Jakarta
Malam ini seperti malam-malam sebelumnya jika habis berkomunikasi dengan Willy, Bianca tidur dengan bahagia sekali.
Bianca menatap buah cintanya dengan Willy. Bianca mencium Aditya berkali-kali dengan sayang.
Bianca memandang atap. Setiap malam dia selalu berdoa untuk Willy, semoga disana Willy baik-baik saja dan bisa kembali berkumpul bersamanya.
Setelah berdoa Bianca menarik selimutnya lalu dia pun memejamkan mata. Tak butuh waktu lama Bianca terlelap dalam tidurnya.
Bianca terbangun tiba-tiba. Bianca mengucek-ngucek matanya dia melihat Aditya tidak ada disampingnya. Bianca pun terkejut sekali dan segera bangun dari ranjangnya.
“Aditya, Aditya” panggil Bianca.
Bianca membuka pintu kamarnya. Lalu dia melangkah mencari Bi Inah di dapur. Aneh di dapur masih sepi dan tidak ada Bi Inah disana. Bianca pun melangkah cepat ke kamar Bi Inah.
Bianca membuka pintu kamar Bi Inah, lalu melihat kamar Bi Inah kosong. Bianca pun bingung dan segera melangkah cepat menuju kamar Aditya.
Ceklek
Bianca membuka pintu kamar Aditya. Betapa terkejutnya Bianca melihat seorang wanita cantik sedang menggendong Aditya dan tersenyum kepada anaknya.
“Anda siapa?” Tanya Bianca terkejut.
Bianca pun melangkah dan mengambil alih gendongan Aditya. Perempuan itu memberikan kepada Bianca dan tersenyum. Senyum wanita itu tidak menunjukkan kalau dia adalah wanita jahat.
“Kamu siapa?” Tanya Bianca lagi.
“Aku akan menyayangi Aditya dengan sepenuh hati seperti kamu menyayanginya” jawaban yang ambigu dari wanita itu.
“Apa maksud dari ucapanmu?” Tanya Bianca bertambah bingung.
Perempuan itu tidak menjawab dia hanya tersenyum kembali. Lalu pintu kamar Aditya terbuka dan masuklah seorang laki-laki.
“Bu semuanya sudah saya masukkan” ucap laki-laki itu kepada perempuan di depannya.
“Baiklah kamu tunggu saya di mobil ya” ucap wanita itu.
Bianca pun tahu pasti laki-laki tadi adalah supir dari wanita ini. Tetapi siapa mereka dan untuk apa mereka ada di rumah Bianca.
“Bianca, boleh aku membawa Aditya” ucap wanita yang Bianca sama sekali belum mengenalnya.
“Aku tidak akan memberikan bayiku” ucap Bianca memeluk erat Bianca.
“Tapi aku harus membawanya” ucap wanita itu lagi.
“Aku tidak akan memberikannya. Dan kamu juga siapa bisa masuk ke dalam rumahku” ucap Bianca.
“Bianca, suami kita ingin melihat putranya” ucap wanita itu.
Bianca melebarkan matanya.
“Suami kita” ucap Bianca terkejut dengan arti kata itu.
Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
“Ja jangan bilang kamu istri Willy suamiku” ucap Bianca terbata-bata.
“Kenyataanya seperti itu Bianca. Aku sama sepertimu hanya aku menjadi madumu kini” ucap wanita itu lagi.
“Tidak mungkin” lirih Bianca menggelengkan kepalanya.
Bianca pun berbalik dan melangkah cepat keluar dari kamar Aditya. Bianca sangat terkejut dan tidak percaya dengan ucapan wanita itu begitu saja.
Bianca melangkah keluar dari rumahnya. Bianca melihat seorang pria yang sangat dia rindukan sedang berbicara dengan supir yang tadi.
“Willy” ucap Bianca pelan.
Bianca pun melangkah menghampiri Willy.
“Willy” panggil Bianca.
Pria yang sudah menjadi suami dan ayah dari anaknya itu pun menoleh lalu tersenyum manis kepadanya.
“Bii” ucap Willy.
Bianca pun segera memeluk suaminya yang sangat dia rindukan. Willy pun memeluk Bianca yang sedang menggendong bayi mereka.
“Kapan kamu kembali?” Tanya Bianca melepaskan pelukannya.
“Baru saja Bii. Ini anak kita Bii” ucap Willy menatap bayi kecilnya.
“Iya” ucap Bianca menganggukkan kepalanya.
“Anak Papa yang lucu” ucap Willy mencium Aditya.
Bianca pun teringat akan wanita tadi yqng menggendong Aditya. Perempuan itu mengaku kalau dia adalah istri kedua Willy. Bianca pun berniat menanyakannya kepada Willy.
“Will” ucap Bianca.
“Hem” Willy berdeham karena dia masih fokus dengan menggendong dan menatap Aditya.
“Si” belum sempat Bianca menanyakan apa yang ingin dia tanyakan wanita tadi sudah keluar dari rumahnya.
“Sayang” terdengar suara wanita itu memanggil.
Bianca pun menoleh ke arah wanita itu lalu menoleh ke arah Willy. Willy terlihat melemparkan senyumnya kepada wanita itu.
“Kamu bilang tidak bisa ikut datang?” Tanya wanita itu yang melangkah menghampiri Bianca dan Willy.
“Aku tidak sabar ingin melihat putraku. Dan aku juga merindukan Bianca” jawab Willy.
Bianca terdiam di tempatnya. Bainca masih belum mengerti semua ini apa maksudnya. Sampai wanita itu berdiri di samping Willy.
“Will, siapa dia?” Tanyanyang keluar dari mulut Bianca akhirnya pun terluar.
Willy menatap Bianca. Kini tatapannya berubah sendu.
“Aku minta maaf Bii” ucap Willy lemah.
“Maaf” ucap Bianca bingung.
Bianca mencoba untuk tidak membuat kesimpulan terlebih dahulu. Dia tidak ingin berpikir terlalu jauh.
“Tolong katakan yang sebenarnya Will” lirih Bianca.
Tangan Willy membelai wajah Bianca. Wajah Willy pun terlihat sedih.
“Ada apa Will, jangan membuatku bingung?” Tanya Bianca dengan lirih.
“Aku sudah menikahinya Bii” ucap Willy pelan.
Deg
Hati Bianca pun seketika merasa perih sekali mendengar kenyataan yang Willy katakan. Air mata pun menetes tak henti membasahi pipinya.
“Katakan itu tidak benar Will” lirih Bianca sedih dengan menggelengkan kepalanya.
“Aku minta maaf Bii” ucap Willy dengan perasaan bersalah.
“Tidak Will. Kamu bilang kamu hanya mencintaiku dan tidak akan mengkhianatiku” ucap Bianca menggelengkan kepalanya.
“Sayang, dirimu masih tetap paling utama dihatiku dan itu tidak ada yang tergantikan” ucap Willy.
“Tetapi kenapa kamu tega menikahi dia?” Tanya Bianca dengan masih menangis.
“Maaf Bii” ucap Willy menunduk.
“Aku akan menunggumu dan Aditya di mobil” ucap wanita itu menepuk bahu Willy.
Willy hanya menganggukkan kepalanya. Lalu wanita itu melangkah masuk ke dalam mobil.
“Bii apa aku boleh membawa Aditya bersamaku untuk beberapa hari ke depan?” Tanya Willy.
“Kamu tega Will” lirih Bianca.
“Bii, aku minta maaf sudah mengecewakanmu” ucap Willy ikut sedih.
Bianca hanya terisak dengan Aditya digendongannya. Willy pun tahu sepertinya Bianca tidak akan mengizinkannya membawa Aditya.
Willy meminta supir itu menurunkan kembali barang-barang Aditya.
Willy mencium kening Bianca dan Aditya. Lalu Willy memeluk mereka.
“Maafkan aku Bii. Aku tidak akan membawa Bianca jika kamu tidak mengizinkannya. Aku akan kembali untuk menemani lagi dan Aditya ya” ucap Willy.
Tidak ada jawaban dari Bianca. Bianca masih saja terisak. Willy melepaskan Bianca, lalu Willy melangkah dengan nerat meninggalkan Bianca dan Aditya.
Sebelum masuk ke dalam mobil Willy menoleh kembali ke arah Bianca yang sedang menggendong buah cinta mereka.
Air mata Bianca semakin mengalir deras melihat Willy dengan tega meninggalkannya dengan wanita lain yang kini jadi madunya.
“Willy kenapa kamu tega?” Tanya Bianca dengan lirih.
Mobil yang Willy dan wanita yang mengaku menjadi istri kedua Willy akhirnya jalan.
Bianca seakan berat kakinya untuk mengejar Willy. Bianca hanya bisa menangis dan merosot ke lantai.
“Willy!” teriak Bianca.
Bianca tersadar lalu terbangun dari tidurnya. Bianca menyibak selimutnya. Nafas Bianca juga tersengal-sengal. Lalu Bianca menoleh ke Arah Aditya. Aditya masih terlelap.
“Hanya mimpi” ucap Bianca.
Bianca melihat jam dikamarnya masih menunjukkan pukul dua dini hari. Bianca pun termenung memikirkan mimpi yang sangat tidak baik baginya itu.
“Ini pasti karena aku terlalu mencemaskan suamiku” ucap Bianca mencoba menenangkan dirinya sendiri.