Aku bertemu dengan Dilan lagi saat jam pulang kerja. Kala ia masuk ke lift, aku pun mengekor. Hanya saja, staf yang lain enggan bergabung. Kupikir ia tak akan acuh akan keberadaanku, nyatanya justru aku yang harus bersikap dingin. Dilan bersandar di salah satu sisi, menghadapku, menatap lekat tanpa kata. Pakaiannya tak lagi bernoda kuah ramyeon, sudah terganti dengan set business attire yang kurasa berasal dari mall sebelah. “Dinner bareng yuk, Rei?” tawarnya. Seolah tak ada ada yang terjadi siang tadi. Tepat saat bel berbunyi dan lift berhenti bergerak, aku menoleh, “are you my best friend?” Pintu lift terbuka dan tak ada jawaban darinya. Aku memaksakan senyumku. Harusnya, jika Dilan memang mengenalku, ia pasti tau jika senyum ini bukanlah karena aku bahagia. Aku pun melangkah keluar l