Ario sudah dekat apartemen Ranti, lalu parkir di basement dan menelepon kekasihnya. Ario, "Ini di basement. Sudah siap? Mau aku bantu?" Ranti, "Tunggu saja. Cepat ini." Ario, "Ok." Ia tertawa sendiri ingat gambar hati di bawah lehernya. Ranti terlihat berlari menuju mobilnya. Ario turun membantunya menaikkan koper ke mobil, lalu kembali memasuki mobil. Pipi Ranti terlihat kemerahan, efek lari-lari sepertinya. Cantik, aku pasti kangen berat, Ario menghela nafas. "Kenapa lari-lari? Masih ada waktu," Ario mengelus pipi Ranti. "Iyaa tapi mau ajak beli bubur dulu... Favorit!" Ranti tersenyum lebar. Ario hanya tersenyum. Sesungguhnya ia sudah sarapan, tapi melihat Ranti yang semangat, rasanya tidak ingin menolaknya. Ranti menyapanya, "Enak tidurnya?" Ario pura-pura lesu, "Kurang." R