Tidak Terima Kalah

1228 Words
l Setelah menjelaskan penuh percaya diri akhirnya, Angkasa sekarang duduk. Giliran Alara yang menjelaskan tanpa berdiri karena posisinya hanya saling berhadapan dengan Rega. "Cerita yang akan perusahaan kami usung adalah cerita berjudul Mantan Adalah Petaka. Di mana seorang laki-laki yang hanya memanfaatkan dan menikahi perempuan lugu yang sangat mencintainya hanya untuk menjaga anak dari hubungan di luar nikah dengan kekasihnya. Lalu setelah kekasihnya kembali laki-laki tersebut memilih menikah dengan mantan kekasihnya dan mengkhianati istrinya yang selama tiga tahun sudah menemani berjuang dari yang sangat miskin hingga mampu mendirikan perusahaan." Tatapan Alara melirik ke arah Angkasa beberapa detik. Angkasa diam sambil menunduk, mendengarkan ide cerita Alara. Gania tiba-tiba menggenggam tangannya, seolah mengatakan Angkasa harus bersikap baik-baik saja. "Dan untuk pemeran film, kami juga tidak terlalu mementingkan nama besar aktris atau aktor, kami akan mencari pemeran yang cocok dan mendalami isi peran, karena temannya dari kisah nyata, cerita ini akan terasa real sampai pada penonton, saya akan menargetkan lima juta penonton, kalau bapak mau memberi kesempatan perusahaan kami, aku yakin, perusahaan bapak akan mendapatkan keuntungan dua kali lipat." Angkasa terus memperhatikan Alara. Dia tidak percaya kalau istrinya yang biasa di rumah, belajar masak dan mengasuh Yara, sekarang memiliki kemampuan luas untuk berpresentasi di depan Rega, setiap kata yang keluar dari bibirnya juga tidak ada rasa canggung sama sekali. Setelah semua menjelaskan presentasi mereka masing-masing, dalam ruangan luas yang tertutup rapat itu menjadi hening. Rega dan Arhan sibuk membaca file-file untuk mempertimbangkan. “Saya sudah mempertimbangkan, untuk memilih memberi kesempatan pada perusahaan Alba Pictures. Karena menurut saya, gagasan yang dipilih dan langkah strategi promosi yang akan memanfaatkan kisah nyata, film ini akan meledak di pasaran. Alara selamat, semoga kerja sama kita ke depan bisa berjalan lancar.” Alara menyambut jabatan tangan Rega sambil tersenyum. “Aku akan berusaha melakukan yang terbaik, Pak Rega, senang sekali Bapak sudah mempercayai Alba Pictures.” Alara sengaja mengobrol hangat dengan Rega di depan Angkasa dan Gani. Mereka berdua memandang tidak suka sambil mengemasi map-map mereka. Dalam satu acara, dua kali Angkasa dan Gania telah dipermalukan. Pertama, gara-gara tempat duduk, kedua, dia harus menelan kekalahan, bahkan hanya dengan lawan orang seperti Alara, wanita yang baru saja duduk di kursi meeting. Muak melihat Alara yang sedang tersenyum setelah mendapat panggung di depan CEO Cristal Grub, Angkasa menarik tangan Gania lalu mengajaknya pergi. Tidak ada guna nya kalau harus berlama-lama di sana, yang ada hati Angkasa semakin panas bahkan hampir mengeluarkan uap. “Kalian tunggu!” cegah Alara dengan suara keras membuat Angkasa dan Gania menoleh ke belakang seketika. Angkasa menaikkan satu alisnya menatap perempuan itu. Hingga kemudian Alara mendekat sambil membawa berkas melemparnya mengenai d**a Angkasa. “Cepat tanda tangani surat cerai itu, karena aku tidak sudi lagi mempunyai hubungan dengan laki-laki b******k sepertimu!” Dahi Rega mengerut yang menyaksikan Alara marah bingung dengan apa yang terjadi. Begitu juga dengan para direktur dari perusahaan produksi film lainya. Sontak Angkasa, Gania dan Alara menjadi pusat perhatian mereka. “Kamu masih bersikukuh minta cerai dariku, Alara?” tanya Angkasa. “Ternyata benar, mencari orang yang setia itu sangat sulit, ternyata keputusanku memilih menikah dengan Gania adalah tepat, sebab selama empat tahun ini, Cuma dia yang masih mencintaiku. Bahkan dia mau menerima kamu menjadi istriku, kalau kamu masih bertahan. Tapi sepertinya kamu tidak punya pikiran se lapang itu. Ah, mungkin karena kamu sudah memiliki laki-laki lain yang bisa memberimu segalanya, hingga kamu bisa berdiri di sini sekarang.” PLAK! Tamparan keras langsung mendarat ke pipi Angkasa yang semakin bebas merendahkannya. “Tanda tangani surat itu, karena aku mau secepatnya ingin menikah dengan dia!” Alara menunjuk Rega di belakangnya. Rega mengerjab, terkejut mendengar ucapan Alara. "Jangan menginjak semut kalau tidak mau digigit!" Suara Alara semakin meninggi sampai membuat Angkasa malu, bahkan Gania memasang wajah sok paling polos, menggenggam tangan Angkasa sambil berdiri di belakang suaminya, berlindung seolah Alara akan menyerang. “Kamu tidak perlu meninggikan suaramu, Alara, karena aku pasti kita akan bercerai! Ternyata benar dugaanku, kamu pasti sudah menemukan pria yang lebih dari pada aku.” “Bagus.” Alara melipat kedua tangan di d**a sambil melirik malas. “Jangan lama-lama, karena aku sudah muak dengan kalian. Ada banyak hal yang harus ku kerjakan bukan hanya mengurusi kalian saja.” Angkasa mengambil surat itu dengan keadaan marah. "Kita akan lihat nanti." Alara tersenyum enteng. “Terima kasih atas luka yang kamu tusukkan. Ingat kata-kataku, walau kalian sudah bersatu dan menikah, aku akan pastikan namaku pasti akan jadi topik setiap perdebatan kalian. Dan saat itu juga, perasaan kalian tidak akan merasa tenang, karena kalian sudah membuat hatiku sangat sakit!” Angkasa menyeringai. “Kamu yakin?” melihat Gania, mereka seolah-olah merendahkan Alara. “Kamu jangan terlalu percaya diri, Alara.” Gania menggeleng terkekeh. “Kamu ini siapa?” “Kalau ada Gania di sampingku, kenapa aku harus menganggap mu penting, kamu itu hanya seperti lalat, yang numpang hinggap dalam hidangan,” ucap Angkasa. “Terlalu membanggakan Gania, apa kamu pikir, kalau posisimu masih ada di empat tahun lalu, Gani mau menerimamu? Aku yakin, bahkan dia mungkin tidak akan menganggapmu ada di muka bumi ini, karena dia lahir dari keluarga matre yang haus dan tamak dengan uang!” Selama satu Minggu ini, Alara telah menyelidiki tentang latar belakang keluarga Gania. Keluarganya adalah pengusaha furniture ternama, tapi satu belakangan ini mereka mengalami kebangkrutan jadi mereka tidak sekaya yang dibanggakan oleh Angkasa dan ibunya. "Sebaiknya sekarang kamu berhenti menyalahkan Gani, dia tidak tahu apa-apa, dia hanya menurut padaku, sangat berbeda denganmu, pembangkang!” “Kami menikah juga karena saling mencintai sejak lama, jadi itu suatu keberhasilan buat kami!” imbuh Gania ikut mencela. Angkasa menggenggam tangan Gania, pergi buru-buru meninggalkan ruangan meeting. Hari ini sudah cukup, Alara telah mempermalukannya di depan orang banyak, mereka berasal dari perusahan produksi film, yang rata-rata mereka adalah pesaing. Tak lama Angkasa dan Gania pergi, orang-orang yang sedang hadir dalam ruangan itu pergi satu persatu. Hingga tersisa Alara dan Rega. Alara merasa lemas, karena seluruh energi habis hanya untuk bertengkar dengan Angkasa. satu tangannya meremas ujung meja, berpegangan. Sambil menatap kertas yang merupakan surat perceraiannya dengan Angkasa. Ia memegang dadanya terasa nyeri hampir saja menitikkan air mata. “Mari ikut denganku!” satu tangan Alara ditarik tiba-tiba, hampir saja membuatnya yang tak seimbang jatuh. Rega mengajaknya duduk di area restoran hotel. Langsung memesankan Alara jus alpukat merupakan minuman kesukaannya. “Maaf, aku nggak lagi suka minuman itu, aku pilih air putih saja.” “Baiklah.” Rega mengangguk. Setelah pelayanan pergi ia kini menatap Alara serius. Tentu saja membuat Alara salah tingkah. Menarik rambut menyelipkan ke belakang telinga. “Katakan, apa maksud dari ucapanmu tadi, ingin menikah denganku? Bukannya empat tahun lalu kamu yang menolak perjodohan kita?” Alara sedikit terkejut, sebab Rega masih mengingat tentang perjodohan mereka, dia pikir Rega tidak mengenalnya, karena mereka belum sempat bertemu. Apa hal itu yang menyebabkan Rega mudah menerima proposal dari Alara? Jangan-jangan ini adalah tak tik untuk membalas perbuatan Alara? Alara melirik curiga. “Bagaimana kita bisa menikah empat tahun lalu, kalau kita tidak saling mencintai? Lagi pula, aku mengatakan tadi pada mantan suamiku karena Cuma menggertak nya saja, aku hanya bohong, supaya dia mau tanda tangan, karena aku sudah muak dengan hubungan kami yang seperti racun. Jadi, maaf, jangan ambil serius ucapanku yang ingin menikah denganmu tadi ya?” Satu sudut bibir Rega tertarik sedikit, tersenyum. “Sayangnya, aku ingin menikahi beneran. Dan ini serius, bukan Cuma main-main.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD