“Kamu beliin buah ya, Ra?” pintaku sebelum melangkah keluar dari sedan yang membawa kami. “Aku duluan ke ICU.” “Baik, Bu.” Tuas pintu pun aku tarik, suara khas saat kunci terurai membuatku bernapas dalam. Tepat saat pintu mobil tertutup kembali, getar ponsel membuatku sibuk sendiri. Entah di mana aku menaruh benda itu, biasanya selalu di slot kecil pada bagian dalam handbag. Sampai akhirnya getaran tersebut berhenti tak juga kutemukan. Aku mendengus frustasi, mencoba untuk meredakan ledakan emosi ini. Baru saat kuelokkan kembali posisi handles di bahu, gawai berwarna rose gold yang kucari nampak di titik pandang. Ternyata di saku samping aku meletakkannya. Aku membuka kunci layar, memeriksa daftar panggilan, mendapati nama Mami di sana. “Teteh?” sapa Mami di ujung panggilan. “M