45. Pengakuan Bianca

1636 Words
Bianca terdiam dan terkejut ketika Willy menanyakan apa yang Bianca pegang ditangannya. Bianca menelan salivanya. Dengan gemetar Bianca memperlihatkan tangannya. Tap Tap “Pak maaf ada telepon dari Bapak Papi” ucap Bi Inah yang menghampiri Willy dan Bianca “Terima kasih Bi” ucap Willy. Willy pun segera berbalik dan melangkah menuju telepon untuk mengangkat telepon dari Papi. Sementara itu Bianca yang sejak tadi sudah gugup pun bisa bernafas lega. Bianca segera menyembunyikan kotak yang diberikan Gio. Bianca menatap ruang tamunya. Dia tidak bisa menyembunyikan di kamar, karena Willy pasti akan tahu. Bianca pun melihat laci buffetnya. Sepertinya Bianca akan menyembunyikan didalam laci buffet itu. “Lebih baik aku sembunyikan dulu disana. Willy tidak pernah membula laci buffet” ucap Bianca Bianca pun melangkah cepat menuju laci buffet. Bianca membukanya lalu meletakkan kotak itu do dalam laci bagian dalam. Kebetulan sekali disana ada gunting kuku. Bianca pun mengambilnya. Bianca menggemgam gunting kuku itu, lalu dia melangkah menghampiri Willy yang sedang menerima telepon dari Papi. “Ada apa Papi telepon?” Tanya Bianca ketika Willy sudah selesai mengangkat telepon dari Mami. “Anting berlian Mami tertinggal katanya” ucap Willy. “Tertinggal disini?” Tanya Bianca memastikan. “Iya. Nanti coba minta tolong Bi Inah saja kalau sedang merapikan rumah” ucap Willy. “Iya aku akan bilang ke Bi Inah” ucap Bianca. “Oh iya apa yang kamu pegang tadi?” Tanya Willy. “Ini gunting kuku” ucap Bianca mempwrlihatkan gunting kuku di tangannya. “Kamu mau gunting kuku malam-malam” ucap Willy. “Tadinya. Tapi besok sajalah” ucap Bianca berbohong. “Kalau begitu kita ke kamar yuk” ucap Willy merangkul Bianca. Bianca menganggukkan kepalanya. Mereka berdua pun melangkah bersama masuk ke dalam kamar. Hati Bianca kini benar-benar lega. Mungkin hari ini dia selamat karena bisa menyembunyikan hadiah dari Gio. Tetapi Bianca tidak tahu nanti, pasti lama-kelamaan Willy akan mengetahuinya. “Bii, sepertinya aku mau memutus kerja sama dengan perusahaan Gio” ucap Willy duduk di ranjangnya. “Kenapa?” Tanya Bianca menyandarkan tubuhnya pada tubuh Willy. “Aku tidak suka cara dia melihatmu” jawab Willy. Bianca di dalam hatinya sangat setuju sekali. Lebih baij dia dan Willy tidak ada yang berhubungan dengan Gio. Bianca mempunyai firasat Gio bisa membuat hubungan rumah tangganya dalam keadaan tidak baik. “Aku terserah kepadamu saja Will” ucap Bianca. “Bii, apa kamu yakin tidak pernah bertemu dengan Gio waktu dipesta itu. Atau kamu pernah bertemu dengan dia sebelumnya?” Tanya Willy dengan tangan yang memainkan rambut Bianca. Bianca menelan salivanya. Apa Willy curiga kepadanya? Aduh, bagaimana ini Bianca dalam masalah besar? Atau inikah saat yang tepat Bianca mengatakan yang sebenarnya agar Gio tidak melangkah lebih jauh untuk mendekatinya. “Bii, ada yang kamu sembunyikan dariku?” Tanya Willy yang menatap Bianca terdiam. “Maaf” lirih Bianca yang masih menempelkan tubuhnya di tubuh Willy. “Maaf untuk apa?” Tanya Willy yang memegang bahu Bianca. Bianca pun menunduj dan mengigit bibir bawahnya. Pikiran Willy pun mulai berkelana. Willy berusaha untuk tidak membayangkan hal negatif dan menatap Bianca dengan tajam. “Tatap aku Bii” ucap Willy. Bianca mengangkat wajahnya dan menatap Willy dengan perasaan bersalah. “Se sebenarnya a aku sudah pernah bertemu dengan Gio” cicit Bianca gugup. Tatapan Willy pun berubah menjadi sulit diartikan. “Kapan dan dimana?” Tanya Willy dingin. Bianca pun sudah merasa aura kemarahan dan kekecewaan Willy. Bianca mencoba memberikan kekuatan dirinya. Apapun yang terjadi, Bianca tetap harus meyakinkan Willy bahwa Bianca tidak bermaksud membohongi Willy. “Will, aku melaku-“ belum sempat Bianca kelanjutkan ucapannya Willy sudah memotongnya. “Jawab pertanyaanku” ucap Willy dingin. “Iya, aku ingin menjelaskannya” ucap Bianca yang mencoba menjelaskan kenapa dia sampai berbohong. “Jawab pertanyaanku Bianca” ucap Willy lagi dengan tatapan tajam dan dingin seperti ingin menusuk Bianca. “Willy, tapi bisakah kamu jangan marah” pinta Bianca. “Bisakah kamu langsung jawab dan tidak berbelit-belit” ucap Willy. “Iya, aku akan jawab dan menjelaskannya. Tapi aku mohon percaya pada-“ lagi-lagi ucapan Bianca terhenti karena Willy memotongnya dengan membentak Bianca. “KAPAN DAN DIMANA KALIAN BERTEMU?” Bentak Willy. “Will” lirih Bianca melihat kemarahan Willy. Bianca pun gemetar. Wajah Willy perlahankembali seperti dulu. Seperti pertama mereka menikah. Wajahnya selalu marah dan tidak memberikan kesempatan kepada Bianca untuk berbicara. “Jangan membuat kesabaranku habis Bianca” ucap Willy dengan menurunkan nadanya. “A aku bertemu dengannya di lift saat acara itu” cicit Bianca ketakutan. “Kamu bilang lamu terjebam di dalam lift?” selidik Willy. “I iya aku terjebak berdua dengannya” jawab Bianca dengan nada ketakutan. Willy memejamkan matanya. Bianca pun semakin ketakutan dan merasa bersalah. Bianca mengambil tangan Willy dan mengemgamnya. “Will, aku minta maaf” lirih Bianca. “Sudah berapa kali kalian bertemu dibelakangku?” Tanya Willy dengan menghempaskan tangan Bianca. “Hanya satu kali” jawab Bianca. “Jawab yang jujur Bianca. Jangan terus berbohong” ucap Willy dengan tangan yang menekan dagu Bianca. “Du dua kali Will” jawab Bianca cepat. Willy pun semakin menekan dagu Bianca, hingga Bianca kesakitan. “Will, sakit” lirih Bianca mencoba melepaskan tangan Willy dari dagunya. “Sakit, sama aku pun merasakannya saat kamu ternyata berbohong kepadaku” desis Willy. “Will, aku mohon dengarkan penjelasanku” ucap Bianca merasa bersalah. “Apa lagi yang kamu lakukan dengannya dibelakangku?” Tanya Willy masih dengan nada dinginnya. “Will, aku tidak melakukan apa-apa dengannya” ucap Bianca yang berhasil meneteskan air matanya. “Jujur Bianca atau aku tidak akan memaafkanmu” ucap Willy. “Will aku tidak pernah mau menanggapinya” ucap Bianca membela dirinya. Willy menaikkan sebelah alisnya. Ucapan Bianca sepertinya membuat Willy bertambah curiga. Willy pun merebut ponsel Bianca, lalu bangu dari ranjangnya. Willy berdiri sambil mengecek ponsel Bianca. Tidak ada yang bisa Bianca lakukan. Kalau Bianca mengambil ponselnya tentu saja Willy akan bertambah marah. Bianca hanya bisa menangis dan menatap Willy yang terus mengecek ponselnya. Willy menemukan satu nomor yang telah diblokir oleh Bianca. Dan Willy yakin ini pasti nomor Gio. Willy segera mengambil ponsel dan menyamakan nomor Gio yang ada di ponselnya. Dan benar sekali nomor yang diblokir diponsel Bianca sama dengan nomor Gio yang ada dikontak Willy. Willy pun membuka blokir kontak Gio di ponsel Bianca. Setelah itu Willy mengetikkan pesan kepada Gio untuk bertemu lewat ponsel Bianca. To : +6281234xxxxx From : Bianca Bisa kita bertemu malam ini. Drrrt Drrt Cepat sekali Gio langsung membalas pesannya. Willy pun membacanya dengan tangan yang mencengkram kuat ponsel Bianca. To : Bianca From : +6281234xxxxx Okey. Aku baru saja selesai makan malam bersama mertuamu. Oh, ya jangan lupa pakai hadiah dariku yang tadi ya. Hati Willy sangat marah dan emosi. Dia pun membalas kembali pesan Gio. To : +6281234xxxxx From : Bianca Bagaimana kalau suamiku curiga melihat aku memakainya? Sebenarnya Willy tidak tahu hadiah apa yang diberikan Gio untuk Bianca yang jelas saat ini Wily sengaja memancing Gio. Dan juga ingin tahu bagaimana Bianca bisa setega ini berbohong dan berhubungan dengan pria lain dibelakangnya. To : Bianca From: +6281234xxxxx Pakainya saat di jalan saja. Hem, apa kamu yakin bisa menemuiku malam ini. Karena aku tidak ingin hanya bertemu sebentar. Willy tidak lagi membalas pesan itu. Willy pun menatap Bianca yang menangis. Saat ini hati Willy sudah dipenuhi oleh amarah dan cemburunya. “Mana hadiah yang diberikan laki-laki itu?” Tanya Willy dingin. “Aku letakkan di dalam laci buffet” jawab Bianca terisak. Bianca tidak ingin banyak bicara lagi. Sepertinya percuma dia banyak bicara dan mencoba meyakinkan Willy. Saat ini Willy pasti sangat marah kepadanya. Willy pun keluar dari kamar dengan langkah cepatnya. Bianca tidak ingin menyusulnya. Dia hanya menenggelamkan wajahnya di tangannya. Bianca merasa bersalah sekali. Seharusnya dia memang jujur dari awal. Willy membuka lacu dan mencari hadiah yang dimaksud oleh Gio. Tangan Willy pun menemukan sebuah kotak. Willy mengambilnya dan melihat kotak berwarna coklat. Willy membuka kotak itu, di dalamnya ada sebuah gelang berlian yang indah sekali. Willy memejamkan matanya dia tidak menyangka Bianca sangat tega kepadanya. Pikiran Willy pun semakin berpikir macam-macam. “Apa kamu mencoba melupakanku Bii? Sampai kamu tega berhubungan dengan laki-laki lain. Atau karena aku tidak sekaya dulu? Bukankah kita sudah sepakat untuk memulai bisnis kita sendiri?” Willy bertanya-tanya dengan emosi. Willy pun tidak bisa berpikir jernih lagi. Dia melangkah cepat kembali ke kamarnya. Bi Inah yang tadi melihat ingin mengatakan sesuatu pun dia urungkan karena melihat majikannya tidak seperti biasa. Wajah Willy sangat dingin dan menyeramkan. Auranya saja sudah membuat orang yang di dekatnya meenjadi ketakutan. Brak Willy membuka pintu kamar dangan sangat keras. Lalu dia menghampir Bianca dan menarik istrinya dari tempat tidur “Bangun” desis Willy. “Will, maaf” lirih Bianca. Willy menghiraukan ucapan Bianca. Willy menyeret Bianca ke kamar mandi lalu memasukkannya ke kamar mandi dan segera mengunci Bianca di dalam kamar mandi. Tok Tok “Will, aku minta maaf. Aku mohon dengarkan semua penjelasan aku” teriak Bianca dari dalam kamar mandi sambil mengetuk-ngetuknya. Willy yang sudah dipenuhi oleh amarah tidak mendengarkan teriakan Bianca. Dia melangkah keluar dan mengunci kamarnya. Willy pun segera menemui Gio untuk memberikan perhitungan karena sudah berani mengganggu rumah tangganya. Tok Tok “WILLY BUKA PINTUNYA” teriak Bianca dengan keras. Berkali-kali Bianca mengetuk dan berteriak sepertinya percuma. Pintu ini masih terkunci. Bianca pun terisak dab merosot di belakang pintu kamar mandi. “Will, kenapa kamu seperti ini lagi. Hiks hiks” ucap Bianca terisak yang melihat Willy kembali menjadi Willy yang sangat keras kepadanya. “Will, aku kira kamu sudah berubah. Ternyata kamu tidak berubah. Will, aku mohon jangan seperti ini. Ada Aditya di dalam kehidupan kita” lirih Bianca yang masih terisak. Bianca pun kini hanya menyesal kenapa dia harus berbohong dulu kepada Willy. Seandainya dia dulu mengatakan yang sebenarnya pasti tidak akan seperti ini jadinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD