Melamar : Apalah saya, tetap harus berkata iya karena saya pekerja

813 Words
Sesuai janji, hari ini Dara akan pergi bersama Rudi untuk mendapatkan pekerjaan baru, harap-harap, cemas. Tentu Dara mengharapkan pekerjaan lebih baik dengan gaji yang lebih baik. "Ayo". Teriak Rudi dari depan, masih diatas motor. Dara sedari tadi sudah menunggu untuk dijemput. Dara senang akhirnya dia bisa melamar pekerjaan dengan baik. "Sudah lengkap berkas?". "Sudah, tinggal surat lamaran kerja". "Nanti kita tanya dulu, posisi apa yang tersedia?" "Kemarin posisi apa yang tersedia ?". "Ada dua, front desk sama asisten pribadi". "Saya mau front desk saja". kata Dara. "mana gajinya lebih besar ?". lanjut dara. Sebenarnya kemampuan dara tidak banyak, namun dia menginginkan gaji yang besar. Sepertinya keinginan harus diturunkan. "nggak tahu, ya" kata Rudi. Tidak lama berkendara mereka sudah sampai, Dara membaca plank, Sinar Baru. Mereka berjalan sisian dan mereka langsung menuju kantor. "Selamat pagi". Sapa Rudi pada seorang yang sibuk berkutat depan meja. Rudi mendekat dan diikuti oleh Dara. Mata Dara beradu pandang, seorang yang tidak asing. "Selamat pagi". Jawabnya sembari mempersilahkan duduk. "Ini Dara, sepupu saya". Rudi segera memperkenalkan Dara. "Harris". Mereka bersalaman dan duduk bersama di meja. "Dara ingin bekerja bagian front desk, Apakah lowongan masih tersedia?" "Sudah ada beberapa yang melamar lowongan tersebut, hanya saja belum ada yang melamar sebagai Aspri, padahal saya butuh Aspri untuk Minggu depan. Saya ada perjalanan bisnis ke luar kota kemudian keluar negeri, saya butuh seorang Aspri". Kata Harris sembari menatap Dara. tatapan itu membuat Dara kikkuk. Ini tidak sesuai plannya. Dara diam, dia tidak bisa mengatakan sesuatu. "Tugas Aspri, menemani saya untuk bertemu klien, menyiapkan dokumen dan menyediakan alat-alat yang dibutuhkan. Mengatur jadwal, Intinya menyediakan apa yang saya butuhkan agar semuanya lancar". Lanjut Harris Dara terdiam, melakukan perjalanan jauh dengan orang lain, menyediakan dokumen, menemani bertemu klien. Bukan pekerjaan yang mudah. "Dara, kamu bekerja dimana sebelumnya?". Tanya Harris sekakan tidak mengenalinya, padahal keduanya sudah pernah bertemu. "Di rumah makan ibu Anita". "Kamu senang, bekerja disana ?" tanya Harris lebih lanjut "Iya, saya lumayan senang". "Apa yang membuat kamu keluar ?". "Ada kejadian yang membuat saya takut dan tidak tenang. Saya merasa perlu mendapatkan pekerjaan baru setelah kejadian itu". "Oh, Ok". "Saya harap kamu memikirkan penawaran saya, saya membutuhkan seorang Aspri dalam tempo dekat". Kata Harris lanjut Rudi sedari tadi hanya diam saja, menyimak percakapan dua orang. "Coba bocorin berapa gajinya" Kata Rudi memecahkan suasana "Gaji pokok sekitar, 1 juta saja. jika ada perjalanan biasanya saya menambahkan dua juta dan 5 juta untuk keluar negeri, tergantung juga, semakin lama dan semakin jauh semakin banyak juga gajinya. Kebanyakan saya hanya ke luar kota saja. Hanya saja, saat ini saya hendak melakukan perjalanan jauh jadi butuh Aspri". "Terima kasih untuk tawarannya, saya butuh mempertimbangkan karena saya berniat melamar sebagai front desk, saya akan segera kembali setelah membuat keputusan untuk pekerjaan ini". "Oh, ya silahkan. Saya harap anda membuat keputusan yang baik. Silahkan kembali setelah mempertimbangkan pekerjaan ini". "Saya pamit, Pak". Ucap Dara "Silahkan". Dara balik, diikuti Rudi yang setia menemaninya. Mereka berjalan menuju parkiran. "Rudi, menurut kamu, gimana?" Tanya Dara. "Tergantung sama kamu, Dara. Gajinya oke, menurut saya. Hanya saja pekerjaan nya jam terbang tinggi". "Itu yang saya pertimbangkan, sebagai Aspri kita stand by 24 jam, bagus kalau dia bos yang tidak ribet". Lanjut Dara. "Nah, itu. Itu semua kembali ke diri kamu". Lanjut Rudi. "Ada uang, ada resiko". Dara pulang, rasanya sulit untuk menjadi Aspri, karena dia tidak mampu. Mengingat gaji yang ditawarkan sesuai dengan keinginannya, hanya saja dia tidak mengira tawaran pekerjaannya sangat membagongkan, masa iya dia akan melakukan perjalanan jauh dengan laki-laki itu rasanya tidak mungkin, mengingat pekerjaan di Ibu Anita yang sulit. Sebaiknya Dara menerima tawaran itu, tawaran yang baik untuk memulai hal baru. Aspri. Seperti biasa, Dara pergi bekerja shift malam, sebelum bekerja dia mampir di toko Yasmin, mau curhat. "Yas, menurut kamu gimana?".Tanya Dara kepada Yasmin setelah menceritakan semuanya "Tergantung kamu, Dara. Soalnya kamu juga nggak betah kerja di Ibu Anita, kalau jadi Aspri ya kamu tahu resikonya". Jawab Yasmin, sebenarnya Yasmin juga agak takut tapi itu semua dilema dara. "Kamu kenal nggak sama itu Harris?". "Kenal-kenal begitu, bagaimana saya tahu orangnya, saya tidak pernah ngobrol, kenapa nggak tanya Rudi saja?". Tanya Yasmin balik * "Yahh, itu langganan saja, bukan teman dekat. Kebetulan dekat situ bengkel ya Rudi". Jelas Dara. Menurut Rudi, selama ini semua baik-baik saja, tidak mungkin di ulti kalau tidak ada tanda-tanda kejahatan, apalagi ini atas nama pekerjaan, bisa-bisa tertolak. "hati-hati saja, pesanku". * Semua pekerjaan butuh hati-hati, hanya saja ini terlalu hati-hati. Keesokkan harinya Dara pergi bertemu Harris untuk menyetor lamaran pekerjaan, Esoknya lagi dia akan berhenti dari warung Ibu Anita jika telah diterima bekerja. tidak mungkin Dara melepas tangan jika belum menerima pekerjaan baru. "Saya mau kamu cepat belajar, karena waktunya sangat mepet". Ujar Harris. Mulai besok dia akan bekerja. Mengikuti kemanapun Pak Harris pergi. Hari ini, Dara akan pamit ke ibu Anita kalau dia resign. Keluar dari satu masalah, masuk ke masalah baru, begitulah hidup.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD