terus menuju leharnya.
“Derek….”
“Sst…aku sudah mulai mengeras lagi,” ucapnya dan pria itu melanjutkan permainannya hingga tubuhnya mencapai kepuasan.
Derek melepaskan tangannya dari tubuh Selina dan pergi menuju kamar mandi sementara Selina tubuhnya sangat lemas tidak dapat bergerak setelah penyerangan yang dilakukan oleh pria perkasa itu. Selalu seperti ini, Derek selalu melakukannya dengan penuh hasrat dan cepat kemudian melepaskan diri dan membersihkan tubuhnya.
Selina berusaha bangkit untuk menyusul Derek, tetapi pintu kamar mandi itu terkunci, Selina berusaha mengetuk pintunya tetapi tetap tidak ada jawaban sampai akhirnya pintu tersebut terbuka.
Wajah Derek sangat dingin ketika dia berbicara, “Seingatku aku tidak pernah mengijinkanmu untuk mengetuk pintu kamar mandi selagi aku berada di dalamnya. Apa kau lupa? Kalau kau lupa kau bisa belajar lagi dan pergi dari sini.”
“Aku minta maaf…aku pikir kau mungkin mau melanjutkan percintaan kita di….”
Kalimat Selina terpotong karena tatapan Derek yang tajam dan dingin. Selina di mata pria itu tidak lebih sebagai wanita pemuas nafsunya. Tidak pernah dianggap sesuai dengan kesepakatan mereka. Selina tidak diperbolehkan menuntut perhatian dari Derek.
Dia hanya memiliki kewajiban memenuhi semua permintaan Derek dan sebagai balasannya Selina akan mendapatkan seluruh fasilitas kemewahan yang tidak pernah di dapat oleh wanita manapun.
“Kau tidak bermalam di sini?” tanya Selina ketika dia keluar kamar mandi dan melihat Derek sudah rapi dan tengah mengenakan sepatu.
“Aku punya rumah untuk apa aku bermalam di sini?” tanyanya sinis.
Selina tidak berkata-kata lagi. Biarlah Derek melakukan semua yang dia inginkan. Bukankah malam ini Derek sudah bercinta dengannya? Bukan dengan wanita super model dan bintang film tetapi dengan dirinya yang hanya seorang pekerja seni yang baru memasuki industry perfilm-an.
“Aku ingin kau siap pada awal bulan untuk menemaniku. Seminggu di Maldives,” beritahu Derek yang disambut gembira oleh Selina. Kejutan yang sangat menyenangkan ketika seorang Derek memintanya menemaninya selama seminggu.
“Aku tidak akan mengecewakanmu,” katanya memeluk tubuh Derek dengan erat sebelum mencium bibir Derek.
“Bagus. Sopirku akan menjemputmu nanti. Jadi selesaikan semua pekerjaanmu. Aku tidak akan menerima alasan tidak penting yang mengganggu semua rencanaku,” ujar Derek mengingatkan.
“Tentu…aku tentu saja tidak akan mengecewakanmu. Terima kasih untuk malam ini Derek,” katanya melepaskan kepergian pria itu sebelum membuka pintu apartement.
Malam itu Selina tidak bisa tidur. Rasa gembiranya tidak terbendung membayangkan Derek yang selalu berada di sampingnya tanpa mengenakan selembar benangpun dan bercinta kapan pun mereka inginkan. Tidak ada batasan hanya ada waktu bercinta dan bercinta tidak ada yang lainnya.
“Aku harus memberi kabar pada Andara untuk sekedar mengganggunya. Aku yakin dia belum merasakan percintaan yang menguras tenaga atau bisa jadi dia bahkan belum pernah di sentuh oleh pria. Andara hidupmu benar-benar sunyi,” katanya tertawa jahat.
Suara deringan telepon mengganggu tidur Andara. Dia tidak tahu siapa yang meneleponnya malam-malam begini. Tidak ada keinginan untuk menjawabnya, tetapi melihat nama Selina membuatny menjawab panggilan tersebut dengan suara mengantuk.
“Ada apa Kak?”
“Andara…kau harus tahu malam ini dia telah bercinta denganku berkali-kali hingga tulang tubuhku rasanya mau lepas semua dan….”
Ucapan Selina langsung dipotong oleh Andara dengan ketus, “Ga penting. Aku sangat ngantuk.”
“b******k. Seenaknya dia menutup teleponku,” omel Selina dan dia tertawa puas begitu melihat jam di dinding. Ternyata sudah dinihari.
Andara sangat kesal karena Selina mengganggu tidurnya hanya untuk memberi kabar bahwa dia sudah bercinta dengan kekasihnya. “Apa urusannya denganku. Mengganggu saja,” omelnya sebelum kembali memejamkan matanya.
Andara harus memiliki tenaga ekstra setelah Lusy memintanya untuk membuat laporan untuk perencanaan pembangunan di Maldives. Lusy memintanya untuk bekerja sama dengan Aldwin dan juga Laila.
Andara terbangun kembali sebelum fajar, Matanya sudah tidak dapat terpejam lagi tetapi tubuhnya sangat segar karena bisa istirahat total.
“Aku harus membuat makanan agar tidak perlu turun ke bawah dan menghabiskan waktu hanya untuk antri makanan,” gumamnya ketika turun ke dapur.
Selama ini Andara selalu membantu Sarah setiap kali membuat panganan untuk di jual maupun untuk di makan di rumah. Keahliannya menurut Sarah sudah tidak perlu diragukan lagi. Bahkan masih menurut Sarah Andara bisa menjual aneka kue dan masakan dikantornya bila dia mau.
“Bagaimana aku bisa menjual makanan kalau pekerjaanku sendiri saja sudah bertumpuk Mom,” katanya pada diri sendiri setelah semuanya sudah selesai dia kerjakan.
“Aku membuat cukup banyak. Aku akan membawanya untuk Bu Lusy dan Kak Laila. Aku yakin mereka pasti menyukainya,” katanya tersenyum sebelum memutuskan untuk mandi lalu bersiap untuk berangkat kerja.