1. Willy tidak ingin pergi

1601 Words
Sejak kembalinya Bianca dari Kalimantan kehidupan rumah tangga Willy dan Bianca pun menjadi lebih harmonis lagi. Ya, walau di tiga bulan pertama sejak Bianca kembali ke Jakarta Bianca harus mengecek kondisi kesehatannya, terutama dengan kondisi ingatan pada otaknya. Willy tidak pernah absen setiap mengantar Bianca ke rumah sakit sampai Bianca dinyatakan benar-benar sehat. Tentu saja itu membuat Willy sangat bahagia. Karena selama tiga bulan ini, kadang Bianca memang suka terlihat diam karena dia masih merasa aneh dengan lingkungan sekitarnya yang belum sepenuhnya dia ingat betul. Willy juga sudah tidak bekerja dengan Papi di Pratama Entertain. Kini Willy membuka perusahaannya sendiri. Willy sudah mengatakan kepada Bianca jika dia ingin merintis usahanya dari nol bersama dengan Bianca. Tentu saja Bianca menyetujui dan memberikan semangat untuk suaminya. Dan setelah Bianca benar-benar sudah sehat, Willy pun segera mengajaknya untuk berbulan madu. Ya, karena waktu awal pernikahan mereka Willy tidak pernah berbulan madu dengan Biaca. Sekalinya pergi ke Inggris itu bukan untuk bulan madu melainkan untuk pekerjaan Willy. Semakin hari rumah tangga Willy dan Bianca semakin harmonis. Apalagi sejak kembali dari bulan madu dan sebulan kemudian Bianca dinyatakan hamil. Tidak ada lagi yang bisa menggambarkan kebahagiaan pasangan ini. Willy memang tidak melarang Bianca untuk kembali bekerja di Bianca Management, tetapi Willy memberikan batasan-batasan untuk Bianca. Bianca tidak boleh melakukan pekerjaan berat, tidak boleh lelah, pulang harus tepat waktu. Makan siang pun Willy selalu datang ke kantor Bianca hanya untuk makan siang berdua dengan istrinya. Sesibuk apapun Willy dia pasti tidak akan pernah membuat janji pada jam makan siang karena siang itu sudah Willy khususkan untuk bersama Bianca. Bianca tidak pernah menolak ataupun marah, karena Bianca kini juga sudah mencintai Willy. Bianca selalu menuruti semua yang Willy katakan. Itulah yang membuat rumah tangga mereka tetap harmonis. Willy juga selalu percaya kepada Bianca, terang saja karena Bianca itu tidak pernah bergaul dengan lawan jenis. Bianca selalu menjaga jarak dengan laki-laki. Jadi Willy tidak perlu khawatir tentang masalah itu. Sampai di kehamilan Bianca yang menginjak usia tujuh bulan Willy mendapatkan klien dari Bali. Willy saat itu pun sangat bingung. Dia tidak ingin meninggalkan Bianca yang sedang hamil besar. Apalagi di Bali bukan hanya sehari atau seminggu tetapi bisa sampai dua atau tiga bulan. “Pak maaf, Pak Bima tadi menelepon lagi menanyakan apa Bapak bisa segera menandatangani surat kerja samanya?” Tanya Doni yang saat ini sedang ada di ruangan Willy. Willy diam dan menarik nafas panjang. Willy tahu Pak Bima ini adalah termasuk klien besar saat di Pratama Entertaint. Jika Willy bisa bekerja sama dengan Pak Bima, Willy sudah pastikan Perusahaan barunya ini akan mendapatkan project besar. “Aku tidak bisa meninggalkan Bianca sendirian, Don” ucap Willy. Doni menunduk dan terdiam. Selama Doni menjadi asistan setia Willy, memang Doni akui Willy yang dulu bersikap dingin dan tidak pernah peduli dengan orang lain, kini sudah berubah. Ya, walaupun berubahnya hanya kepada Bianca istrinya. Doni tahu jika bosnya ini sangat mencintai istrinya dan tidak mau berpisah lagi. “Apa saya batalkan saja Pak?” Tanya Doni. Willy masih terdiam. “Saya yakin, dengan kemampuan Pak Willy perusahaan kita bisa berkembang dan mendapatkan klien lebih besar lagi” ucap Doni. Tanpa Willy dan Doni sadari Bianca yang saat itu datang ingin memberi kejutan kepada Willy, mendengar semua pembicaraan Willy dan Doni dari balik pintu. Bianca menggigit bibir bawahnya. Bianca memang tahu jika ada klien dari Bali yang akan bekerja sama dengan Willy. Willy pernah mengatakannya beberapa hari lalu. Bianca kira Willy tidak harus ke Bali. Pantas saja dua hari ini Willy terlihat bingung dan banyak pikiran. Walau Willy selalu berusaha terlihat ceria di depan Bianca, tetap saja sebagai istri Bianca tahu jika suaminya sedang banyak pikiran. “Jadi Willy harus ke Bali. Kenapa Willy tidak mengatakannya saja?” Tanya Bianca dengan sedih. “Padahal aku tidak apa-apa Will kamu pergi. Jakarta Bali bisa di tempuh satu sampai dua jam dengan pesawat. Kenapa kamu harus mencemaskan aku” ucap Bianca merasa bersalah. Entah harus bahagia atu sedih mengetahui Willy berat untuk ke Bali karena dirinya, Bianca tidak tahu. Bianca menarik nafas dan merapikan pakaiannya. Merasa sudah tidak ada percakapan serius lagi di dalam sana Bianca pun mengetuk pintu ruangan Willy. Tidak lama pintu terbuka dan Bianca pun memasang senyum di wajahnya. “Selamat siang” ucap Bianca. “Siang Bu Bianca” ucap Doni yang membukakan pintu untuk Bianca. “Bii, kamu datang kesini. Kenapa tidak bilang kepadaku sayang?” Tanya Willy yang segera bangkit dari kursinya dan melangkah menghampiri Bianca. “Mau memberi kejutan untuk suamiku” ucap Bianca sambil memperlihatkan paper bag di tangannya. Willy mengecup pipi Bianca dan merangkulnya untuk duduk di sofa berwarna hitam. Doni yang merasa dirinya harus pergi, dia pun segera izin pamit keluar karena tidak ingin mengganggu bosnya. “Bii, kamu harusnya bilang kalau mau kesini, biar aku jemput” ucap Willy merapikan rambut panjang Bianca yang tergerai. “Kalau aku bilang namanya bukan kejutan Will. Kenapa kamu tidak senang aku datang kesini?” Tanya Bianca. “Siapa bilang aku tidak senang. Aku sangat senang istriku datang ke kantor dan mengajakku makan siang. Karena biasanya aku yang selalu datang ke kantormu” ucap Willy sambil memeluk Bianca dari samping. “Kamu yang tidak pernah mengizinkan aku pergi sendiri” ucap Bianca sambil terkekeh. Bianca ingat betul sebelum pergi kesini. Awalnya memang Bianca berniat menghubungi Willy kalau hari ini dia yang akan datang ke kantor Willy. Tetapi sudah jam sebelas siang Willy tidak ada kabar, biasanya Willy menghubunginya menanyakan makanan apa yang mau Bianca makan. Bianca pun akhirnya berinisiatif segera datang ke kantor Willy menggunakan ojek online. “Kamu kesini naik apa? Kenapa rambutmu seperti bau matahari” Tanya Willy. Bianca menoleh dan memamerkan gigi putihnya. Bianca lupa Willy tidak pernah mengizinkannya naik ojek apalagi saat hamil. Willy pun tahu saat Bianca tersenyum seperti itu. “Katakan kamu naik apa?” Tanya Willy lagi. “Naik ojeg” ucap Bianca sambil tersenyum kikuk. “Ya Tuhan Bii. Aku sudah katakan jangan naik ojek. Apalagi saat ini kamu sedang hamil. Kalau terjadi sesuatu dengan kamu bagaimana Bii?” Tany Willy melepaskan pelukannya. “Ya, tapi aku tidak kenapa-kenapa” ucap Bianca. “Bii, kamu bisa menghubungiku atau minta tolong Icha, Naena mengantarmu” ucap Willy yang mulai tidak suka. Bianca sudah tahu seperti iniliah suaminya, jika dia tidak suka pasti dia akan marah. Bianca pun kini melingkarkan kedua tangannya di pinggang Willy lalu mengecup pipi Willy. “Maaf Will, aku cepat-cepat ingin sampai ke kantormu. Jangan marah, aku janji tidak akan seperti ini lagi. Aku dan baby soalnya mau makan sama kamu” ucap Bianca dengan nada manja. Jika Bianca sudah manja seperti ini, apalagi semejak hamil Willy pun akan luluh juga. Walau Willy marah kepada Bianca, marahnya hanya sesaat saja. “Jangan ulangi lagi ya” ucap Willy. Bianca menganggukkan kepalanya dan tersenyum. “Ayo kita makan” ucap Bianca. Bianca dan Willy pun seperti biasa makan siang bersama. Ya, walaupun kali ini makan siang di kantor Willy. Selama makan Bianca mengumpulkan kata-kata untuk bertanya perihal Willy yang harus ke Bali. Karena Bianca tahu jika Willy bilang tidak pasti dia tidak akan pergi. Bianca tidak ingin karena dirinya pekerjaan Willy harus dikorbankan. “Will” ucap Bianca menyudahi makannya. “Hem” Willy berdeham karena masih mengunyah makanan terakhir dimulutnya. “Bagaimana dengan kerjasamu dengan Pak Bima?” Tanya Bianca. Willy mengambil tissu hendak mengelap mulutnya. Bianca dengan cepat segera mengambil tissu dan lebih dahulu mengelap bibir Willy sambil tersenyum. Bianca sengaja melakukan semua ini agar Willy tidak perlu mencemaskannya. “Aku akan membatalkannya” jawab Willy menatap Bianca. Bianca mengambilkan gelas berisi air putih dan memberikannya kepada Willy. Willy mengambilnya dan meneguknya hingga tandas. “Kenapa?” Tanya Bianca berpura-pura tidak tahu. Willy menatap Bianca dan tersenyum. “Aku mencintaimu” ucap Willy. Walaupun ini bukan pertama kali Bianca mendengarkan Willy mengatakan cinta kepadanya tetap saja Bianca tersipu malu. Apalagi Bianca tahu Willy membatalkan kerjasama dengan Pak Bima itu karena dirinya. “Kamu juga tahu kalau aku mencintaimukan Will” ucap Bianca. Willy menganggukkan kepalanya. “Kamu percaya kepadaku?” Tanya Bianca. Willy mengangguk lagi. “Aku baik-baik saja disini” ucap Bianca. Willy menatap Bianca dengan curiga. Bianca sepertinya ketahuan jika dia menguping pembicaraan Willy dengan Doni. Karena Willy sengaja membuatnya terpaksa bicara semuanya. “Baiklah. Aku tidak sengaja mendengar pembicaraanmu dengan Doni tadi” ucap Bianca. “Will, kamu jangan egois ya. Perusahaan kamu ini memiliki karyawan yang menggantungkan hidupnya disini. Kalau kamu egois tidak mau pergi karena aku kasihan nasib karyawan kamu semua disini” ucap Bianca. “Kemarilah” ucap Willy meminta Bianca untuk lebih mendekat kepadanya. Bianca menggeser bokokngnya lalu menempelkan tubuhnya ke dalam pelukan Willy. “Kesalahanmu yang kedua adalah menguping pembicaraan orang lain. Sepertinya hukumanmu kali ini akan lebih berat” ucap Willy. “Will, ayolah jangan bercanda. Aku sedang berbicara serius” ucap Bianca. Willy menarik nafas panjang. “Bii, aku tidak ingin berpisah lagi denganmu. Aku tidak yakin bisa pergi kesana sendiri” ucap Willy. “Will, aku janji aku akan baik-baik saja disin. Disini ada Mami, Papi, Naena, Icha, Bi Inah, Pak Eko. Jakarta Bali hanya satu sampai dua jam dengan pesawat. Kamu juga pasti tidak akan lama disana” ucap Bianca. “Itu masalahnya Bii. Aku bisa sampai dua atau tiga bulan, bisa jadi lebih lama dari itu” ucap Willy dengan tidak semangat. Deg Bianca pun terkejut mendengar ucapan Willy. Bianca kira Willy hanya sehari atau dua hari saja di Bali. Ternyata Willy lebih lama dari yang dia bayangkan. Bianca pun menjadi ragu apa dia bisa berpisah lama kali ini dengan Willy? Karena selama ini Bianca tidak pernah berpisah jauh dari Willy.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD