"Filmnya lucu," Ranti tersenyum. "Iya ketawanya paling keras tadi," canda Ario. "Ya soalnya lucu," ucap Ranti, "Eh, mau ke toilet dulu.. Tunggu ya.”
Ario mengangguk, lalu mengikuti Ranti menunggu di depan toilet perempuan. Ario masuk sebentar ke toilet laki-laki untuk mencuci muka. Tak berapa lama Ranti keluar, Ranti melihat rambut Ario yang masih agak basah terkena air, terlihat segar dan ganteng.
"Yu," ujarnya.
"Yu kemana?" tanya Ranti.
"Makan malam," jawab Ario.
"Oh," Ranti merespon pendek.
"Kenapa? Mau pulang saja?" Ario bertanya hati-hati.
Ranti menggeleng, belum mau pulang, masih ingin bersama Ario.
Ario tersenyum, "Mau makan apa?"
"Di atas ada rooftop resto, mau coba?" Ranti usul.
"Iya apa saja boleh," jawab Ario.
Mereka berjalan menggunakan eskalator untuk sampai di rooftop, lalu mencari tempat duduk di luar yang bisa melihat view kota. Angin malam bertiup, Ranti merasa menyesal tidak mengenakan jaket atau sweater. Ario berdiri dan melepas jaketnya, lalu meletakannya di bahu Ranti, "Angin dingin, dipakai jaketnya.”.
Ranti terharu, Ario begitu perhatian padanya. Harum badan Ario tercium saat mengenakan jaketnya. Ah, Ario seakan memeluknya.
"Terlalu besar ya jaketnya," Ario mengomentari penampilannya.
"Iya, tapi hangat, thanks ya," Ranti menyampaikan rasa terima kasihnya dengan mata berbinar-binar.
Ario memandangnya. "Cantik," gumamnya.
"Apa?" Ranti tidak mendengar gumaman Ario.
"Tidak apa-apa," Ario memandang Ranti. "Pernah makan di sini?"
"Belum, jarang nonton soalnya," jawab Ranti. "Jadi jarang ke sini."
"Kenapa jarang?" tanya Ario.
"Tidak ada teman nonton," Ranti menerangkan.
"Oh.. Saya ajak nonton lagi kapan-kapan, apa mau?" Ario ingin tahu.
Ranti mengiyakan lewat gerakan kepala.
Ario lagi-lagi tersenyum. "Besok misalnya, mau nonton?" Ario tiba-tiba bertanya.
"Serius?" Ranti bertanya, "Tidak bosan?"
"Serius, tidak bosan," ujar Ario. "Mau? Besok?"
Ranti mengangguk, lalu tersenyum.
Ario membalas senyumannya.
Makanan datang, mereka menikmatinya dalam diam. Tidak terasa, sudah pukul 19.30, Ario melihat jam tangannya. "Kita jalan pulang saja dulu ya.." Ario mengusulkan. Ranti hanya mengangguk.
Mereka berjalan menuju parkiran. Akhirnya keduanya duduk di mobil. Sebetulnya belum terlalu malam, tapi Ario sudah menyalakan mobilnya. Ranti sedikit kecewa, tapi ia tidak ingin menunjukkan kekecewaannya.
Tiba-tiba ponsel Ranti berbunyi. WIRA.
Ranti, "Ya halo," Ranti mengangkatnya.
Wira, "Lagi apa?"
Ranti, "Lagi jalan.”
Wira, "Hmm... tadinya mau ajak dinner, bisa?"
Ranti, "Tidak bisa, next time ya.”
Wira, "Ok, bye."
Setelah menutup telepon, Ranti melihat ada pesan dari Cica.
Cica: Mirantiiii.. Kadang kamu tuh ya bego kebangetan. Artinya orang itu bilang kamu "cantik". Paham? Pasti si ganteng itu ya? Pokonya ditunggu spill story lengkap.
Ranti: Dia bilang aku cantik??? Cicaaaa... Bagaimana dooongg... Oh jantungkuuu... Ini lagi bareng. Nanti aku cerita.
Ranti memasukkan ponselnya ke tas. Ario terdiam, mukanya agak mengeras. Ranti merasa aneh melihat ekspresinya. Sepanjang perjalanan, Ario terdiam.
Tidak tahan dengan suasana sunyi, Ranti mencoba mencairkan suasana, "Suka dengan film tadi?" Tanyanya. Ario hanya diam dan membuat Ranti bingung.
Ranti memandang Ario dan bertanya, "Kenapa?" Ario menoleh padanya, "Mmm.. itu tadi siapa?" Ia malah membalas pertanyaannya dengan pertanyaan. "Siapa mana?" Tanya Ranti. Dibenaknya, Cica yang terakhir chat dia.
"Yang menelepon?" Tanya Ario.
"Oh, itu Wira," jawab Ranti.
"Oh.." Ario terdiam.
Ranti bingung. "Kenapa? Ada yang salah?" tanyanya.
Ario masih juga diam. Mobil memasuki pelataran parkir apartemen, Ario pun memarkirkan mobilnya. Ranti pelan-pelan bertanya kembali, "Ada yang salah?" Ia menyentuh bagian atas pergelangan tangan Ario.
Ario menarik rem tangan, lalu melihat Ranti, "Saya rasa, saya cemburu.” Ario menunduk.