Sekar ingin marah. Ia tidak terima dilecehkan seperti tadi, ia langsung kembali ke tempat tidurnya berniat ngambek. Tapi sampai kapan?, sementara perutnya sudah sangat keroncongan.
Aahkk.. Sekar benci hidup dalam ketidak perdayaan seperti ini. Rasanya ia enggan mengatakan jika kini ia bergantung dengan lelaki itu.
"Srruukkk..." Hito melempar kaosnya kearah Sekar, membuat Sekar dengan jelas melihat otot yang ada di lengannya, beruntung lelaki itu masih memakai singlet jadinya mata Sekar tidak harus "ternodai paksa" melihat betapa kerasnya d**a bidang Hito.
"Pakai itu. Kita pergi beli baju untukmu juga beli makan!" Sahut Hito yang ikut duduk diranjang Sekar.
"Makan?" Mata Sekar berbinar hanya mendengarnya.
"Iyah.. kamu bisa masak?!" Tanya Hito lembut.
"Bisa...!" Sekar cukup yakin ia bisa masak meski tidak sejago seorang chef.
"Kalau gitu bisa buatkan untukku sayur asem?"
"Hhhaaah...?!"
"Iyah.. dulu waktu masih didesa ibuku sering memasakkan aku sayur asem!" Sahut Hito pandangannya seolah mengingat masa lalu. Sekar jadi terperangah, sejak kemarin ia berfikir Hito hanya manusia yang kejam, jahat, dan tidak beradab seperti kebanyakan fikiran orang jika bicara tentang genk mafia. Sesaat gadis itu lupa, jika manusia tetaplah manusia. Mereka pastinya memiliki kenangan indahnya berkumpul bersama keluarga. Terlepas baik buruknya hidup yang ia lalui sekarang. Karena sebaik-baiknya seseorang pasti memiliki masa kelamnya, dan seburuk-buruknya juga pasti punya harapan untuk berubah.
Tanpa sadar tangannya mengambil tangan Hito, ia mengangguk. Menyakinkan Hito, ia bisa memasakkan sayur asem untuk lelaki itu.
"Bisa tolong keluar sebentar, aku mau ganti baju...!" Pinta Sekar.
"Emang kenapa? Kan aku udah lihat setengahnya...!"
"Keluar...!" Desis Sekar setengah kesal.
Lelaki itu justru tertawa seakan tak mempan dengan suara galak Sekar.
Hito tadi hanya bercanda, Tapi ia tidak mau keluar kamar, ia hanya berbalik badan dan memilih sibuk memakai sepatunya kembali. Sekar langsung cepat-cepat mengganti kemejanya dengan kaos Hito yang kebesaran ditubuhnya. Meski bibirnya masih bergerutu tidak terima.
"Dasar laki-laki m***m!" Begitu desisnya.
Hito memandang Sekar yang masih cemberut dengan kaos bekasnya menempel ditubuh mungil Sekar, entah mengapa ia suka kaosnya dipakai Sekar. Dan itu semakin menambah liar fantasi nakalnya.
"Ayok kita pergi!" Ia tak yakin bisa tahan berlama-lama berdua dengan Sekar dalam satu ruangan.
---
"Mereka sudah sampai dipasar tradisional, sepanjang jalan Hito menggenggam tangan Sekar, dan Sekar tidak menolak karena memang jalannya becek juga licin.
Sekar sedang memilih beberapa sayur yang akan ia masak untuk Hito sesuai janjinya.
"Lihat ini!" Seru Hito memperlihatkan baju wanita dengan gaya mininya, seakan kehabisan bahan. Sekar yakin jika itu ia pakai, maka lekuk tubuhnya akan terbaca dengan jelas.
"Aku gak mau pakai itu!" Ucapnya dengan wajah yang sudah memerah, malu.
"Bener juga sih, kamu gak perlu pakai ini, karena aku lebih suka melihat semuanya ketimbang setengah-setengah.." Desis Hito dari belakang tubuh Sekar, seakan hanya meniupkan udara dibelakang telinganya. Tapi nyatanya masih bisa Sekar dengar dengan jelas. Terbukti sekarang tubuhnya menegang, kaku.
"Haaahhh.. kita gak usah beli apa-apa!" Kesal Sekar ia menaruh lagi sayur yang ia sudah pilih.
"Eeh.. jangan marah dong!" Kata Hito seraya menahan tangan Sekar untuk tidak pergi.
"Ddduuugghh.. aaawwww..." Pekik Sekar, karena seorang lelaki menabrak bahunya keras, beruntung Hito ada dibelakangnya. Sehingga saat ingin terjatuh Sekar hanya menabrak d**a Hito.
Hito ikut menatap lelaki itu kesal.
"Maling... maliiing...." Teriak kawanan orang yang mengejar lelaki tadi.
Aahhkk... ternyata yang tadi maling, Bathin Hito. Tanpa menunggu ia melempar sepatu ketsnya kepunggung lelaki itu.
Hito memang bagian dari genk mafia, tapi ia paling tidak suka dengan seseorang yang menyakiti orang kecil lainnya.
"Ampun Bang.. ampun...!" Desis maling itu.
"Bbbuuuggghh...." itu karena lo udah nabrak istri gue tanpa minta maaf." Jawabnya kesal. Ia menenteng kerah baju lelaki itu dan langsung menyerahkan kepada sekumpulan orang yang sejak tadi mengejar maling itu.
"Yuk...!" Ajak Hito yang sudah berhasil mengamankan barang curian dan memberikannya ke korban. Semua mata seakan tertuju padanya yang terlihat sangat keren kala beraksi.
Terutama Sekar yang mendengar dengan jelas Hito memanggilnya "istri" membuat jantungnya tak tenang. Sepanjang jalan ia masih tidak paham dengan semua perlakuan Hito padanya.
----
Sekar sudah duduk didepan kompor, niat awalnya memasak jadi buyar jika ia mengingat panggilan Hito tadi.
Apalagi lelaki itu terlihat cuek saja setelah mengatakkannya.
"Kamu langsung mau masak, gak ganti baju dulu?" Tanya Hito.
Hheehh.. gimana ganti baju kalau lelaki itu duduk memperhatikannya. Apalagi sejak tadi tatapan tajam Hito terus menghunus kearah Sekar, seolah ia adalah patung termahal dengan ukiran sempurna karya maestro ternama.
"Hahhaa... kamu pikir aku mau ganti baju didepanmu?" Sarkasnya seraya tertawa hambar.
"Hahahhaaaa... aku pikir kamu suka pakai baju bekasku!" Sahutnya santai. Kali ini ia memilih keluar rumah, memandangi langit malam yang terlihat begitu damai.
Sekar langsung membuka belanjanya, ia berniat memakai baju yang tadi ia pilih sendiri, sebuah kaos lengan panjang yang cukup besar. Untung tadi ia sempat melihat belanjaan yang dipilih Hito. Rata-rata baju kekurangan bahan terutama pada bagian-bagian sensitifnya. Dan dengan pintar Sekar menukarnya lagi ke penjual.
Ia melempar kaos Hito asal, rasanya ia masih kesal dengan lelaki itu.
"Udah ganti bajunya?" Tanya Hito basa-basi, ia tersenyum miring melihat Sekar tidak memakai baju pilihannya.
Hito duduk disamping Sekar tanpa merasa berdosa, ia ikut memperhatikan wanita itu merebus sayurannya. Sementara Sekar seolah tak peduli dengan kedatangan Hito, tangannya terus mengaduk-aduk dengan tatapan yang kosong.
Tiba-tiba saja tangan Hito terjulur kepinggang ramping Sekar, Ia meletakkan dagunya dibahu wanita itu, Sekar masih diam, ia tak tahu harus bereaksi seperti apa. Tapi gestur tubuhnya mengatakan kini ia sedang gugup. Sekar sedikit menggeliat karena baru kali ini ada lelaki yang seintim ini dengannya.
Hito suka, semua gerakkan alami Sekar semakin menambah rasa penasarannya.
Tangannya berjalan masuk ke dalam kaos Sekar. Perlahan menyentuh perut rata wanita itu. menggoda dengan jemarinya.
"Ja-ngan..." Desah Sekar yang sangat tidak tahan dengan perlakuan Hito.
Hito membalikkan tubuh Sekar, menatap lurus ke manik mata gadis itu, pandangannya begitu sayu seakan ditutupi kabut asmara, Hito mendekatkan wajahnya, bibirnya menggapai bibir Sekar pelan. Menyesap bibir atas dan bawah wanita itu, bergerak kekanan dan kekiri seorang diri. Sementara Sekar masih mematung, ia bagaikan boneka manekin yang tak bernyawa. Sampai ia tersadar saat lidah Hito berusaha masuk kerongga mulutnya, spontan ia mencekram kuat kaos Hito.
"Aaahhkk.. maaf!" Desis Hito, menempelkan dahinya didahi Sekar. Setelahnya lelaki itu pergi meninggalkan Sekar seorang diri.
Sekarang apa yang Sekar lakukan? Masak.. aahkk.. bahkan bernafas saja rasanya ia kesulitan karena perlakuan Hito tadi, Sekar berusaha mengingat-ingat. Iyah itu ciuman pertamanya, ciuman yang sangat ia jaga untuk suaminya kelak.
Sampai larut malam Hito belum juga pulang, Sekar cemas.. Ooh tidak perasaan apa itu? ini pasti karena ia takut ditinggal sendiri, iyah pasti karena itu!.
"Hahhahaaaaa.." suara gelak tawa dari dua orang, Sekar cukup mengenali suara lelakinya tapi siapa wanita yang juga ikut tertawa?. Ia membuka pintunya kecil. Dan ia langsung melihat Hito yang berciuman dengan wanita lain dengan sangat ganas.
Aahkk.. sial sejak tadi Sekar mencemaskannya. Nyatanya lelaki itu sedang asik dengan wanita lain, walau begitu matanya enggan berkedip, ia seolah fokus dengan apa yang ia lihat, tanpa sadar ia membasahi bibir bawahnya dengan lidah saat teringat bagaimana cara Hito menciumnya tadi. Ciuman yang berbeda dengan yang ia lihat sekarang, ciuman yang jauh lebih lembut seakan berasal dari dalam lubuk hati lelaki itu.
Hito menengok saat sadar Sekar sedang mengintip
"Hehheee.... Sekar....!" Kekeh Hito yang sepertinya habis mabuk. Ia langsung memarani Sekar.
Dan langsung menggandeng tubuh Sekar untuk masuk kedalam, mengunci pintu meninggalkan wanita yang tadi bersamanya.
"Itu.. itu...! gagap Sekar, heran dengan Hito.
Hito terus mendorong Sekar masuk tanpa memperdulikan pertanyaan Sekar, sampai mereka jatuh diatas kasur, Hito langsung memeluk pinggang Sekar dari arah belakang, ia menjadikan Sekar seakan boneka yang sangat nyaman untuk dipeluk.
Sekar tidak berkutik, bahkan sekedar menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal saja ia tak bisa, Karena Hito memeluk tubuhnya sangat erat.
Deru nafas teratur Hito sangat terasa ditengkuk Sekar, membuat wanita itu harus berjaga sepanjang malam, apalagi junior Hito seperti mengganjal di bongk*ng Sekar, secara tak langsung gadis itu tahu seberapa besar kepunyaan lelaki itu. memikirkannya saja membuat Sekar panas dingin.
ia tak ingin lengah dan kembali memberikan Hito kesempatan untuk melakukan yang tidak-tidak padanya.
Sekar baru bisa bergerak saat subuh tiba, karena Hito baru merubah posisi tidurnya kearah sebaliknya, Sekar menatap lelaki itu.
'Ciihh... tidurnya nyaman banget!. layaknya bayi kecil yang lelap dalam buaian sang ibu. Padahal dirinya harus rela begadang semalaman dengan jantung yang bunyinya gak karuan. ini gak bisa. Bisa gila jika aku terus bersama lelaki ini!' Bathin Sekar.
Ia berlari kepojok ruangan, terjongkok seraya mengeratkan tubuhnya jadi begitu kecil, ia sama sekali tak ingin Hito mendapati celah memeluknya lagi.
---
bersambung