bc

Obsesi Panas Tuan Christian

book_age18+
11
FOLLOW
1K
READ
fated
badboy
heir/heiress
drama
bold
city
love at the first sight
addiction
like
intro-logo
Blurb

Christian Kim, seorang tuan muda tampan dan kejam dari keluarga kaya, selalu mendapatkan apa yang diinginkannya, termasuk Moon, gadis desa yang dipaksanya melayani dengan ancaman. Kebencian Moon terhadap Christian memuncak setelah kematian neneknya, mendorongnya untuk merencanakan pembalasan dendam dengan menikam pria itu. Namun, kebencian Moon mulai goyah saat Christian berusaha keras memenangkan hatinya.Ternyata, Moon yang diadopsi dan dibesarkan oleh nenek desa itu memiliki hubungan rahasia dengan keluarga besar Kim, sebuah fakta yang menjadi tamparan besar bagi Christian.Apa yang akan terjadi pada Christian dan Moon yang telah tumbuh benih cinta di antara mereka? Akankah hubungan rahasia yang terungkap merusak atau memperkuat perasaan mereka?

chap-preview
Free preview
Pertemuan Pertama
Sebuah desa. Di dalam kamar kecil yang gelap seorang pria tampan tengah menindih seorang gadis dengan paksa. Tangan kekar pria itu berusaha melepaskan pakaian gadis yang terus meronta. Gadis itu adalah Moon, penduduk desa yang dikenal baik hati dan penyayang. Namun malam ini, dia terperangkap dalam situasi mengerikan. "Lepaskan aku!" teriak Moon dengan air mata membanjiri pipinya. Christian Kim, pria berwajah tampan namun berhati dingin, mengabaikan teriakan Moon. Tatapannya sinis dan penuh nafsu, memperlihatkan siapa yang memegang kendali. "Seluruh warga desa ada di tanganmu," ujarnya dengan suara rendah namun tegas. "Apakah kau berencana melawanku? Jika kau bersedia menjadi wanitaku, mereka akan tetap tinggal di sini sampai kapan pun. Pilihan ada di tanganmu." Christian melanjutkan ciumannya, dari leher hingga ke tubuh Moon yang terus gemetar. "Christian Kim, aku membencimu," isak Moon dalam tangis, namun Christian hanya tersenyum sinis. Christian mulai menanggalkan semua pakaian Moon, tidak peduli dengan perjuangan gadis itu. Moon mencoba melawan sekuat tenaga, namun tubuhnya kalah kuat dari pria itu yang kini terbakar n*fsu. Namun tiba-tiba, suara ketukan pintu memecah keheningan malam. Tok! Tok! Tok! "Moon, apakah kamu sudah siap? Mereka sedang menunggumu!" suara seorang wanita dari luar terdengar. Moon yang kesakitan mencoba berteriak meminta pertolongan, namun Christian dengan cepat membekap mulutnya. Wajahnya penuh amarah, tapi juga ketegangan karena ketukan itu. Kamar yang gelap semakin terasa mencekam. Dari celah kecil, bayangan seseorang terlihat di luar. Apa yang akan terjadi di malam itu? Apakah Moon berhasil melepaskan diri dan meminta bantuan dari pemilik suara itu, atau justru nasibnya semakin memburuk di tangan Christian? 5 hari yang lalu sebelum kejadian. Sebuah desa yang terletak di tengah pegunungan hijau dengan udara segar dan pemandangan yang memukau, penuh dengan kehangatan dan keramahan. Penduduknya saling mengenal dengan baik, menciptakan ikatan kekeluargaan yang erat. Mereka menjalani kehidupan yang sederhana, bercocok tanam, dan berdagang di pasar kecil di pusat desa. Di sinilah Moon, seorang gadis muda yang dikenal karena kecantikannya yang alami dan sifatnya yang ceria, hidup bersama neneknya. Moon, dengan rambut panjangnya yang berkibar terkena angin, mengayuh sepeda dengan penuh semangat menuju pasar desa. Senyumnya yang manis dengan lesung pipi yang menghiasi wajah bulatnya membuatnya selalu terlihat ceria. Setibanya di pasar, dia berhenti di depan kios sayuran milik seorang wanita paruh baya. "Bibi, sayur yang aku pesan, apakah sudah tersedia?" tanya Moon dengan senyum ramah. Wanita paruh baya itu, yang sudah mengenal Moon sejak kecil, tersenyum kembali. "Moon, Bibi sudah simpan untukmu," katanya sambil mengeluarkan beberapa sayuran segar dari bawah meja. "Terima kasih!" ucap Moon dengan senyum. "Nenekmu sangat suka makan sayur, tentu saja Bibi harus menyediakan lebih untuknya," tambah wanita itu dengan ramah, menunjukkan betapa eratnya hubungan mereka. Namun, suasana yang damai itu tiba-tiba pecah ketika terdengar teriakan panik dari seorang pria muda bernama Ekin. Dia berlari ke arah mereka, wajahnya penuh kecemasan."Gawat! Gawat!" teriak Ekin, napasnya tersengal-sengal. Semua orang di pasar berhenti sejenak, menoleh ke arahnya dengan rasa penasaran dan khawatir. "Ekin, ada apa denganmu? Apa terjadi sesuatu?" tanya salah satu warga yang berdiri dekat dengan Moon. Ekin berusaha mengatur napasnya sebelum menjawab, "Baru dapat informasi, besok mereka akan datang lagi untuk mengusir kita. Kali ini yang datang adalah pengurusnya, mereka bersama beberapa anak buahnya. Kalau kita menolak, mereka akan melakukan penggusuran paksa." Salah satu warga yang lebih tua mengangguk dengan cemas, "Mereka selalu saja datang berusaha untuk mengusir kita," katanya, suaranya penuh kekhawatiran. Seorang pria lain yang berdiri di sebelahnya, dengan nada tegas berkata, "Tetap saja seperti biasa, kita pertahankan tempat tinggal kita. Bagaimanapun, kita tidak akan pergi meninggalkan tempat ini." Suaranya penuh keyakinan dan tekad, menginspirasi warga lainnya untuk bersiap menghadapi ancaman yang akan datang. Moon yang mendengar semua ini, merasakan hatinya menjadi berat. Desa ini adalah rumahnya, tempat dia tumbuh dan mengenal banyak orang yang sudah dianggap sebagai keluarganya. "Kalau nenek tahu pasti sedih lagi, Apakah tidak ada cara lain untuk menghentikan semua ini," batin Moon. Keesokan harinya,, pada pukul 06.00 Moon mendatangi tepi pantai dan menghirup udara yang segar,ia kemudian berjongkok memainkan pasir di posisi tempat dua berdiri. Moon merasakan butiran pasir yang dingin dan lembut di antara jari-jarinya. Suara ombak yang berderai menambah ketenangan di pagi yang sejuk itu. Di kejauhan, seorang pria tampan dan berpenampilan rapi berdiri memandang laut. Dari pakaiannya yang elegan dan sikapnya yang penuh percaya diri, jelas ia bukan berasal dari desa kecil ini, melainkan dari kota besar. Saat pria itu berbalik untuk pergi, matanya tertumbuk pada sosok Moon yang sedang asyik bermain pasir. Dia terdiam sejenak, terpikat oleh pemandangan gadis muda yang tampak begitu bebas dan damai. Tanpa disadari, sebuah senyum tipis tersungging di bibirnya. Dengan gerakan cepat, dia mengeluarkan ponselnya dan diam-diam mengambil foto Moon. "Tuan muda, semuanya sudah siap. Mereka akan segera merobohkan semua bangunan di desa ini," suara seorang pria, yang ternyata adalah sekretarisnya, membuyarkan perhatian pria tersebut. "Selesaikan hari ini juga, aku tidak suka membuang waktu!" perintahnya dengan nada tegas, wajahnya yang tadi tersenyum manis berubah menjadi serius. Namun, saat ia mulai melangkah pergi, pandangannya kembali tertuju pada Moon. Sebuah senyuman kecil muncul di wajahnya sebelum ia benar-benar meninggalkan tempat itu. Dua alat berat berdiri gagah di pinggiran desa, siap meratakan setiap bangunan yang ada. Para warga, dari yang tua hingga yang