Andara tidak mampu bergerak. Kemarahan menggeledak di dalam dadanya. Ia yang seharusnya marah justru mendapat cercaan. Semua yang dikatakan oleh pria itu mulai merasukinya. Menikahinya? Untuk apa? Ia bahkan tidak mengenalnya? Emosi menggelayuti kepalanya hingga ia tidak mampu berpikir jernih selain mengikuti ego nya. Menahan rasa nyeri di daerah sensituvenya, Andara bergegas turun dari tempat tidur. Mencari pakaiannya kemudian memakainya. Ia tahu wajahnya terlihat menyeramkan. Tapi ia tidak punya waktu banyak. Ia harus pergi meninggalkan pria itu. Andara melihat cek yang berada di tempat tidur, matanya bengis saat melihatnya sehingga ia merobek-robek cek tersebut hingga menjadi beberapa bagian. Langkahnya setengah berlari setelah ia mengambil tas miliknya. Berharap pria yang