Ellio sungguh merasa bahagia. Dia merasa lengkap. Dengan papa dan mommy nya, Ellio tidak merasa takut melihat banyak orang asing. Anak itu berjalan dengan memegang erat tangan sang papa dan sang mommy. Mereka baru saja menikmati es krim dan pancake seperti yang ia inginkan. Dan sekarang, dia akan bermain di tempat asing tersebut. Ellio menghentikan langkah, kemudian mengedarkan pandangan matanya. Anak itu mengerjap melihat satu ruangan yang sebenarnya cukup besar, namun terlihat sempit karena penuh dengan begitu banyak anak-anak. “Kalau Ellio tidak suka tempat ini, kita bisa bermain di rumah.” Sebastian sudah membungkuk agar bisa berbisik di telinga sang putra. Dia bisa merasakan genggaman tangan Ellio menguat. Pria itu memperhatikan ekspresi wajah sang putra dari samping. Mencoba meneba