Hatiku menghitam, Dira masih berada dalam posisinya. Menyibukan dirinya sendiri untuk menelusuri lekuk leherku semaunya, Dira tidak banyak bereaksi lebih. Dia sepertinya tidak peduli terhadap apapun, dia seperti seseorang yang kalap dan aku sendiri memutuskan untuk membiarkan pria ini berbuat sesuka hatinya. Toh, tidak ada gunanya pula aku bicara dengan seorang pria yang hatinya sudah menghitam dan dipenuhi oleh tuduhan. Aku sudah mati rasa. Tangis yang semestinya pecah tidak sama sekali keluar. Air mata yang mestinya menetes pun tetap pula berada ditempatnya. Tidak mengalir sama sekali. Aku yang dengan segala bentuk penolakanku tidak ubahnya diperlakukan tidak sesuai dengan diriku. Aku sudah tidak lagi meronta dan memilih untuk pasrah pada keadaan. Sebab nyatanya kami memang masih berst