muda, berkumpul dengan tekad bulat untuk melawan para pekerja dan petugas yang dikirim dari kota. Di tengah kerumunan itu, pria tampan yang menjadi mewakili perusahaan berdiri dengan angkuhnya, mewakili kepentingan korporat yang ingin mengambil alih lahan mereka. Pagi itu, suasana di desa penuh dengan ketegangan. Para warga, yang sangat mencintai tanah mereka, berusaha mati-matian menghentikan rencana penghancuran. Mereka berteriak-teriak, berharap suara mereka didengar. "Walau kami mati, kami tidak akan pergi dari sini!" seorang warga berseru lantang, suaranya penuh dengan emosi dan keteguhan. "Aku adalah pengurus Kim, ingin mengatakan, Sayang sekali, tempat ini bukan hak kalian lagi. Selagi kalian bekerja sama, pihak perusahaan akan memberikan kompensasi. Kalian bisa pindah ke mana saja yang kalian suka," ucapnya, seolah masalah ini hanyalah urusan bisnis biasa. Seorang kakek tua, yang telah hidup di desa itu hampir sepanjang hidupnya, melangkah maju dengan wajah penuh amarah. "Kenapa kalian suka sekali menindas warga kecil seperti kami? Usiaku sudah 75 tahun. Sejak usia 10 tahun aku sudah tinggal di desa ini. Sampai matipun aku tidak akan pergi," katanya dengan suara yang bergetar, namun tegas. Pengurus Kim yang dikenal kejam dan tidak berperasaan hanya tersenyum sinis. "Itu urusanmu, Pak Tua. Aku masih berbaik hati menawarkan uang kompensasi. Lebih baik terima uangnya dan pergi. Kalau kalian tetap melawan, kalian tidak akan mendapatkan apa-apa," ucapnya dengan nada mengancam. "Kami akan menuntutmu!" teriak seorang warga lain, berusaha menunjukkan keberanian mereka meskipun jelas-jelas kalah kekuatan. "Lakukan saja! Aku akan menggunakan sepuluh pengacara untuk mengurus masalah ini. Sedangkan kalian, apa yang bisa kalian lakukan untuk melawan kami?" jawab pengurus Kim dengan senyum angkuh, seolah kemenangan sudah di tangannya. Merasa terhina, kakek itu maju dengan tangan terangkat, siap melayangkan pukulan ke wajah pria tersebut. Namun, aksinya langsung dihentikan oleh pengurus Kim, yang dengan cepat menangkap tangannya dan mendorongnya hingga kakek itu tersungkur ke tanah. "Kakek!" teriak warga lain yang ingin segera bergegas menolongnya, panik melihat kakek itu terjatuh. Pengurus Kim mengibaskan tangannya, seolah ingin menghilangkan kotoran yang menempel, lalu mengeluarkan saputangan dari sakunya. "Tidak tahu diri," ucapnya dingin sambil mengelap tangannya, menambah rasa amarah dan frustasi warga yang merasa dihina. Mereka hanya bisa menggertakkan gigi, menahan marah yang membara dalam hati. Moon, yang baru tiba di lokasi, menyaksikan kejadian itu dengan mata kepala sendiri. Tanpa berpikir panjang, ia berlari mendekati pengurus Kim. Tanpa ragu, tangannya melayang dan menampar keras wajah pria kota itu, "Plak!" Tamparan itu menggema di udara, membuat semua orang terdiam sejenak. Wajah pria itu memerah karena tamparan tersebut. Dia menatap Moon dengan tatapan tajam, tetapi alih-alih marah, dia justru tersenyum—sebuah senyum yang berbahaya dan penuh teka-teki.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Mate and Brother's Betrayal

read
524.0K
bc

The Pack's Doctor

read
159.6K
bc

The Triplets' Fighter Luna

read
213.2K
bc

Claimed by my Brother’s Best Friends

read
219.2K
bc

Her Triplet Alphas

read
8.3M
bc

La traición de mi compañero destinado y mi hermano

read
169.4K
bc

Ex-Fiancé's Regret Upon Discovering I'm a Billionaire

read
155.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook