2. Cerita lainnya

1658 Words
Damar baru saja keluar dari ruangan dosen setelah tadi menyerahkan tugas yang baru saja selesai di kerjakan, beruntung Dosen tersebut masih mau menerima tugas darinya kalau tidak sudah pasti nilainya kali ini akan merah karena tugas tersebut begitu penting di semester ini. Selesai dari ruangan Dosen, Damar berjalan ke arah kantin karena tadi teman-temannya sudah mengatakan kalau akan menunggu dia di kantin mengingat waktu istirahat sudah lewat lima menit. Damar bergegas masuk ke dalam lift dan menekan tombol tiga di mana letak kantin berada, sebenarnya hanya turun dua lantai tapi dia sedang malas untuk berjalan menuruni tangga. Lagi pula buat apa ada lift kan kalau tidak di gunakan? Sesampainya di kantin Damar mencari keberadaan teman-temannya yang mengatakan bahwa mereka duduk di kantin paling pojok, sebelum menemukan keberadaan mereka kedua mata Damar malah menangkap sosok asing yang malah menarik perhatiannya, apa lagi kalau bukan tentang perempuan. Ya Damar melihat seorang perempuan tengah menatap ke sekeliling kantin. Entah mencari apa atau memperhatikan apa sampai kedua matanya bertatapan dengan mata perempuan itu, hanya sedetik sampai keduanya sama-sama memalingkan wajah ke arah lain tapi efeknya begitu dahsyat bagi kesehatan jantungnya. "Dam..!!!" teriakan seseorang membuat Damar tersadar kemudian melihat Bani -salah satu temannya- memberikan kode untuk segera menghampiri kursi mereka. Damar akhirnya berjalan ke arah di mana Bani dan teman lainnya berada, melewati kursi yang di duduki oleh perempuan tadi. Sekilas dia kembali melirik perempuan yang tengah mengerucutkan bibirnya membuat Damar gemas dengan perempuan itu bahkan hal tersebut mampu membuatnya tersenyum kecil, padahal Damar jarang sekali tersenyum apalagi karena perempuan. Damar duduk di samping Bani karena hanya kursi itu saja yang kosong setelah kursi lain terisi oleh teman-temannya. Ada sekitar enam orang di sini dan mereka dari jurusan berbeda, saling mengenal karena mereka satu organisasi dan memang sengaja berkumpul untuk membahas acara kampus yang akan di laksanakan sebentar lagi. "Pesan kaya biasa kan?" tanya Damar pada Bani. "Iya, udah tinggal nunggu aja. Oh iya katanya lo mau bahas soal ospek?" pertanyaan Bani membuat Damar ingat dengan tujuan utamanya. "Iya lo semua kan panitia juga nanti. Gue cuma mau bahas dikit aja sih, sebelum kumpul sama panitia lain juga," ucap Damar. "Lo mau nanya keanggotaan?" tanya Herlan, laki-laki yang memakai kacamata dan duduk di hadapan Damar. "Salah satunya itu, Gil lo udah kasih tahu ke anak-anak baru kan siapa aja yang kepilih jadi panitia ospek?" Laki-laki yang di panggil "Gil" tersebut mengangguk namun matanya fokus pada layar handphone yang menampilkan game mobile legends. Damar sudah biasa melihat Agil yang asyik dengan game karena hebatnya Agil tetap menangkap apa yang sedang di bahas, terbukti dengan rapat evaluasi beberapa waktu lalu di mana saat panitia lain menjelaskan hasil dari acara yang sudah berlangsung, Agil memberikan pertanyaan yang membuat panitia tersebut kesulitan menjawab, artinya Agil memang mendengarkan apa yang di bahas kan. Meskipun sikapnya memang tak patut di tiru karena hanya melihat layar handphone saja di saat situasi yang bahkan menurut Damar tak cocok untuk main game. "Gue udah kasih tau sama ketua kelas tiap jurusan, paling sekarang lagi pada heboh di kelas masing-masing," lanjut Agil tanpa mengalihkan matanya dari layar handphone. Damar mengangguk paham. "Lagian kenapa tahun ini jadi pake pilihan panitia lewat jalur gitu sih, Dam?" Riki yang sedari tadi diam mulai mengeluarkan suaranya. Dia hanya heran saja tahun sebelumnya panitia ospek adalah orang-orang yang memang berada aktif di setiap organisasi. Baik organisasi yang melingkupi setiap jurusan maupun organisasi umum dan sekarang panitia ospek di pilih sebagian dengan jalur prestasi yang bahkan tak melihat keaktifan dalam organisasi. Di tambah dengan rekomendari dari mahasiswa lain. "Ya gue mau yang beda aja, lagian bagus dong kita jadi bikin orang-orang yang nggak pernah terlibat atau aktif di organisasi sekarang malah mau nggak mau harus ikut di acara kampus. Yang menolak harus ketemu sama gue dan dengan alasan yang jelas." Semua yang berada di meja mengangguk kompak mendengar penuturan dari Ketua Panitia mereka. Setelah itu mereka pun mulai menyantap makan siang di selingi obrolan ringan yang rata-rata membahas masalah perempuan. Di antara mereka semua hanya Damar yang masih belum memiliki kekasih, karena yang lain paling tidak pernah berpacaran meski sekarang ada yang sudah putus dan kembali menjomblo. Damar benar-benar belum pernah berpcaran, laki-laki itu memang sulit dalam hubungan asmaranya dan selalu saja mengatakan bahwa dia belum menemukan perempuan yang cocok dan menarik perhatiannya -kecuali perempuan tadi, mungkin. Damar adalah ketua himpunan bahasa Jepang sekaligus ketua panitia acara orientasi mahasiswa baru di kampus mereka. Damar memang aktif di segala kegiatan kampus membuat dirinya di kenal oleh semua orang di kampus, baik mahasiswa, Dosen ataupun staff kampus karena keaktifannya tersebut. Selain aktif dalam beberapa organisasi dan sering menjadi ketua panitia, Damar juga di kenal sebagai mahasiswa berprestasi di jurusannya. Selesai makan siang di kantin akhirnya Damar dan kelima temannya itu kembali ke kelas masing-masing. Damar berada di satu jurusan yang sama dengan Bani sementara yang lain ada di jurusan lainnya meski sama-sama bahasa. Damar dan Bani adalah mahasiswa jurusan Bahasa Jepang sementara Herlan, Agil, Riki dan Faris satu jurusan di Bahasa Inggris. *** Damar baru saja selesai kelas terakhirnya di jam 14.40, kakinya melangkah ke arah ruang himpunan mahasiswa tempat yang selalu menjadi tujuan saat kegiatan kuliahnya selesai dan belum di mulai. Bisa di bilang ruang Hima adalah rumah keduanya karena dia menghabiskan sebagian waktunya di sana bahkan jika kampusnya sedang mengadakan acara ia bisa menginap di ruangan itu dan pulang ke rumah hanya untuk mandi dan mengganti pakaiannya saja, itu pun jika kegiatan di kampus bisa di alihkan sebentar oleh yang lain. Sesibuk itu dia di kampus dan seaktif itu seorang Damar Eka Perwira mengabdikan diri pada kampusnya, bahkan membuat teman-teman satu organisasi kadang bertanya-tanya kapan waktu laki-laki itu tidur dan istirahat dari segala urusan kampus. Dunianya sudah seputar kampus. Damar duduk di karpet yang tersedia di ruangan himpunan, sudah ada mahasiswa lain juga yang merupakan anggota himpunan mahasiswa bahasa Jepang atau sering mereka sebut dengan HMJ. "Lo lihat Bani nggak?" tanya Damar pada mahasiswa yang memakai almamater biru. "Bani Senpai tadi ke sini tapi di panggil Galih Sensei, Senpai." Damar mengangguk setelah mendengar jawaban dari mahasiswa yang merupakan kohainya -Juniorr di jurusan bahasa Jepang. Sementara arti Senpai sendiri adalah sebutan untuk mahasiswa Seniorr di jurusan bahasa Jepang, sementara Sensei adalah sebutan untuk Dosen yang mengajar di jurusan tersebut. "Dam, gue cari-cari lo dari tadi," suara seseorang membuat Damar mengalihkan perhatiannya dari handphone. Agil sudah berdiri di dekat pintu ruang hima. "Kenapa, Gil?" tanya Damar lalu beranjak dan berjalan mendekati Agil. "Rapat buat bahas ospek sama panitia lain kapan?" "Gue lagi siap-siap, nanti gue kasih tau sama lo biar bisa kasih info ke yang lain. Bikin grup panitia juga lah, biar kita gak terus ke ketua kelas kalau kasih info," ucap Damar. "Oke, nanti gue bikin," balas Agil kemudian kembalil bertanya "Oh iya abis ini lo balik atau tidur di hima?" "Balik lah, kemaren gue gak balik ke rumah. Bisa-bisa nyokap gue ngamuk kalau tau gue nggak pulang lagi." Damar terkekeh begitu juga dengan Agil. Agil mengangguk, dia salut dengan kinerja dari temannya ini yang begitu totalitas tanpa batas untuk kegiatan kampus mereka tapi tak jarang Damar juga abai dengan kesehatannya apalagi kalau sudah begitu sibuk, dia seperti lupa makan dan bahkan pulang ke rumah. Kejelekan ini selalu mendapat teguran dari teman-temannya. Tandanya mereka memperhatikan si Ketua himpunan yang selalu bekerja keras ini. "Bukan ngamuk lagi, di coret lo dari KK." "Bahaya kalau gitu, tapi anak nyokap bokap kan gue doang," Damar kembali membalas dan mereka pun tertawa bersama. ** Damar mendorong motornya ke dalam garasi rumah, kemudian berjalan masuk ke rumah lewat pintu samping. Suasana rumah tampak sepi karena kedua orang tuanya memang bekerja, bahkan Ibunya yang merupakan wanita karier sibuk sama seperti Ayahnya. Damar berjalan menaiki tangga menuju kamar di lantai dua, dari jauh asisten rumah tangga melihat anak majikannya sudah pulang segera menyiapkan makanan, menghangatkan kembali masakannya. Damar merebahkan tubuh di sofa berwarna cokelat yang berada di dalam kamar, hari ini dia benar-benar sibuk walau memang setiap hari dia tetap sibuk di kampus tetapi sekarang dua kali lipat karena mempersiapkan acara orientasi mahasiswa baru di kampus. Sebagai seorang ketua panitia tugasnya memang berat karena mengatur semuanya agar berjalan dengan baik. Bukan kali pertama dia menjadi ketua panitia di acara kampus, sudah sering terjadi meski bosan rasanya tapi jika sudah terpilih mau tak mau dia harus menerima tanggung jawab tersebut. Dia juga heran kenapa selalu dirinya yang di pilih sebagai panitia acara kampus di saat yang lain juga menurut Damar mampu melakukannya. Apa karena dulu saat pertama kali dia mengambil posisi ketua panitia di acara yang cukup besar di kampus dan acara tersebut lancar tanpa kendala sedikitpun. Dari situ hampir semua mahasiswa di kampus kembali memilih Damar untuk menjadi ketua panitia. Sikap tegas, tanggung jawab, cekatan dan disiplin memang ada pada diri Damar membuat mahasiwa lain selalu memilih Damar sebagai ketua, kinerja Damar memang tidak bisa di ragukan jika berkaitan dengan acara kampis. 'Tok tok tok' Ketukan pintu membuat Damar urung memejamkan mata, dia mendengar suara seseorang yang memanggil namanya dari luar kamar. Damar beranjak dan membuka pintu kamar yang berwarna abu-abu, Bi Surti yang merupakan asisten rumah tangganya sudah berdiri di balik pintu. "Aa makan dulu, bibi udah siapin makanan," ucap Bi Surti pada Damar. "Iya nanti Damar ke bawah," balas Damar kemudian menutup pintu kamar kembali setelah Bi Surti mengangguk paham. Damar berjalan ke arah kamar mandi setelah mengambil handuk dari lemarinya, menyegarkan tubuhnya lebih dulu sebelum ke bawah untuk makan. Makan malam sendirian, begitulah yang selalu Damar alami karena kedua orang tuanya begitu sibuk. Ini juga yang membuat dia memilih untuk menyibukkan diri di kampus di bandingkan harus berada di rumah tetapi suasana rumah sepi tanpa ada satu orang anggota keluarga pun kecuali satpam, tukang kebun dan asisten rumah tangganya. Hidupnya seolah sempurna di mata orang lain tetapi jauh dari itu Damar merasa kesepian, tak ada kehangatan keluarga yang dia rasakan dari dulu apalagi dia anak tunggal jika ada adik atau kakak mungkin akan beda lagi suasananya. Paling tidak dia tak akan sendirian seperti ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD