Ranti bangun tidur dengan tersenyum, mengingat hari ini Ario janji akan menjemputnya. Ranti pun minum air putih, sarapan sederhana kentang goreng dan sosis kesukaannya, lalu beranjak ke kamar mandi. Setelahnya, langsung memilih baju. Pakai baju apa yaa? Cukup lama ia berkutat memilih baju. Dari belasan baju yang ia keluarkan, Ranti memilih untuk mengenakan dress panjang warna biru muda kesukaannya. Tidak ketinggalan sneaker favoritnya. Ia mengurai rambutnya, dan mengenakan anting mutiara kecil kesukaannya. Hmm.. Kelihatannya ok.
Terakhir, Ranti mengoleskan lipstik merah muda. Hatinya berbunga-bunga, sudah lama ia tidak merasakan hal ini. Penyebabnya cuma satu, Ario.
Sambil menunggu, Ranti memeriksa ulang semuanya, termasuk isi tas. Ia memilih menggunakan sling bag hitam kecil, isinya hanya dompet, ponsel, bedak, lipstik dan tisu. Ranti tidak suka membawa terlalu banyak hal di tasnya.
Ponselnya berbunyi. ARIO.
Ranti, "Halo."
Ario, "Halo, sudah siap?"
Ranti, "Sudah. Ini dimana?"
Ario, Di depan apartemen.”
Ranti, "Oh, tunggu ya. Turun sekarang."
Ranti menunggu lift turun. Ia tinggal di lantai 11. OMG, 10 lantai menuju kencan dengan Ario, pikirnya.
Ario, "Iya, take your time."
Ranti, "Ok, bye," lalu menutup telepon.
Ia berjalan menuju lobi depan apartemennya. Jantungnya dag dig dug tidak karuan.
Setibanya di depan, ia melihat Ario membuka kaca jendela mobilnya dan memanggilnya. Ranti menghampiri mobil Ario lalu duduk di kursi depan. Ario terdiam menatapnya, kemudian mengalihkan perhatiannya sebelum membantunya memasang sabuk pengaman.
Ario terlihat kembali memandangnya, dan mengalihkan pandangan dengan gugup. Ranti merasa, apa ada yang aneh?
Ranti kebingungan, "Kenapa? Ada yang aneh?"
Ario pura-pura tidak melihatnya dan menjawab, "Kalau cantik itu aneh, berarti Bu Ranti aneh." Ario kemudian menekan pedal gas dan mobil pun melaju.
Ranti yang bingung dengan jawaban Ario, terdiam berpikir. Maksudnya apa? Ah bingung. Ia diam-diam mengeluarkan ponselnya, lalu mengirim pesan ke Cica.
Ranti: Ca, kalau ada yang ngomong "kalau cantik itu aneh, berarti aku aneh", maksudnya apa?
"Suka makanan apa?" Ario meliriknya, Ranti menoleh, "Apa aja suka, kecuali durian." Ario tersenyum, "Padahal mau ajak makan durian ke Medan," candanya. Ranti melihat senyum Ario menggemaskan. Ia tidak percaya, di sebelahnya Ario, si jutek di lift waktu itu.
"Kalau makanan Jepang mau?" tanyanya. Mata Ranti berbinar sambil menatap ke arah Ario, "Mauuu... Sukaa.." Ario tersenyum menatapnya, "Ok."
Mata mereka bertemu.
Ranti mendadak merasa mukanya merah. Ada kontak mata! Rasanya ini pertama kali mereka saling bertatapan. Semoga aku bisa mengendalikan diri, harap Ranti dalam hati.
Ario tampak gagah mengenakan loose tshirt hitam. Bagian favorit Ranti adalah tangannya. Meski bukan tipikal binaragawan, terlihat kekar dan kencang. Badannya atletis, jari-jarinya tampak mantap memegang kemudi. Mukanya bersih dan bercahaya, rahangnya tegas. Ganteng.
"Lupakan kejadian kemarin ya? Bisa?" tanya Ario. "Kemarin ada apa?" Ranti pura-pura bego.
Ario tertawa, ia memandang Ranti sekilas untuk kemudan matanya kembali menatap ke jalanan. "Mmm.. Ini ac nya cukup? Terlalu dingin tidak?" Sejujurnya, Ranti merasa agak dingin, tapi ia berpura-pura biasa saja, "Cukup.”
Mata Ranti melihat ada kotak coklat di pembatas antara kursi penumpang dan pengemudi. Ario sepertinya memperhatikan kalau Ranti melihat kotak coklat itu, "Mau?" Ranti mengangguk, "Itu coklat kesukaan." Ario tersenyum, "Oh ya? Itu juga saya suka."
"Wah.. Mau ya?" tanya Ranti. "Pasti boleh," jawabnya sambil memandang Ranti. "Thanks ya," Ranti pun berterima kasih lalu mengemut coklat itu. Terlihat Ario meliriknya penuh rasa ingin tahu, lagi-lagi Ario tersenyum, "Sebentar lagi sampai.”
"Ini tempat favorit saya dan Cica," Ranti kaget saat tahu Ario membawanya ke Hachi. "Oh ya? Lagi-lagi kesukaan kita sama. Siapa Cica?" tanya Ario. "Bestie.. Dia di For Her juga. Fashion Editor. Teman zaman awal masuk sampai sekarang," terang Ranti.
"Oohhh..." Ario meresponnya sambil memarkirkan mobilnya. Akhirnya mereka tiba di tujuan. Ario mematikan mesin mobil lalu membantu melepas sabuk pengaman Ranti. Setelah mengunci mobil, lalu beranjak masuk ke dalam restoran. Pelayan restoran menyambut mereka, beberapa saling berbisik sambil melihat Ario. Hmm.. Ranti terganggu.
"Atas nama Ario," ujarnya mengonfirmasi reservasinya. "Baik pa, bisa ikuti saya," ujar salah satu pelayan.
Ario mengarahkan Ranti untuk berjalan di sebelah kanannya. Dengan ragu ia memegang bagian atas tangan Ranti pelan dan memposisikan dirinya di sebelah kiri Ranti.
Ranti berdebar melihat perlakuan Ario padanya. Mereka pun memasuki salah satu ruangan private di Hachi. Jadi Hachi memiliki konsep private dining dengan ruangan-ruangan ala Jepang. Saat makan, kita harus duduk di atas tatami khas Jepang.
Ario duduk di hadapan Ranti. Baru pertama kali Ranti melihat jelas mukanya secara dekat. Hidungnya mancung, matanya tajam dan bibirnya memiliki lekuk yang menggemaskan. Pikirannya mulai berimajinasi saat melihat bibir Ario. Ranti segera mengalihkan perhatiannya. Jangan sampai ia tergoda untuk melakukannya duluan. Imajinasi nakalnya mulai bermunculan.
Ario terlihat anteng melihat menu, "Mau apa?" tanyanya. "Salmon sashimi sama lobster crunchy sushi, boleh?" jawab Ranti. "Tentu saja boleh," Ario tersenyum. "Minumnya?" Ranti langsung menjawab, "Ocha."
"Satu ocha, satu jasmine tea, salmon sashimi 2, lobster crunchy sushi dan mix platter sushi," jelasnya pada pelayan yang diam di situ.
Setelah pelayan pergi, Ario bertanya,"Suka salmon?" Ranti menganggukkan kepalanya. "Sama," ujarnya.
Ranti tersenyum menatap Ario yang membalasnya tersenyum manis menatap matanya. Saat itu, Ranti menyadari, rasa itu ada pada keduanya. Akhirnya mereka berdua tersenyum.
"Boleh saya panggil nama?" Tanyanya. "Nama siapa?" Canda Ranti. "Ranti.." Ario menyebut namanya dengan lembut.
Oh, jantungku! Ranti merasa debaran itu tidak terkontrol, makin kencang dan kencang.
"Kalau begitu, panggil Ario boleh?" Ranti bertanya dengan muka jahil untuk menutupi perasaannya. Ario lagi-lagi tersenyum, tanpa menjawab apapun. Ranti kembali bertanya, "Boleh panggil Ario?"
"Panggil apa?" tanya Ario bercanda. "Ihh.." Ranti pun merajuk. "A R I O."
"Sering-sering ya.." jawab Ario. "Sering-sering apa?" tanya Ranti bingung. "Panggil Ario," jawabnya. Ranti pun tersipu malu. "Ario, Ario, Ario, puas?" Candanya menutupi rasa malu. Ario menjawab, "Belum puas," sambil menatap tajam Ranti.
Duh, dag dig dug terus ini... Ranti cuma bisa menunduk. Ario tiba-tiba memanggilnya, "Ranti.. Mmm." Sebelum selesai berbicara, pelayan masuk membawa pesanan mereka.
Ranti yang merasa mukanya merah padam, tak sabar menanti apa yang ingin Ario ungkapkan. Ingin rasanya menyuruh pelayan ini cepat keluar. Ario mau bicara apa?