“Bagus! Kamu memang pantas mendapatkannya, pria sialan!” maki Xiu Ying puas, tertawa keras melihat pipi pria tampan itu sudah ada bekas 5 jari An Yuan di sana.
“Kurang ajar! Beraninya kamu menampar Jian Chen!” jerit Feng Jia Ju marah, hendak maju ke arah An Yuan, tapi segera ditahan oleh Jian Chen.
Wajah tampannya memuram kelam, sangat tidak enak dipandang.
“Cukup. Kita pulang saja. Tidak baik bagimu jika terlalu lama berada di sini. Paparazzi bisa saja muncul dan membuatmu dalam masalah,” bujuk Jian Chen yang seketika saja melembut. Tapi, detik berikutnya melirik ke arah An Yuan dengan sangat sinis, melanjutkan ucapannya dengan penuh ancaman. “Tunggu aku di rumah. Kita akan membicarakan kelakuanmu hari ini.”
Selesai berkata begitu, Jian Chen meninggalkan An Yuan yang tertegun kaget dalam diam.
Biasanya, pria itu pasti akan bersikap lebih kejam dan jahat jika An Yuan melawannya. Tapi, dia tidak melakukan apa pun. Bahkan setelah mendapat tamparan tadi, dia malah terlihat tetap tenang.
Apakah karena Feng Jia Ju berada di sisinya, dan sebentar lagi mereka akan bersama kembali sebagai pasangan?
Memikirkan ini, hati An Yuan bagaikan ditetesi oleh lava panas yang berpijar. Sakit dan berdenyut hebat.
“Ayo, kita juga pergi, Yuanyuan! Melihat mereka membuat selera makanku hampir lenyap tak bersisa! Tamparanmu tadi sudah sangat bagus! Kalau dia ribut lagi denganmu saat pulang nanti, kamu tampar lagi muka dingin sialannya itu! Kalau perlu, lempar dengan penggorengan juga!”
Xu Xiu Ying segera menarik An Yuan yang nyaris terbahak mendengar ucapannya.
Di saat memasuki kursi co-pilot, An Yuan melamun dengan tatapan setengah hampa.
Dia masih tidak percaya kalau sebentar lagi akan berpisah selamanya dari pria yang sangat dicintainya. Ini seperti mimpi yang tidak nyata.
Pernikahan 2 tahun yang dijalaninya seolah-olah hanyalah sebuah lelucon yang berlalu dalam sekejap mata. Tidak berarti sama sekali.
“Kamu mau makan apa? Biar aku yang mentraktirmu sebagai perayaan kemenangan telah menampar suami bajinganmu itu!” seru Xiu Ying cerah, berusaha tersenyum lebar untuk menghibur sahabatnya yang kini jelas-jelas terlihat sedih dan mendung.
“Apa saja. Aku tidak masalah,” balas An Yuan sambil tersenyum hambar, mengerutkan kening lemah tanpa ada semangat sama sekali.
“Ok! Baiklah! Kita akan makan makanan ala barat hari ini! Lupakan pria itu! Ayo makan sampai perut kita akan meledak hebat!”
An Yuan tertawa kecil mendengar kalimat penuh semangat darinya, dan ketika ponsel di dalam tas bergetar, fokusnya teralihkan dengan cepat.
Sebuah pesan tertera di layar. Berbunyi seperti ini:
Dokter Zhang: Yuanyuan, kapan kamu akan memulai perawatanmu? Jika sudah terlambat, maka aku tidak yakin kamu bisa bertahan hidup meski hanya untuk satu tahun saja. Datanglah ke rumah sakit 2 minggu lagi untuk melakukan pemeriksaan ulang. Aku harus memeriksa perkembangan kondisi kesehatanmu agar bisa menyesuaikan perawatan terbaik untukmu.
Kalimat itu membuat Gu An Yuan termenung cukup lama. Pikirannya tiba-tiba menjadi kosong.
Dia tahu kalau hidupnya sudah tidak lama lagi. Jadi, apa gunanya melakukan semua usaha merepotkan yang sangat sia-sia seperti itu? Bukankah dia sebaiknya menghabiskan hari-harinya dengan hal-hal yang lebih berguna dan menyenangkan?
Gu An Yuan: Maaf, dokter. Tolong izinkan saya memikirkannya beberapa hari lagi.
“Siapa?” tanya Xiu Ying penasaran, melirik cepat ke arah wanita di sebelahnya sambil membelokkan arah mobil. Tiba-tiba, suara jahil dan menggodanya terdengar penuh antusias. “Jangan-jangan, dia adalah selingkuhanmu, ya?”
Gu An Yuan tersenyum jenaka, sebelah kening terangkat cepat. “Menurutmu?”
“Yuanyuan! Jangan begitu! Aku bisa mati karena penasaran! Kalau pria itu memang lebih baik daripada Lu Jian Chen, aku pasti akan mendukung kalian berdua! Memangnya hanya dia yang boleh selingkuh dan bersenang-senang?! Seharusnya, kamu juga menunjukkan bukti perselingkuhan mereka berdua di pengadilan!”
“Untuk apa? Kalau pun aku berhasil mengumpulkan bukti, apakah menurutmu Jian Chen akan membiarkan reputasi mereka rusak? Fen Jia Ju adalah artis dan model yang baru saja naik daun. Bukankah sudah jelas dia akan melindunginya sekuat tenaga?”
Xu Xiu Ying tiba-tiba gemas mendengar penjelasannya, menoleh sebentar dan mengejeknya kesal. “Kamu benar-benar bodoh! Kalau begitu, setidaknya kalau selingkuh, kamu harus bisa bermain rapi dan cantik, kan? Lihat sekarang! Dia menuntut sebagian sahammu sesuai perjanjian pra nikah kalian berdua! Dan dia akan bersama wanita ularmu tidak lama lagi! Kamu tidak marah, ya?!”
Gu An Yuan hanya tersenyum tidak jelas, mengedikkan bahu pelan. “Aku hanya memiliki saham itu. Kalau dia mau mengambilnya, maka biarkan saja. Aku juga tidak terlalu peduli dengan masalah perusahaan.”
Xiu Ying kaget mendengarnya. Bukankah selama beberapa persidangan yang telah dijalaninya, An Yuan sangat gigih mempertahankan semua hartanya, dan malah ingin meminta kompensasi setinggi langit dari Lu Jian Chen gara-gara telah menuntutnya untuk bercerai? Kenapa dia berbicara santai begitu sekarang?
“Apa kamu sungguh tidak bisa melawannya lagi? Apa kamu akan semudah ini menyerah, Yuanyuan? Lu Jian Chen tidak hanya merusak mentalmu dengan perselingkuhan terbukanya sejak kalian menikah, tapi dia juga adalah suami berengsek yang tidak bertanggung jawab! Seharusnya, kamu melakukan banding dan menuntutnya lebih banyak sampai dia kalah dan menyerah di bawah kakimu! Kenapa kamu tidak mau melibatkan ayahmu dalam hal ini? Bukankah dia bisa menekan keluarga Lu jika pria itu bertingkah macam-macam seperti sekarang?”
An Yuan tidak segera membalasnya, tatapanya melamun menatap lampu lalu lintas yang berubah merah. Deretan mobil segera berhenti dalam satu garis lurus.
“Yingying, kamu tahu kalau Jian Chen sama sekali tidak mencintaiku. Sejak awal, aku adalah pihak ketiga yang telah merusak hubungannya dengan wanita itu, kan?”
“Itu memang benar! Tapi, bukankah kita sudah tahu kalau Feng Jia Ju adalah wanita licik yang menjual tubuhnya kepada pria lain demi kekayaan dan nama besar? Lu Jian Chen benar-benar buta dan bodoh! CEO hebat apanya?! Dia cuma punya otak sebesar telur ikan!” umpat Xiu Ying kesal, menginjak gas dan segera membelokkan arah mobil sekali lagi.
“Walaupun begitu, Jian Chen sangat mencintainya, bukan? Biarkan saja dia mengetahuinya seiring waktu berlalu. Kita tidak perlu ikut campur. Aku juga sudah mulai bosan dengannya. Memangnya hanya dia pra tampan di dunia ini? Kenapa aku harus terikat dengan pria yang tidak mencintaiku? Iya, kan?” jelas An Yuan dengan wajah dipaksa ceria, bibirnya terasa sakit karena harus tersenyum sangat lebar dan penuh semangat.
Xiu Ying tergelak kencang, mengecek jam tangan yang menunjukkan hampir pukul 2 siang. “Benar! Benar! Kalau begitu, setelah makan siang ini, aku akan segera mengatur pesta kecil untukmu di klub malam kesukaanku! Kita akan merayakan lebih cepat kebebasanmu dari penjara hidup pria berengsek itu!”
“Tidak perlu melakukan itu, Yingying! Bukankah besok kamu masih harus ke kantor pagi-pagi sekali?” balas An Yuan panik, merasa ngeri jika harus membayangkan temannya mabuk tak terkendali dan mulai bertingkah gila di jalanan. Benar-benar sangat merepotkan!
Xu Xiu Ying sangat tidak bersahabat dengan minuman beralkohol, dan pasti akan selalu membuatnya cemas setiap kali menerima telepon darinya yang sudah mabuk parah.
“Tidak! Pokoknya, kali ini kamu harus mendengarkanku dengan patuh! Bukankah kamu sudah menjadi nakal dengan perselingkuhanmu yang luar biasa itu? Ajak saja dia bersamamu! Kita akan merayakan pesta besar kali ini dengan sangat meriah!”
“Di-dia?” gagap An Yuan, pura-pura bodoh.
“Tentu saja selingkuhanmu itu! Kamu sudah ketahuan oleh Lu Jian Chen, kan? Apa gunanya menjalin hubungan secara diam-diam saat ini? Dia juga suka seenaknya bersama Feng Jia Ju, kan? Ayo, telepon dia sekarang, dan beritahu rencana kita!”
Tiba-tiba saja, Xiu Ying merebut ponselnya sambil tetap mengemudi.
“Yingying!” seru An Yuan kaget, segera mencoba meraih ponselnya kembali, tapi gagal karena segera didorong kembali ke kursi.
“Duduklah! Aku akan mengajarimu bagaimana cara bersenang-senang yang benar malam ini. Ok? Kalian sudah tidur bersama atau tidak?” ujarnya nyaris tanpa jeda, tangan yang memegang ponsel menggeset layar dan kaget mendapati layarnya terkunci.
“Sejak kapan kamu mengunci ponselmu? Apakah sejak kamu mulai menjalin hubungan terlarang itu?” Lanjut Xiu Ying terkekeh geli. Dia masih tidak percaya kalau An Yuan benar-benar berubah karena pria lain, dan itu bukan karena Lu Jian Chen.
“Jangan ambil ponsel orang sembarangan begitu!” keluhnya cemberut, hatinya deg-degan parah, takut kalau dia sampai membaca percakapannya dengan dokter Zhang barusan.
“Pokoknya kamu harus membawanya, dan memperkenalkannya kepadaku! Ok?” desak Xiu Ying tegas, sangat tidak bisa dibantah.
An Yuan mengertkan kening lesu.
Bagaimana dia harus membawa pria itu kalau semua hanyalah bohongan?
Gu An Yuan sebenarnya tidak pernah berselingkuh. Semua yang ditemukan oleh Lu Jian Chen hanyalah karangan yang sudah diatur olehnya sendiri dengan sangat matang agar bisa berpisah darinya sesuai dengan keinginannya.
Pria yang disewanya itu adalah pria acak yang ditemukannya di internet, dan mereka sudah setuju untuk tidak pernah bertemu lagi setelah perjanjian mereka selesai. An Yuan bahkan tidak memiliki nomor teleponnya.
Sepulang dari makan siang, An Yuan berjalan memasuki ruang tamu vila dari hadiah pernikahannya. Mata menyapu semua sudut ruang, lalu menghela napas berat dengan perasaan lelah.
Salah satu yang menjadi tuntutan perceraiannya adalah vila ini. Vila yang kini menjadi tempat mereka menjalani permainan rumah tangga yang dingin dan kaku selama hampir 2 tahun penuh. Kehidupannya di sini tidak ada bedanya dengan rumah-rumahan boneka berbie yang dijual di toko. Kosong dan hampa. Tidak manusiawi sama sekali.
“Anda sudah pulang, Nyonya?” sambut seorang wanita tua dari arah dapur.
“Bibi Xi? Aku pikir siapa...” ujarnya seraya duduk di sofa, tersenyum lemah dan tidak bersemangat.
Bibi Xi mengerutkan kening cemas, sedikit tahu soal hari persidangannya bersama tuan muda mereka.
“Apakah Anda ingin makan, Nyonya?”
“Tidak. Aku sudah makan di luar. Tolong bawakan air saja untukku.”
Bibi Xi mengangguk cepat, dan segera berbalik menuju dapur dengan jalan yang sedikit tergopoh-gopoh.
An Yuan bersandar di sofa, menatap melamun punggung wanita tua itu, lalu mendengus kecut.
Vila yang merupakan hadiah pernikahannya ini seharusnya menjadi milik An Yuan jika telah resmi bercerai. Tapi, karena ada syarat lain di dalam perjanjian pranikah mereka, maka hak kepemilikannya bisa saja jatuh kembali ke tangan Lu Jian Chen.
Sejujurnya, An Yuan tidak menginginkannya sama sekali. Dia hanya sekedar menggertak, dan memainkan sedikit sandiwara agar terkesan serius di pengadilan.
Siapa yang mau memiliki vila di mana banyak kejadian buruk dan menyedihkan terjadi di dalam hidupnya?
Adegan demi adegan di mana Lu Jian Chen dan Feng Jia Ju bermesraan sebagai pasangan selingkuh membuatnya selalu mual dan sakit kepala bertubi-tubi. Belum lagi jika mendengar suara desahan wanita itu dari kamar sebelah, jelas akan membuatnya ingin menghilang saja dari dunia ini.
Setelah meminum segelas air, Gu An Yuan naik ke lantai dua dan mulai memilih pakaian yang hendak dipakainya nanti malam.
“Apakah sebaiknya aku pergi membeli beberapa pasang baju baru?” gumamnya pelan kepada diri sendiri, merasa dirinya sangat konyol karena semua koleksi pakaiannya adalah koleski yang menggambarkan wanita baik-baik dan sangat sopan. Sangat tidak cocok untuk dipakai ke klub malam.
Gu An Yuan menarik beberapa gantungan pakaian dan melemparkannya begitu saja, lalu meraih ponsel di atas meja dan duduk di tepi ranjang.
“Mungkin saja dia masih bisa dihubungi dengan cara lama,” gumamnya lagi, mengerutkan kening ragu ketika telunjuknya mengarah pada kotak masuk akun media sosialnya.
Gu An Yuan: Bisakah aku meminta bantuanmu sekali lagi? Kali ini, aku ingin kamu berpura-pura menjadi pacar yang baik dan pengertian, dan datang ke sebuah klub malam bersamaku malam ini. Aku akan membayarmu lebih mahal daripada sebelumnya. Bagaimana kalau 3 kali lipat?
“Sepertinya dia sudah tidak pernah menggunakan akun ini lagi. Bagaimana sekarang? Apa aku cari pria lain saja?” ucap An Yuan kecewa, menatap waktu sesi terakhir log in dari pria tersebut menunjukkan satu bulan lalu.
Sampai langit berubah menjadi senja, An Yuan tidak mendapatkan balasan apa pun dari pria tersebut. Sepertinya dia benar-benar tidak pernah aktif lagi di sana.
Malam hari akhirnya tiba, Xu Xiu Ying dengan hati riang gembira menarik Gu An Yuan memasuki sebuak klub kelas atas dengan tema santai dan bebas. Musik energik dengan cepat menyambut keduanya dengan lautan manusia di lantai dansa.
“Aku tidak percaya kamu berani menggunting gaun pemberian ulang tahun dari suamimu, dan malah menggunakannya datang ke tempat seperti ini! Gu An Yuan! Kamu memang luar biasa!” teriak Xiu Ying di antara hentakan musik yang memekakkan telinga.
“Ini hanya pakaian! Apanya yang istimewa?! Ralat! Pemberian dari calon mantan suami!” balasnya dengan suara sama kerasnya, lalu keduanya tertawa lepas dan mulai turun ke lantai dansa.