Mereka menyuap makanan sambil membicarakan masa kecil yang terlupakan. Mereka berusaha menggali ingatan tentang itu. Terutama Angga yang usianya lebih tua dari Airin beberapa tahun. Setelah selesai makan. "Berapa?" tanya Airin. 'Berapa apanya?" Angga balik bertanya. "Ini makannya berapa?" Airin menunjuk piring kosong di atas meja. Angga tertawa. "Masa calon istri disuruh bayar, makan di cafe calon suaminya." Wajah Airin sontak merah mendengar ucapan Angga. "Jangan bercanda, Abang. Jangan memberi harapan kepada kedua orang tua kita. Takutnya mereka berharap tinggi, tapi tidak bisa kita penuhi." Airin mengingatkan Angga. "Jadi kamu tidak ingin belajar menerima perjodohan ini, begitu? Tidak ingin mencoba untuk mencintai aku?" "Hah!" Tatapan mata Airin melebar, mulutnya pun ternganga