DAVID PENASARAN

1016 Words
David semakin merasa penasaran dengan Amelia. Ia merasa bahwa Amelia bukan orang asing. "Kenapa sih dia marah-marah terus kepadaku?" tanya David pada Patricia. Gadis itu menghela napas panjang. "Kau sadar tidak apa yang kau katakan itu membuat orang lain menilaimu sebagai lelaki yang tidak menghargai wanita sama sekali," kata patricia. "Aku? Tidak menghargai wanita?" Patricia memutar bola matanya dengan kesal. "Begini, David yang terhormat. Kau tadi mengatakan bahwa kau sama sekali tidak mencintai Karla. Tapi, kau sudah memiliki anak dari Karla, bukan? Sekarang, amit-amit dulu ya, aku tanya padamu, jika Davila besar lalu ia hidup bersama dengan seorang pria tanpa ikatan pernikahan yang sah dan mereka memiliki anak, lalu lelaki itu menolak untuk menikahi Davila, apa kau akan diam saja?" tanya Patricia. David langsung melotot dengan kesal kepada Patricia. "Kau sudah gila? Tentu saja aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi, aku akan menyeret lelaki itu untuk bertanggung jawab pada Davila," jawab David dengan tegas. Patricia seketika menahan tawanya, "Davila anakmu tidak boleh diperlakukan seperti itu? Tetapi , kau sedang melakukan hal yang sama kepada Karla saat ini," kata Patricia. David merasa seperti ditampar oleh ucapan Patricia. "Kau mengatakan bahwa kau trauma akan ikatan pernikahan karena takut kehilangan. Aku rasa itu hanya alasan yang kau buat-buat saja, Dave. Kalau kau mencintai almarhum ibumu kau justru akan menghargai wanita. Bukan seperti sekarang ini." David hanya diam mendengarkan perkataan Patricia. Sebenarnya ada hal lain lagi yang tidak seorang pun tau kecuali dirinya . Dan entah sampai kapan David bisa menyimpan rahasia itu sendirian. "Sudahlah ,Paty, aku lelah. Lebih baik sekarang kau pikirkan di mana kita akan syuting." "Jasmine minta Anyer , kan? Apa kau punya pilihan yang lain?" tanya Patricia. "Kita buat di dua tempat saja. Dan aku tiba-tiba memikirkan Taman Mini , di istana boneka." Patricia mengerutkan dahi, ah, sepupunya ini terkadang memang idenya selalu absurd. Tadi ia marah- marah ingin Dieng , kali ini istana boneka.'Ya Tuhanku, sabarkan diriku supaya tidak membunuh sepupu tercintaku ini,' batin Patricia. "Tidak usah membatin, Pat. Aku tau saat ini kau pasti sedang merutuk dari dalam hatimu , iya, kan?" kata David. "Tidak usah sok tau! Sudahlah , aku mau pulang. Kau cari Karla, bicarakan baik- baik. Jika memang kau tidak berniat menikahinya juga kau harus mengatakan baik-baik kepadanya." Tanpa banyak bicara lagi , Patricia pun langsung pergi. Ia ingin beristirahat sejenak dan pulang ke rumahnya. Sepupunya itu memang sangat menyebalkan. ** David terbangun pagi itu dengan mata panda. Ia terpaksa menunda semua kegiatan dan pertemuan karena kondisi Davila yang masih rewel. Untung saja Davila mau bersamanya sehingga David mau tidak mau membawa Davila di kamar tidurnya. David berencana akan menemui Karla di tempat syutingnya karena nomor ponsel Karla mati. David yakin bahwa Karla memang menghindar darinya. Oleh karena itu David terpaksa harus menemui Karla di lokasi syuting. Sementara itu karena semua jadwal acaranya dibatalkan, Amelia berniat untuk berziarah ke makam kedua orangtuanya juga ingin kembali melihat rumah lamanya yang sudah dibeli kembali oleh sang kakak. "Mbak yakin pergi sendirian?" tanya Nina. "Aku ini orang asli Indonesia, Nina. Mana mungkin bisa nyasar. Lagi pula aku hanya sebentar,kok." Nina sebenarnya khawatir karena Tasya berpesan untuk selalu menemani Amelia ke mana pun. Tapi, karena Amelia kelihatan yakin maka,ia pun menyerah. Amelia menggunakan jasa taksi online yang sengaja ia sewa seharian. Amelia duduk bersimpuh di makan kedua orangtuanya dengan air mata. Ia merasa sangat berdosa karena tidak bisa menjaga diri dengan baik seperti pesan keduanya sebelum meninggal dunia. "Ayah, ibu ... maaf karena Amel baru bisa datang setelah lama tidak ke sini. Semoga ayah dan ibu tenang di sana. Maafkan Amel yang tidak bisa menjaga diri dengan baik. Tapi, Amel janji akan memperbaiki segalanya." Amelia menabur bunga di kedua makam itu tak lupa ia juga menaruh sebuket bunga di masing- masing nisan. Buket bunga yang berbeda. Di nisan ayahnya ia menaruh buket bunga anggrek sedang di nisan sang ibu bunga mawar putih. Orangtua Amelia menyukai tanaman, itu sebabnya di rumah lama mereka ada taman bunga kecil yang dibuat oleh ayahnya di dekat kolam ikan miliknya di halaman samping. Amelia menghela napas panjang kemudian ia pun bergegas pergi. Kali ini ia menuju ke rumah lamanya. Amelia tidak turun, hanya mengamati rumah itu dari kejauhan. Setelah puas ia pun segera kembali ke apartemennya. Sementara itu Karla yang merasa jauh lebih baik, pagi itu memutuskan untuk berziarah juga ke makan kedua orangtuanya. Saat Amelia pergi, Karla datang sehingga mereka tidak bertemu. Dan saat melihat bunga yang baru saja di taburkan juga buket bunga segar, Karla tau bahwa ada yang datang ke makam itu. Dengan langkah tergesa, Karla segera menemui penjaga makam yang biasa ia bayar untuk membersihkan makam itu. "Pak, siapa yang menaruh bunga di makam kedua orangtua saya?" tanya Karla. Bapak tua sang penjaga makam yang sedang membersihkan rerumputan langsung mengibaskan tangannya dan bangkit berdiri. "Eh, non Karla. Memang tidak bertemu dengan Mbak cantik yang tadi? Saya juga nggak kenal, Mbak. Saya tanya siapa namanya nggak jawab. Mbaknya hanya kasi uang dan berpesan untuk jaga makan ayah dan ibu non Karla." Karla mengerutkan dahinya , "Mbak cantik? Apa yang ke sini tadi itu badannya gemuk?" "Kalo gemuk saya kenal, itu kan Mbak Amelia adiknya Mbak Karla. Tapi, saya justru sudah lama nggak liat Mbak Amelia datang. Mbaknya yang datang tadi langsing, cantik, mirip Mbak Karla. Malah saya pikir tadi Mbak Karla , abis mirip." Karla mengeluarkan dompet dan memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada penjaga makam. "Kalau Mbak itu datang lagi, Bapak telepon saya, ini nomor telepon saya, ya." Karla memberikan uang juga kartu nama yang bertuliskan nomor teleponnya. "Ini banyak sekali uangnya, Mbak?" "Nggak apa-apa, Pak. Yang penting bapak jangan lupa untuk kabari aku kalau dia datang ke sini untuk berziarah. Jangan lupa, ya, Pak." Penjaga makam itu pun mengangguk bahkan langsung menyimpan nomor ponsel Karla di ponsel jadul miliknya. Karla pun bergegas pergi karena ia harus syuting. Namun, sepanjang perjalanan ia berpikir dengan keras. Hanya dia dan Amelia yang tau apa bunga favorit kedua orangtua mereka. Sudah menjadi kebiasaan mereka untuk meletakkan sebuket bunga selain bunga yang mereka taburkan. Jika selama ini Amelia tidak pernah datang, artinya ia memang tidak berada di Jakarta.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD