TOLONG LUPAKAN

1053 Words
"Anggap saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi," kata David sambil meletakkan cek itu di atas meja. Ia menatap Amelia, ia melihat air mata mulai menetes di kedua netra indah Amelia. Tapi,gadis itu tampak sangat tenang,berbeda dengan reaksi yang ia berikan saat pertama kali. Amelia hanya menatap David yang duduk di hadapannya dengan perasaan campur aduk. Ia menyadari satu hal, dalam hati David tidak ada cinta sama sekali. Semua yang terjadi hanyalah kesalahan. Takdir yang sudah mempermainkan mereka. Perlahan, Amelia menghapus air matanya. Ia menarik napas panjang dan kemudian mengembuskannya perlahan. "Pulanglah." David menautkan alis matanya sambil menatap Amelia dengan bingung. "Maksudmu?" "Apa perkataanku kurang jelas? Kau sendiri yang mengatakan tadi. Anggap saja kejadian malam itu tidak pernah terjadi. Baiklah, aku akan menurutimu, anggap saja tidak pernah terjadi apa-apa di antara kita berdua. Sekarang ,pulanglah," kata Amelia dengan nada datar. David kembali merasa serba salah. Namun,ia tidak dapat berbuat apa-apa. David pun segera bangkit berdiri dan melangkah pergi. Setelah melihat David pergi dan menutup pintu, Amelia hanya bisa duduk diam di sofanya sambil menangis. Ia meraih cek yang tergeletak begitu saja di atas meja saat melihat nominalnya Amelia hanya tersenyum getir. "Aku memang tidak secantik Karla,Tuhan. Tapi, apakah kebahagiaan itu hanya untuk mereka yang memiliki tubuh kurus dan langsing? Apakah orang yang memiliki tubuh gemuk seperti aku tidak berhak untuk menikmati kebahagiaan?" Amelia mulai bermonolog dan menangis. Di saat seperti ini tiba-tiba ia begitu merindukan kedua orangtuanya yang sudah lama tiada. Dulu,jika ia menangis, ia akan berlari ke dalam pelukan sang ibu. Lalu ibunya akan membelai dengan lembut sampai ia jatuh tertidur dan saat terbangu di pagi hari ia akan merasakan kembali kebahagiaan. "Aku merindukanmu,Bu," bisik Amelia lirih. Gadis itu pun berbaring dan memejamkan mata, ia menangis pedih sampai akhirnya ia pun jatuh tertidur. *** Segalanya benar-benar seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Seminggu setelah David memberikan cek Amelia kembali bekerja seperti biasanya. Apa lagi Karla akan segera mengeluarkan single terbaru, tentu saja Amelia yang harus sibuk,bukan? Sementara Karla hanya tinggal menghapal lirik lagunya saja supaya tidak salah ketika dia harus lipsing. "Terima kasih,Mel. Aku yakin single Karla kali ini juga akan laku keras di pasaran," kata David setelah rekaman selesai. Amelia tak menjawab ia hanya tersenyum kecil dan langsung keluar dari studio. "Kau kenapa,hah?" Amelia menoleh dan mendapati Karla sedang berdiri sambil berkacak pinggang. "Kau sudah gila,Kak? Aku kenapa memangnya?" tanya Amelia. "Sejak konser di Menado kemarin kau malas berlatih, dan kau juga tidak melakukan apa yang biasa aku perintahkan. Kau sudah tidak butuh uang?" Amelia tertawa kecil, "Aku tidak membutuhkanmu,Kak. Tapi,sebaliknya kau yang membutuhkan aku. Memangnya kau bisa bernyanyi sebagus aku? Hanya orang yang indera pendengarannya rusak yang mau mendengarkan kau bernyanyi. Jika aku tidak ada kau tidak bisa apa-apa. Karena selama ini yang kau jual hanyalah kecantikan dan keindahan tubuh serta wajahmu," kata Amelia dengan sinis. Karla melotot tak percaya ,kesal ia pun langsung melayangkan tamparan yang tepat di pipi Amelia. "Apa-apaan ini?!" Karla dan Amelia pun menoleh serentak dan melihat David sedang berdiri dan menatap keduanya dengan tajam. Karla segera menghampiri dan memeluk David. "Aku rasa kau harus mencari pengganti Amelia.Dia sudah banyak tingkah sekarang. Padahal kau sudah menyuruh dia untuk melatih aku,kan. Tapi, dia tidak melakukannya. Dia sudah benar-benar keterlaluan," kata Karla. Alih-alih memanjakan Karla seperti yang biasa ia lakukan,David melepaskan tangan Karla. "Kau yang harus meghargai Amelia, tanpa suara emasnya kau tidak akan bisa terkenal seperti sekarang," ujar David. "Ka-kau ... Kau membela dia,baby?" "Aku tidak membelanya,aku hanya mengatakan apa yang memang sedang terjadi saat ini. Sudahlah,lebih baik kau hapalkan single terbarumu. Lusa aku akan mengirimkan guru vocal ke apartemenmu," putus David. Karla hanya melongo, sementara Amelia yang tidak mau ambil pusing langsung melangkah keluar. *** Amelia berkali-kali menatap kalender di kamarnya. Seharusnya ia sudah datang bulan. Tapi tiga bulan ini ia tidak pernah mendapatkan tamu bulanannya. Hatinya resah. Sudah tiga bulan sejak kejadian itu. Dan pagi ini ia pun sudah menyiapkan beberapa tespack yang ia beli dari apotik kemarin. Namun, gadis itu hanya mondar mandir sambil menggigit jarinya. Ia merasa takut dan sedikit bingung. Bagaimana jika hasilnya positif seperti dugaannya? Amelia ragu,tapi pada akhirnya ia pun melangkah ke kamar mandi dan melakukan tes kecil di pagi hari. Dan,gadis itu terkejut bukan kepalang saat kelima tespack yang ia beli menunjukkan garis dua yang tandanya ia positif hamil. Amelia merasa dunianya runtuh seketika, tiba-tiba ia merasa benci pada dirinya sendiri. Gadis itu pun mulai berteriak histeris dan melemparkan apa saja yang ada di dekatnya,bahkan tanpa sadar ia mengepalkan tangan dan memukul kaca riasnya hingga pecah. Tidak ada rasa sakit meskipun tangannya mengeluarkan darah. Ia melepaskan semua emosinya hingga dalam waktu sebentar saja apartemennya sudah dalam kondisi berantakan. Lelah mengamuk gadis itu membanting tubuhnya ke atas tempat tidurnya dan mulai menangis pilu. "Kenapa ya Tuhan! Kenapa kau memberikan kesempurnaan kepada Karla sementara aku? Kau beri aku tubuh seperti karung beras dengan gumpalan lemak di mana-mana seperti ini. Aku saja tidak tertarik melihat tubuhku di cermin,dan kini Kau beri aku cobaan seperti ini,Kau jahat Tuhan!' jerit Amelia pilu. Entah berapa lama ia mengamuk dan menangis. Tak dihiraukannya suara bel di pintu dan dering telepon yang berbunyi berkali-kali. Ia juga tidak peduli tangannya yang luka. Hingga akhirnya gadis itu lelah sendiri. Perlahan ia bangkit menuju kamar mandi. Diisinya bathtub dengan air hangat dan mulai berendam. Setelah puas, Amelia mengeringkan tubuhnya dan mengobati lukanya. Ia membuka lemari pakaiannya,ada sebuah kotak kecil di dalam lemari itu. Perlahan ia membawa kotak kecil itu keluar dan menaruhnya di atas tempat tidurnya. Ia membuka kotak itu dan mengeluarkan isinya. Ada paspor dan visa miliknya serta beberapa buku tabungan. Selama ini ia selalu berhemat,dengan tubuh segemuk itu Amelia tidak pernah tertarik untuk membeli baju yang modis, karena pasti tidak ada yang muat dengannya. Gadis itu lalu meraih selembar cek yang pernah David berikan tiga bulan yang lalu. Ia mengusap perutnya perlahan ,"Kita akan pergi dari sini dan memulai hidup yang baru. Percuma jika aku memberitahu Daddymu tentang kehadiranmu. Dia pasti akan menyuruh untuk membuangmu dengan uangnya,nak." Amelia menarik napas panjang. Tekadnya sudah bulat,ia tau harus ke mana ia pergi saat ini. Ia pun langsung meraih kopernya dan mengemasi pakaiannya. Semua surat-surat penting termasuk ijazah miliknya ia masukkan ke dalam koper. Sementara buku tabungan, ATM ,paspor dan visa serta cek pemberian David ia masukkan ke dalam tas yang lain. Tekadnya sudah bulat untuk pergi dan memulai kehidupan yang baru.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD