When you visit our website, if you give your consent, we will use cookies to allow us to collect data for aggregated statistics to improve our service and remember your choice for future visits. Cookie Policy & Privacy Policy
Dear Reader, we use the permissions associated with cookies to keep our website running smoothly and to provide you with personalized content that better meets your needs and ensure the best reading experience. At any time, you can change your permissions for the cookie settings below.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Ternyata, begitu berat pura-pura menjadi kuat, di saat hati membutuhkan tempat, untuk sekedar beristirahat, dari segala pelik kehidupan yang menjerat. *** Langkah kaki Ayya terlihat begitu berat dengan air mata yang semakin banyak membasahi wajahnya, melihat bagaimana ramainya halaman rumah dan bendera putih terpasang di sana. Wajahnya semakin pucat, isakan yang sepanjang jalan tidak pernah berhenti itu kini terdengar lebih keras dan menyakitkan. Tubuhnya terasa begitu lemas saat kenyataan pahit itu kembali menghantamnya, jika semua yang dialami ini adalah nyata. Ayahnya telah tiada. Maya yang sejak tadi menunggu kepulangan Ayya setelah Arion mengatakan telah memberi tahu kakaknya itu langsung berlari begitu melihat Ayya dari jauh, melihat bagaimana kacaunya gadis itu yang pasti pulang