Pramusaji : Sajian maut

1196 Words
Rasanya pengen menyerah jika mengingat 500.000 : 12 jam. Sudah kayak kerja paksa, udah begitu Ibu Anita terlalu banyak mau, mau A dan B yang membuat Dara menahan pitam. Sadar diri posisi di bawah tekanan. Sedari awal dia bersedia bekerja dibawah tekanan, ternyata ibu Anita memang pandai menekan Orang. Nia, saya sudah di tempat kerja Sebuah text dikirim untuk mempercepat proses transaksi yang kecil ini namun lumayan. Hi, Dara. Habis makan malam saya akan ke lokasi Jawab Sonia Dara dan Sonia berteman sejak mereka sama-sama bekerja di ibu Anita, pemilik kantin / restauran/ rumah makan Anita Wangi. Rumah makan ini menyediakan beragam hidangan, bubur ayam, nasi kuning, kue tradisional biasa disajikan pagi hari sampai siang. Siang hari, mereka menyediakan Ikan bakar, Ayam penyet, Rawon dan masakan rumahan yang disajikan prasmanan. Malam hari, mereka menyediakan sate, nasi goreng dan gorengan. tentu saja prasmanan tersedia sampai pagi. Itu yang menjadikan rumah makan Anita Wangi Rame, olehnya banyak orang berkunjung tanpa kenal waktu. Memang RM Anita Wangi buka 24 jam. Sonia awalnya bekerja disana, namun pindah karena pacar Sonia, memberikan dana untuk mulai usaha sendiri. Mereka membuka warung Nasi goreng 7 Aroma laut di sebrang jalan. Warung tersebut lumayan Rame karena mereka pandai mengaet klien, awalnya Sonia mengajak Dara bergabung, namun Dara ogah karena tempat mereka sangat kecil dan tidak memiliki surat izin usaha. Selain itu, warung mereka juga di tepi jalan raya tanpa ada bangunan permanen. Dara khawatir ada orang yang mengintainya, membuat gaduh dan akan membuat Dara makin kesusahan. Sejauh ini, mereka aman saja. Dara mulai membersihkan meja - meja makan yang telah ditinggalkan oleh para tamu. Pertama tama, Dara menyusun piring dan meletakkan pada troli agar mudah di bawa lalu mengelap meja, memastikan meja kinclong dan siap digunakan oleh tamu. Tidak lupa, Dara juga menyapu dibawah meja, semuanya serba bersih, pastikan tidak ada sisa makanan tercecer di bawah meja. Setiap meja yang telah ditinggalkan oleh tamu, Dara segera mendorong trolinya dan membersihkan, Disana ada sekitar 100 meja, itulah yang membuat Dara capek dan terus berputar keliling meja-meja dan memastikan semua bersih. Restoran Segede ini gajinya cuma 500.000, Ibu Anita selalu menjanjikan kenaikan gaji setelah 3 bulan bekerja, Itupun jika dinilai kerjaannya bagus, kalau tidak maka akan stagnan di 500.000. Ini baru bulan ke 2, rasanya sudah seperti neraka. Meskipun, Dara diperbolehkan makan 3 kali sehari, Biasanya Dara akan makan sebelum bekerja dan setelah bekerja. Isi energi sebelum pertempuran dimulai, itulah yang diingatkan oleh Ibu Anita. Bagi Dara tetap saja ingin menikmati uang hasil kerja untuk menyenangkan dirinya. Orang tertinggi gajinya adalah mbok Yum, 5 juta. Mbok Yum bekerja dengan Ibu Anita sejak awal, pertama kali resto ini di buka, pelanggan juga masih sangat sedikit, waktu itu Mbok Yum juga di gaji 500.000, Setelah mulai rame, mbok Yum juga mendapatkan kenaikan gaji, sedikit demi sedikit. Itulah Mbok Yum menjadi kepala para pekerja bagian dapur, karena dia paling menguasai semua jenis pergerakan dapur, meskipun 1 jenis sedok pun diketahuinya. Luar biasa sosok mbok Yum. Semua orang menaruh hormat kepada mbok Yum. "berapa lama bekerja disini, Dek ?" Sebuah pertanyaan random terdengar, sepertinya dari meja sebelah, ada seorang laki-laki yang telah menyelesaikan makannya. Dara menghentikan tanganya yang sedari tadi sibuk mengelap meja, dan pikirannya melayang pada gaji 500.000 yang masih saja kurang. Dara terdiam, memperhatikan sosok lelaki berbaju biru muda, ganteng, terlihat berwibawa, sepertinya dia seorang pimpinan atau manager. Laki-laki itu menatap Dara, menyadari dirinya sedang diperhatikan. " 1 bulan " jawab Dara lirih, sebenarnya Dara sedang tidak mengharapkan pertanyaan dari siapapun namun dia wajib menjawab pertanyaan random dari orang random. Segera Dara menyelesaikan pekerjaannya, sebelum beralih ke meja berikutnya bertanya "kerja dimana, pak ?" Tanya Dara, hanya bermaksud basa basi, membalas pertanyaan dengan pertanyaan "kerja di Usaha Sinar Baru". jawabnya enteng. Oh, sebuah perusahaan penjualan alat bangunan yang mentereng. Dara melanjutkan pekerjaan nya, mengelap meja meja kotor disebelahnya dan mengabaikan laki laki itu. Setelah pekerjaannya selesai, Dara kembali ke dapur, mendorong trolinya, namun lelaki random itu telah pergi. Memang tidak perlu pamit. dari kejauhan terlihat Sonia berjalan menuju ke arahnya, melambaikan tangan, dengan segera Dara menghentikan trolinya dan berjalan menuju Sonia, dengan cepat dia merogoh sakunya dan memberikan serum hydrant ke Sonia, produk pesanannya. Dara menerima uang 100 ribu, segera mengucapkan terimakasih. Transaksi kilat, hanya dilakukan oleh ahlinya. Tidak ada waktu untuk bercengkrama, karena Dara sedang sibuk bekerja. Dara melanjutkan mendorong trolinya menuju ke dapur, beberapa orang terdengar ribut-ribut, membicarakan dengan bisik-bisik, setengah marah, setengah menangis. Dara melongok, melihat sekumpulan perempuan, rekan kerja sedang beradu argument. Dara melihat dengan bingung dan memilih melanjutkan pekerjaannya, menurunkan piring - piring ke tempat cuci piring. Setelah selesai, Dara mendorong trolinya menuju ke depan, dengan sigap akan mengambil piring piring kotor yang telah ditinggalkan oleh para Tamu. Dara menuju ke arah Yasmin yang sedang membawa buku menu, sambil berbisik Dara bertanya "kenapa di belakang ribut ?" "Ribut kenapa?" tanya balik Yasmin. Pertanyaannya mendapatkan pertanyaan membuatnya hanya mengernyit dahi sebagai tanda tidak paham. Yasmin juga terlihat tidak tertarik, Dara segera menghampiri piring-piring tergeletak diatas meja kosong. Tugasnya memang ringan, tapi cukup membuat dirinya hilir mudik. Capek juga, meski hanya mungut piring kotor. Dari dapur, terdengar orang menangis, semua orang berlari menuju dapur. Dara juga berjalan menuju dapur, memastikan ada sesuatu yang terjadi. Seorang perempuan kejang-kejang, mulutnya berbusa. Sesuatu terjadi padanya. Semua orang berteriak, minta tolong. sembari menyebut nama Sofi. "Tolong ! Sofi! Sofi!" teriak Ibu-ibu bersahutan. Ibu Anita segera berlari mendekat, menolong Sofi. Memapah dengan bantuan dua orang laki-laki. Dibawa ke halaman depan menuju mobil ibu Anita. Ibu Anita langsung membawa, Sofi ke rumah sakit untuk diperiksa. Dapur pun segera ramai, para tamu juga ikut serta berdiri memastikan semuanya Aman, beberapa orang juga meninggalkan meja makan, sepertinya moodnya hilang. Pak Ari, selaku manajer. menginstruksikan semua orang kembali bekerja. Beberapa orang masih saja berbisik -bisik mencari tahu akar permasalahannya. Para pembeli masih banyak, jika masalahnya diungkit terus berbahaya. Pak Ari, berjalan berkeliling ke semua meja untuk memastikan bahwa permasalahan sudah ditangani oleh Ibu Anita langsung dan sementara dalam pemeriksaan di rumah sakit terdekat. Kepada para pekerja, pak Ari memastikan semua bekerja dan tidak bergosip. Pikiran Dara berkecamuk, tadi dia melihat mereka di dapur beradu argument, tentu saja dia beranggapan bahwa itu adalah masalah pribadi. Tidak mungkin Dara ikut serta, karena dia anak baru. Serem juga melihat peristiwa, Dara berusaha fokus untuk tetap bekerja, berkeliling ke meja-meja untuk membersihkan meja. Pak Ari juga masih keliling memantau semua pergerakan. Sepertinya mulai mencurigai beberapa orang termasuk dirinya. Dara terdiam, mematung. Sepertinya malam ini akan ada investigasi setelah para tamu mulai sepi, takut juga membayangkan dituduh yang tidak-tidak, apalagi Dara bersinggungan dengan dapur setiap hari. Dara kembali mendorong trolinya ke dapur, disana ada Yasmin sedang bergosip ria dengan beberapa orang karyawan. Jiwa kepo Dara bergejolak, dia mendekat menajamkan pendengaran. "siapa ?" "sama pacarnya" "Oh, pacarnya yang pegawai bank itu ?" "iya, yang tiap hari nengok Sofi". "Lah, kok bisa sampai tega gitu". "ternyata semua palsu". "Palsu gimana?" Gosip yang sedang serunya, dikagetkan dengan suara berat pak Ari "Sudah-sudah, jangan ditambah -tambahi nanti dosanya kemana-mana". Bubar-bubar. Semua orang mulai memegang pekerjaannya masing-masing. Dara segera menurunkan piring-piring kotor untuk dicuci. "Sekarang kerja dulu, masih banyak pembeli, nanti kalau sudah selesai baru boleh istirahat". Semuanya diam dan melanjutkan pekerjaan masing-masing
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD