“Mau makan siang dulu baru ke Rumah Sakit, Rei?” tanya gue seraya membawa sedannya Reina masuk ke jalan utama. “Reina telpon Aki dulu ya, Mas? Takutnya Aki ngambek kalau kita kelamaan datang,” jawab cewek gue. “Emang suka ngambek?” “Kadang-kadang, Mas. Begitu sejak Ninin ngga ada. Suka kesepian, agak sensi juga. Tapi, diajak tinggal sama kami ngga mau. Katanya ngga ada baunya Ninin. Palingan kita aja nih cucu-cucunya giliran nginap di rumah Aki.” “Alhamdulillahnya semua anak-anaknya Aki di Bandung ya Rei?” “Iya, Mas. Alhamdulillahnya itu. Jadi, ganti-gantian nemanin Aki juga ngga masalah,” tanggapnya. Nada sambung dari ponsel Reina terdengar mengisi ruang. Gue mengecilkan volume audio, juga membungkam suara gue agar tak mengganggu dialog mereka nantinya. “Assalammu’alaikum, J