Gadis Pencuri Hati Tuan Muda ( Tamat )

"Sial ...." Cle tak menyangka hari ini bakal hujan di saat ia hendak melakukan tugasnya. "Di mana lagi yang lainnya?" Ia menoleh ke belakang mencari teman-temannya sambil berlari guna mencari tempat berteduh. Di tengah hutan yang gelap, Cle terus menyusuri jalan menuju pulang. Ia yakin jika ini jalan yang sudah dilalui bersama ayah dan kakaknya. Siang tadi, hutan ini begitu indah dan sejuk. Namun kini, suasana mencekam dengan sahutan burung membuat nyali Cle ciut. "Ingat Cle! Jika dirimu tersesat di hutan. Jalan terus tanpa berbelok." Cle teringat ucapan mendiang sang nenek. Jika ia terpisah atau tersesat di hutan maka cara terbaik adalah jalan terus tanpa belok walau ia tak yakin. "Aduh ....!" Cle merintih ketika ia tak sengaja terjatuh akibat batu yang ia pijak. "Ah ... sial aku hari ini!" Ia mengumpat dirinya sendiri sehingga terjatuh dan menyebabkan jubahnya menjadi robek tersangkut ranting. "Aish ...." Cle bergidik suara burung hantu terdengar menghampirinya. Ia langsung berdiri dan berjalan agak cepat walau kakinya terasa sakit. Cle terus berjalan di tengah derasnya hujan dan ia tersenyum, karena di ujung sana cahaya lampu. Mungkin itu rumah penduduk. Setidaknya ia bisa berteduh semalam atau hingga hujan reda. Cle berjalan mendekati cahaya lampu tersebut dan ketika sampai, ia mengernyitkan dahi. Di tengah hutan ada sebuah tempat tinggal dan itu bukan rumah melainkan kastil. ***** Clementine Clarence anak dari seorang pencuri yang terkenal. Sang ayah merupakan pimpinan dari Dark Thief sebuah julukan kelompok orang yang melakukan pencurian di rumah orang kaya tanpa diketahui jejaknya. Mereka bukan sembarang pencuri, karena hasil barang yang dicuri akan dibagikan kepada orang yang tak mampu. Kelompok Dark Thief tak pernah menyakiti atau membunuh korbannya. Mereka hanya membius menggunakan seruling yang ditiup. Valdemart Adalwolf ayah dari Clementine. Di balik sikap tegas dan berani, ia adalah ayah yang bijaksana dan penyayang bagi dua anaknya. Semenjak Lawerine --sang istri meninggal, ia mengurus anak-anaknya. Cle dan sang ayah tinggal di sebuah kawasan pemukiman yang penduduknya bercocok tanam dan beternak, tidak ada yang tahu jika penduduk di sana merupakan kelompok pencuri kelas kakap. Mereka pandai menyembunyikan identitasnya. "Apa kau menemukan adikmu?" Everhart Wemilo Adalwolf menggeleng. Ia tak menemukan adiknya yang terpisah. "Ayah harap anak itu menemukan jalan pulang. Ia terlalu keras kepala seperti ibu kalian," keluh Valdemart yang tak kunjung menemukan anak gadisnya. "Sudah tahu ia tidak boleh ikut, tetap saja ia tidak menurut," lanjut Valdemart tak hentinya menyalahkan diri sendiri. "Tenanglah, Yah. Esme yakin Cle itu gadis yang pintar." Esmeralda Ivonne istri dari Everhart yang ikut dalam perjalanan ini turut cemas di hatinya. Adik iparnya itu memang bandel walau hatinya baik. "Besok, aku akan mencarinya. Ayah dan Esme pulang saja dulu. Aku dan lainnya akan memuat barang ini sebelum fajar." Akhirnya Valdemart dan Esme memilih pulang dan menunggu kabar baik. ***** Cle memandang pagar yang menjulang tinggi. Ia hendak masuk, tetapi rasa takutnya menggiring pemikirannya mengenai seorang drakula yang tinggal di kastil ini. "Kalau aku tidak masuk, hujan akan terus mengguyur badanku." Sejenak ia ragu untuk masuk. Ketika tangannya menyentuh pagar, ia dikejutkan dengan terbukanya pagar tanpa ia dorong. "Apa kau ingin di sana sampai pagi, Nona?" Hampir saja Cle menjerit, suara tanpa adanya sesosok manusia itu mengejutkannya. Ia menoleh, tetapi tidak ditemukan siapapun. "Kami ada di depanmu, Nona." Ketakutannya terjawab, Cle memicingkan matanya melihat ke arah depan. Di derasnya hujan, di sana tampak beberapa pria bersenjata berdiri. Di kanan dan kiri terdapat mercusuar yang selalu ia lihat di lautan. Mungkin dari atas sana, suara tersebut berasal. "Jangan takut, Nona. Mereka tidak akan membunuhmu jika dirimu berkelakuan baik." Cle meneguk saliva-nya. Ia tak menyangka berada di tempat asing. Bahkan ia tidak tahu siapa orang-orang di depannya. Namun akhirnya, Cle melangkah perlahan. Mengingat tubuhnya sudah mulai dingin dan basah kuyub. "Masuklah, Nona. Jangan sampai kau pingsan kedinginan di sini. Kami tidak mau membuat masalah kedepannya." Ucapan dari pria itu membuat Cle kesal. Siapa juga yang mau pingsan? Saat Cle melewati penjagaan, serentak mereka minggir memberi jalan untuknya. Tentu saja Cle merasa heran. Siapa gerangan orang yang memiliki kastil ini? "Silakan masuk, Nona. Hangatkan dirimu di dalam," ujar seorang pelayan pria yang mengantarkan Cle masuk. Cle menurut dan lagipula ia sudah kedinginan juga kelaparan tentunya. "Kau sudah masuk perangkapku, Gadis Bodoh!" Cle tak melihat jika sedari tadi ia diawasi oleh seseorang di lantai atas. Senyumnya datar dengan memegang segelas whisky. "Gadis itu sudah masuk, Tuan Elgio." ***** Elgio Stein Glasdtone seorang pria dengan paras yang tampan, tetapi kejam. Di kastil ini ia sengaja diasingkan oleh sang ayah karena sifatnya yang ingin membunuh. Sejak kecil Elgio memiliki sakit di jiwanya. Ia sering menyakiti orang di sekitarnya bahkan melukai dirinya sendiri. Di kastil peninggalan sang kakek, ia dijaga oleh puluhan anak buah dan pelayan. Seminggu dua kali dokter Frein akan memeriksa keadaan Elgio. Baik dari segi psikis mau jasmani. Keluarga Glasdtone adalah keluarga terpandang di kotanya. River Glasdtone menikah dengan Chattlene Estarica Georgeous. Mereka berdua pasangan romantis dan hangat. Karena itulah River merasa heran mendapati anak bungsunya memiliki kelainan di jiwanya. Sedangkan sang kakak yang bernama Ailery Lucero berhati lembut dan baik. Meskipun berada di kastil, Elgio tetap memantau perusahaan dari jauh. Ia akan menjadi orang yang berbeda jika sedang bekerja. Dari tangan dinginnya, perusahaan sang ayah berkembang pesat. Sang kakak tidak mau menyentuh usaha keluarga, ia lebih memilih menjadi seorang dokter yang terkenal. "Ada apa kau menghubungiku, Lucero?" Elgio tak suka jika ia selalu dihubungi oleh kakaknya. Ia bukan lagi anak kecil. "Ibu akan menemuimu beberapa hari. Tolonglah kau jangan mengurung diri di kamar jika ibu datang." "Elgio, lihat aku jika kita sedang bicara?" Dari layar laptop, Lucero hanya bisa mendengkus kesal pada adiknya. Elgio selalu melihat ke jendela jika mereka terhubung lewat video call. "Yang penting aku mendengarmu, bukan?" "Aku hanya ingin melihat wajahmu saja. Apa tidak boleh?" tanya Lucero memelas. "Bukankah kau membenciku karena kecelakaan menimpa kembaranmu? Dan kau mengatakan tidak ingin melihat wajahku?" Elgio tetap menjawab walau ia tidak menatap layar laptop. Lucero terdiam. Memang benar yang dikatakan Elgio, sejak kematian Lucena--kembarannya. Lucero menyalahkan Elgio yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi. "Maaf, kalau peristiwa membuatmu terluka." Elgio bergeming. Ia menggertakan giginya menahan emosi yang terpendam selama ini. Memiliki penyakit yang menurut orang gila, bukan keinginanya dari lahir. Ia sendiri juga tidak tahu mengapa sejak kecil jika menyiksa binatang atau membunuh akan menjadi kepuasan bagi dirinya. "Sambutlah ibu jika datang, Elgio. Ibu sangat merindukanmu," ucap Lucero sebelum mematikan sambungan video. Elgio tetap tak beranjak dari jendela. Ia menikmati sejuknya udara setelah hujan reda. Sejenak ia melupakan gadis yang tersesat tersebut. =Bersambung= Air chall ( bahasa skotlandia ) artinya Tersesat