Masih Perjaka

1026 Words
Dyler memasukkan kue Pai apel yang begitu manis ke dalam mulutnya, jujur dia sangat membenci makanan manis, susah payah ia menelan kue itu agar membuat wanita di depannya ini puas. Dyler berdehem karena merasa tenggorokannya kering. Furina langsung bangkit dari duduknya "Sebentar Jeff, aku akan mengambil air putih," ucapnya bergegas ke dapur. Dyler sempat kaget karena wanita itu tidak memanggil Pelayan untuk meminta air minum. Matanya kembali menelisik setiap sudut kamar Furina yang terlihat kekanak-kanakan. "Tidak ada apa-apa di sini untuk ku periksa, bagaimana caranya agar aku bisa masuk ke ruang kerja rubah licik itu," batinnya. Tak lama berselang, pintu kamar terbuka dan menunjukkan sosok Furina dengan nampan di tangan berisi teko berisi air putih dan 2 gelas kosong. "Ini Jeff, silahkan di minum." ujar Furina setelah menuangkan air dari teko ke dalam gelas kosong. Dyler memperhatikan sosok Furina dengan seksama seraya ia meneguk air tersebut "Dia bukan gadis manja yang seperti ku pikirkan, padahal sebagai Nona dari rumah ini dan Putri dari Richard ia bisa menyuruh ku atau menyuruh Pelayan mengambil air," batinnya. Setelah meneguk air putih, Dyler kembali bertatapan dengan Furina. "Ma-af Nona, apa sebelumnya Nona juga dekat dengan Asisten Nona, dan apa Nona berganti pakaian di depan semua orang seperti tadi?" tanya Dyler penasaran. Furina terkekeh "Tentu saja tidak Jeff, selama ini aku memiliki Asisten yang normal, aku melakukan ini hanya di depan mu karena kau itu gay," "Be-gitu ya," ucap Dyler terbata-bata. Furina menggeser kue pai yang ada di atas meja karena merasa Jeff dan dirinya sudah cukup menikmati kue pai itu. Gadis dan polos itu berpangku tangan di atas meja "Jeff, apa yang membuat mu menyukai sesama pria?" Dyler terbelalak, dia tidak mempersiapkan diri sebelumnya untuk mencari tahu informasi tentang seorang gay dan bagaimana kehidupan percintaan gay. "Ma-af Nona, tapi menurut saya itu adalah pertanyaan pribadi, saya tidak bisa menjawabnya," ujar Dyler gugup. Furina kembali terkekeh "Maaf Jeff aku terlalu bersemangat, aku belum pernah bertemu pria seperti mu aku jadi sangat penasaran," Dyler akhirnya bisa bernafas lega karena Furina ternyata bukan pemaksa. "Kalau begitu kau boleh pulang Jeff," sambung Furina. Gadis itu bangkit dari duduknya lalu melempar tubuhnya ke ranjang. Dyler menelan salivanya melihat lekuk tubuh Furina yang sudah terlentang di atas ranjang. "Baik Nona," Buru-buru Dyler keluar dari kamar itu. "Aku harus segera kembali," ujarnya setelah melihat setiap sudut kediaman Richard Essel yang di penuhi oleh para Pengawal. Dyler membawa mobil yang paling sederhana di antara mobil yang ia miliki, pria itu tak sabar ingin sampai ke rumah dan bertemu dengan Lexon. Brak... Pintu rumahnya terbuka lebar dan beberapa Pengawal Dyler sampai terbelalak kaget melihat atasan mereka yang tampak grasak-grusuk tidak seperti biasanya. Dyler terkenal begitu tenang dan santai, apapun masalah yang di hadapi pria itu ia bisa menyelesaikannya dengan kepala dingin, tapi kali ini ia tak sabar ingin berbicara dengan Lexon tentang apa yang dia alami selama di kediaman Richard Essel. "Lexon!" panggil Dyler. Suaranya menggema memenuhi rumah itu. Lexon yang sedang bersantai di ruang utama sampai kocar-kacir saat mendengar suara teriakan Dyler. "Ya Tuan!" jawabnya berdiri tegak di depan Dyler. Meskipun mereka sangat dekat nyatanya Lexon akan lebih sangat menghormati Dyler bila sedang berhadapan dengan para Pekerja yang lain. "Ke ruang ku sekarang juga, ada yang ingin ku bicarakan dengan mu," pinta Dyler. Lexon mengangguk, ia bersyukur kalau Dyler ternyata berhasil menyamar dan kembali dari kediaman Richard, padahal Lexon sudah jantungan takut kalau Dyler ketahuan dan kehilangan nyawa di kediaman Richard. Keduanya masuk ke dalam Ruangan kerja Dyler. Selama ini hanya Lexon seorang yang boleh masuk ke dalam ruangan itu, semua Pengawal dan Bodyguard yang di miliki oleh Dyler tidak seorang pun yang boleh masuk ke dalam ruangan penuh rahasia karena di dalam ruangan itu terdapat semua seluk-beluk rahasia usaha dan bisnis Dyler. Dyler mendaratkan bokongnya di kursi kebesaran sambil merebahkan kepalanya di kursi. Lexon menarik kursi lalu berbicara berhadapan dengan Dyler yang terlihat sedang memegangi kepalanya. "Ku lihat kau sudah 10 kali menghela nafas selama di dalam Ruangan ini, apa yang terjadi di Kediaman Richard Essel, melihat mu kembali dengan tubuh yang utuh kurasa penyamaran mu berhasil," ujar Lexon. "Penyamaranku memang berhasil tapi sepertinya sulit untuk menembus ruang kerja Richard dan mencari bukti kejahatan b*****h busuk itu, di dalam Kediamannya di penuhi oleh Bodyguard terlatih," jawab Dyler tertunduk lemas. "Bagaimana penampilan Richard? apa pria itu pendek, buncit, dan berkepala botak, atau jangan-jangan tubuhnya di penuhi oleh tato?" cecar Lexon yang sangat penasaran dengan penampilan Richard yang sangat tertutup dan tak pernah terendus media mana pun, padahal Richard Essel adalah salah satu Pengusaha dan Bos Gengster yang sangat terkenal. Dyler menggeleng "Pria itu memang berusia 50 tahunan ke atas, tapi dia sangat tampan dan terlihat masih sangat muda, tubuhnya bahkan jauh lebih bagus dari tubuhmu," ujar Dyler. Lexon mendelik "Astaga, pantas saja semua orang mengatakan kalau Putri Richard sangat cantik, ternyata-" Cih... Dyler berdecih. "Apanya yang cantik, menurut ku wanita itu malah memiliki keterbelakangan mental, gadis yang bodoh!" potong Dyler. Lexon tertawa terbahak-bahak. "Sejak kapan kau memuji seorang wanita, ayolah Bung sekali-kali kau perlu bertemu dengan para wanita, sayang sekali aset mu yang besar dan panjang itu masih perjaka," kekeh Lexon. Dyler melotot "Apa maksud mu besar dan panjang? memangnya kau pernah lihat milikku?" "Pernah lah! setahun yang lalu saat kita selesai berenang dan berada di ruang ganti, handuk mu terlepas dan aku melihat milikmu, ku pikir kau harus membeli kondom ukuran di atas XL untuk mengatasi milikmu itu," ejek Lexon. Dyler melotot dan menatap tajam ke arah Pengawal sekaligus teman baiknya itu. "Sial kau!" teriaknya sembari melempar sebuah map ke arah Lexon. Syukurnya Lexon cepat mengelak sehingga map itu menghantam ke lantai. Lexon kembali tertawa terbahak-bahak, saat berdua begini bukan hal aneh bila Dyler dan Lexon bercanda berlebihan, tetapi saat mereka sedang di luar dan bertemu dengan orang lain, Lexon akan selalu bersikap hati-hati bahkan saat berbicara untuk menjaga marwah dan martabat Dyler sebagai Pimpinan Perusahaan. Lexon yang sudah puas tertawa akhirnya bangkit "Jadi apa kita harus merubah rencana?" tanya Lexon. "Kurasa begitu," jawab Dyler singkat. "Apa rencanamu?" tanya Lexon. "Aku rasa kita perlu menculik Putri Richard Essel, kita bisa mengancam pria itu melalui Putrinya, aku lihat sendiri bagaimana pria itu mengasihi dan menyayangi putrinya," jelas Dyler.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD