Ario memeluknya, "Kamu tidak apa-apa?" Ranti menggelengkan kepalanya. "Oh tidak, pipi kamu merah. Dia menyentuhmu?" Ario tiba-tiba mengelus pipinya. Ranti mengangguk, sakit rasanya. "Kurang ajar sekali. Tidak.. Apa.. Bagaimana.. Kamu.. Ah.." Ario marah, rasanya emosinya memuncak. Dilla keterlaluan berani menyakiti Ranti. "Maaf, tadi aku meninggalkanmu berdua." Ranti menenangkannya, "Aku tidak apa-apa." Ario mendudukkan Ranti di meja dapur, lalu mengambil es batu dan membalutnya dengan handuk, "Diam ya.." Ia mengompres pipi kekasihnya dengan es dingin itu. Jantung Ranti berdebar tak menentu, berpadu dengan dinginnya es, begitu terpesona ketampanan oleh Ario. Wajah kekasihnya begitu dekat dan terlihat mengkhawatirkannya. "Sakit?" Ario dengan telaten mengompres pipinya. Ranti menggele