07

1572 Words
Happy Reading ***** "Kita PA-CA-RAN!!" eja Gior. "Maksudnya, aku sama kakak punya hubungan? Kak Gior pacar Kianna?" tanya Kianna ragu. "Iya, Sayang. Giorgio Fernandes sekarang pacar lo, bukan Lutfi atau Bambang." Gior menekankan kata pacar pada Kianna. "Kia ga lagi mimpi 'kan?" Gior menarik lengan Kianna agar mendekat dengannya. Gior mengecup punggung tangan Kianna, gadis itu melotot terkejut. "Masih mikir ini mimpi?" tanya Gior dan Kianna menggeleng kaku. ****** Kianna tersadar dari lamunan ketika pundaknya ditepuk seseorang. Seolah sedang mengumpulkan nyawa, Kianna menatap Andara dengan mulut sedikit terbuka. "Ya ampun, Kia. Pantesan aja gak nyaut dari tadi dipanggil, ternyata lagi asyik melamun." Andara mengambil tempat duduk di sebelah kanan Kianna dan menggeleng sambil memakan chiki yang ia bawa. Kianna tampak bingung. Bukankah tadi ia berada di taman rahasia dan Gior barusan mengajaknya berpacaran, tapi kenapa sekarang, Kianna berada di perpustakaan? "Kenapa aku ada di sini, Dar?" tanya Kianna. Andara mengerutkan dahi, "kamu stress ya? Dari tadi juga kamu tuh di sini, Ki. Sibuk ngerjain tugas Bahasa Indonesia bikin cerpen. Kok malah nanya kenapa di sini? Emangnya kamu maunya di mana?" Kianna menoleh sekelilingnya, ada beberapa teman kelasnya yang ada duduk di dekatnya. Mereka semua sibuk menulis, mengerjakan tugas cerpen, sedangkan di atas meja pun sudah berserakan buku dan alat tulis lainnya. Hal itu menandakan jika kejadian tembak menembak yang dilakukan Gior padanya hanya halusinasi Kianna saja. Gadis berponi itu mendesah kecewa. Sebagian besar ruang hatinya remuk redam karena ternyata harapannya hanya harapan semata bukan kenyataan. Lagi pula, Kianna bahkan tak habis pikir jika ia bisa berkhayal sampai sejauh itu. Berimajinasi kalau Gior dan Nada hanyalah pasangan fake. "Yah, malah bengong lagi. Ki, Kia, sana kerjain tugasnya! Tinggal 30 menit lagi mau dikumpul."Andara menyenggol lengan Kianna, mengingatkan agar Kia fokus mengerjakan tugas. Kianna menoleh Andara sekilas dan menunduk mengambil pena lalu sejenak berpikir apa yang akan ia tulis di lembar kosong dalam bukunya. Seketika moodnya hancur akibat lamunan itu. "Kamu nulis cerpen apa?" Kianna menjulurkan kepalanya melihat apa yang Andara tulis. "Cerpen tentang perselingkuhan." Kianna mengeryit bingung. "Memang boleh?" tanya Kianna. "Baca ini, Ki. Buatlah cerita pendek dengan tema bebas, sesuai dengan imajinasi kalian. Gitu perintahnya," jelas Andara dengan mengambil kembali bukunya. Sepertinya Kianna menyadari mengapa bisa ia melamun sampai mengkhayalkan kejadian konyol itu. Semua karena tugas mengarang dengan tema bebas, sehingga jiwa halusinasinya bekerja dengan baik. Kianna memukul kepalanya dengan pena, menyesali kebodohannya. Kianna tampak berpikir sejenak. Ia harus menyampingkan kekesalannya atas lamunan bodoh yang ia lakukan sendiri. Ia tetap harus mengerjakan tugas sekolahnya dengan fokus. Memang pada dasarnya Kianna adalah seorang penulis, jadi tugas membuat cerpen adalah hal yang cukup mudah dilakukannya. Ia menuangkan rasa kecewa atas khayalannya hari ini ke dalam tulisan. Hanya butuh waktu 20 menit dan cerpen pun sudah selesai ia tulis dengan baik. Ketua kelas mereka--Abraham, mengambil satu per satu buku tugas teman sekelasnya untuk ia bawa ke ruang guru. Andara menarik tangan Kianna segera keluar dari perpustakaan dan kembali ke kelas untuk menaruh semua alat tulis mereka. "Kak Ridwan selingkuh," lirih Andara saat mereka berjalan menuju kelas. Kianna dengan cepat menoleh, terkejut. Suara pelan sahabatnya itu masih bisa ia dengar dengan jelas, karena koridor sangat sepi. "Hah? Kamu becanda 'kan, Dar?" Andara menggeleng lemah. "Udah satu minggu terakhir ini, kak Ridwan berubah. Chat aku jarang dibales, dia ga pernah juga ngabarin aku lagi. Dia juga kalo ketemu di sekolah gini, jarang nyamperin aku. Terakhir aku lihat di salah satu updatean, yang kebetulan cewek itu, aku follow. Cewek itu update foto berdua sama kak Ridwan, di dalem mobil," "Aku coba positive thinking kalo dia sepupunya, tapi aku coba tanya sama kak Ridwan sendiri, dia malah marah. Bilang aku posesif, terlalu kepo dan ngengkang. Padahal aku cuma nanya aja, Ki. Siapa cewek itu, tapi kenapa respon dia sebegitunya." Air mata Andara menetes begitu saja. Kianna menarik lengan Andara untuk duduk disalah satu kursi panjang yang ada di koridor. Andara menunduk menyembunyikan wajah muramnya. Kianna tidak pernah juga berpikir jika kak Ridwan akan selingkuh dari Andara. Andara di mata Kianna, cewek yang cantik, baik hati dan ceria meskipun kadang kala suka mengesalkan. Selama ini juga, yang Kianna lihat hubungan Andara dan Ridwan baik-baik dan harmonis, jarang ada perselisihan. Namun rupanya, itu hanya tampak di luar saja, di dalamnya hanya yang menjalaninya yang tahu seperti apa. "Jadi, kamu maunya gimana?" tanya Kianna. "Aku semalem udah bilang udahan sama dia. Aku gak mau, Ki, diselingkuhi." "Jawabannya?" "Dia gak baca, gak bales bahkan gak angkat telepon dari aku. Dengan caranya begitu, aku sudah anggap dia setuju atas keputusan aku. Jadi, sekarang kita sama-sama jomlo," ucap Andara. Sahabat Kianna satu itu dengan cepat mengubah ekspresinya dari sedih ke semringah. "Kamu gak sedih?" tanya Kianna saat melihat Andara tersenyum lebar. Andara menggeleng tegas. "Buat apa aku sedih berlarut. Cowok juga ga cuma kak Ridwan doang, masih banyak yang lain. Lagian nih, kita juga masih sekolah. Nikmati aja, masa muda kita." Kalimat santai Andara yang sedikit menampar Kianna yang tidak bisa move on dari Gior. "Yuk, Ki. Lanjut ke kelas udah gitu kita ke kantin. Aku laper," ajak Andara dan keduanya melanjutkan perjalanan mereka. ***** Dua hari berselang, papan mading dipenuhi oleh para siswa siswi. Kianna yang kebetulan lewat di sana, ikut serta melihat informasi yang dipajang. Mata Kianna menjelajahi satu per satu berita up to date yang dipajang. Mulai dari fashion terbaru, profil murid teladan, ramalan bintang, puisi, berita putusnya Andara dan kak Ridwan ternyata juga masuk dalam artikel dan yang mengejutkan cerpen tugas Bahasa Indonesia dua hari lalu yang ia kerjakan ikut terpampang di sana. Demi apa pun, Kianna bergidik ngeri melihat isi papan mading kali ini. Kakinya mundur perlahan ke belakang, keluar dari ramainya orang-orang di sana. Namun, tubuhnya tertahan oleh seseorang. "Cerpen lo bagus. Lo pinter nulis ternyata." Nada, kakak kelasnya yang juga pacar dari cowok impian Kianna, sedang memberi pujian perihal cerpennya. "Oh ... makasih, Kak," kata Kianna kikuk. "Lo suka nulis di aplikasi online gak?" tanya Nada. Kianna menggeleng pelan. Ia tidak ingin Nada tahu jika ia menulis di sana. Jadi, lebih baik, ia berbohong. "Yah, sayang banget yah. Padahal kalo lo nulis di sana, bakal banyak yang suka sama tulisan lo." Kianna hanya tersenyum kecil. "Lo mau gak bantu gue buat nulisin cerpen. Gue pengen dibuatin cerpen sama seseorang tentang kisah gue. Soalnya gue ga pinter nulis. Mau yah, lo mau kan?" Nada mengeluarkan puppy eyes pada Kianna. Wajah Nada semakin menggemaskan di mata Kianna yang seorang cewek. Pantas saja Gior betah berpacaran dengan Nada. Mau tak mau, Kianna mengiyakan permintaan Nada yang menurutnya cukup aneh itu. Nada menggeret lengan Kianna agar duduk di sebelahnya di bawah pohon rindang yang menghadap ke lapangan basket. "Ceritanya tentang Fake Relationship. Jadi, gue ngejalani hubungan palsu dengan seseorang. Niatannya supaya orang yang gue suka itu cemburu dan ngerebut gue dari pacar palsu gue itu. Nah buat endingnya, gue mau jadian sama orang yang gue buat cemburu itu. Lo ngertikan maksudnya," jelas Nada panjang lebar. Kianna menatap Nada dengan lekat. Seperti dejavu, lamunan Kianna beberapa hari yang lalu kini seakan jadi kenyataan. Bukankah, ucapan Nada sama hal dengan lamunannya. Bibir Kianna seolah kelu untuk sekadar bertanya apakah cerita yang ingin ia tuliskan untuk Nada merupakan kisah asli Nada, yang berarti ia dan Gior hanya pasangan kekasih palsu? "Hei, Kianna. Lo ngerti 'kan?" Suara Nada membuyarkan pikiran Kianna. "Iya, Kak. Kia paham," jawab Kianna. "Bagus deh. Besok gue kasih lo buku note yah. Ntar lo tulis di sana aja, biar bisa gue baca terus ke mana-mana. Oke?" kata Nada antusias. Kianna mengangguk, tersenyum simpul. "Makasih Kianna yang imut-imut." Nada melenggang pergi menjauhi Kianna yang masih duduk sendiri. Kianna menghela napas panjang. Otaknya masih sibuk berpikir, mengapa keinginan Nada begitu mirip dengan lamunannya beberapa waktu lalu? Kianna memilih untuk kembali ke kelasnya, tapi di anak tangga paling bawah, Gior sedang duduk sendirian sambil menatap ponselnya. Gadis itu teringat akan bayangan tentang lamunannya beberapa menit lalu. Kaki Kianna terasa berat untuk melangkah, tetapi tidak ada jalan lain untuk menuju ke kelasnya selain melewati tangga itu. Kianna menarik napas panjang dan berusaha tetap dalam keadaan normal seperti biasanya meskipun jantungnya kebat kebit jaipongan. Ia menggigit dinding mulutnya agar tidak terlihat tegang. Seperti itulah rasanya ketika berdekatan dengan orang yang disukai. Hal yang tak wajar menyerang secara tiba-tiba. Dua langkah lagi, Kianna berhasil melewati posisi Gior. Akan tetapi, harapan tinggal harapan. Gior mengacungkan ponselnya ke hadapan Kianna. "Tulis akun i********: kamu di sini." Gior menyodorkan ponselnya pada Kianna. "Hah? i********:?" ulang Kianna tampak shock. Gior mengangguk, "iya, i********:. Lo punya 'kan? Masa anak jaman now gak punya instagraam?" 'Mati aku. Ketahuan kalo udah follow akunnya kak Gior duluan buat stalking!' batin Kianna. Kianna mengetikkan nama akunnya dan Gior segera mengambil ponselnya dari pegangan Kianna. "Gue udah follow lo nih. Follow back gih!" Gior menatap wajah Kianna yang tampak terkejut. Dengan bibir sedikit gemetar, Kianna menjawab, "saya sudah follow akun Kakak dari lama." 'Tuh kan! Apes. Ketauan jadinya!' batin Kianna. Gior tampak mengangguk santai, tidak mempermasalahkan atau menggodanya. "Oke! Bagus deh. Eh, by the way, ada salam dari Bambang. Katanya dia gak suka lihat rambut lo digerai terus, kapan dikuncirnya?" kata Gior dengan sebelah alis terangkat. Kianna spontan memegangi rambut panjangnya dengan ekspresi penuh kebingungan. 'Kenapa kak Bambang harus nitip omongan ke kak Gior? Kenapa gak ngomong langsung aja?' Kianna sibuk berpikir. Tanpa diduga, Gior mengacak puncak kepala Kianna sebelum cowok itu kembali ke kelasnya dengan bersiul. Gadis berponi itu membatu di tempat, masih shock dengan perlakuan Gior yang sangat tiba-tiba itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD