inta pertama berakhir putus. Impian hidup bersama sudah terancang indah, namun faktanya itu semua telah pupus, kini hanya kenangan yang tersisa. Terakhir dia merasakan hancur saat orangtuanya meninggal akibat kecelakaan lima tahun lalu, kini kehancuran itu dia rasakan lagi.
Alesha meraih ponselnya.
Aku udah putus, dia berkhianat.
Alesha mengirim pesan itu kepada seorang laki-laki yang dia kenal secara online selama tiga bulan terakhir ini.
Akhirnya Tuhan mendengar doaku. Minggu depan aku balik Jakarta, karena memang studiku di sini udah kelar, kita langsung ketemuan, ya.
Alesha jadi penasaran dengan wajah laki-laki yang bernama Darel itu, mereka memang tidak pernah menunjukkan foto masing-masing. Kata Darel, biar itu jadi kejutan saat ketemu secara nyata.
Iya, cuma sakitnya masih kerasa aja.
Perempuan mana yang tidak sakit hati, lima tahun menjalin hubungan dan kandas di tengah jalan karena sebuah pengkhianatan, padahal sudah berharap bisa hidup bersama sampai maut memisahkan.
Sedih nggak apa-apa, tapi jangan lama-lama. Alesha harus tetap tersenyum, oke?
Alesha jadi tidak sabar bertemu dengan Darel, ingin meminjam bahunya untuk berkeluh kesah, ingin cerita sepanjang malam, dan menumpahkan segala air mata.
Iya, Darel. Aku tunggu kamu minggu depan, kalau udah di Jakarta, langsung kabarin.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar, Alesha pun bergegas ke depan, dan terlihat dua orang berseragam aparat keamanan sedang berdiri tegap menatap ke arahnya.
"Apa benar Anda yang bernama Alesha Shafaluna?"
Alesha mengangguk. "Iya, saya sendiri."
Polisi itu pun memberikan sebuah surat kepada Alesha. "Kami mendapat laporan, bahwa Anda telah menganiaya mantan pacar Anda, hingga kini terbaring lemah di rumah sakit."
Alesha tidak menyangka, kalau urusannya akan sampai sepanjang ini, padahal dirinyalah yang menjadi korban.
"Tapi, Pak?"
"Anda jelaskan saja di kantor polisi."
Alesha pun hanya mengangguk, lalu dia ikut kedua polisi itu naik mobil yang bersirine.
Jangan takut, Al. Lo nggak salah, lo ngelakuin itu karena mau bela diri lo doang.
***
Sebenarnya yang melaporkan Alesha ke polisi adalah Lita, Bundanya Eza. Saat orangtua Eza ke indekos kemarin betapa terkejutnya melihat dua orang terbaring tak berdaya di atas lantai. Pacar Eza tidak sampai dirawat di rumah sakit karena dia hanya merasakan perih di organ vitalnya, berbeda dengan Eza yang wajahnya sudah babak belur, ditambah dia belum bisa berdiri karena organ vitalnya yang dilempar pot bunga.
"Bun, cabut laporan itu, nggak usah perpanjang masalahnya, lagian Eza sekarang baik-baik aja."
Lita mengernyit. "Yang dia lakuin itu bahayain nyawa kamu, Za. Dan Bunda nggak terima kalau kamu digituin."
"Bun, nanti ini masalahnya makin panjang, dan pasti bakal beredar di internet dan televisi, teman-teman kita, tetangga-tetangga, dan relasi-relasi kerja Ayah, pasti bakal lihat."
"Bagus dong, kamu jadi viral."
Eza menghela napas. "Bun, kalau viralnya hal yang positif nggak apa-apa, tapi ini masa viralnya karena dilempar pot bunga oleh mantan akibat ketahuan berbuat m***m sama selingkuhan. b******k banget jadinya."
Lita terdiam, dia tidak berpikir sampai sepanjang itu beritanya. Dan yang penting bakal memalukan keluarganya sendiri.
"Yaudah, Bunda mau ke kantor polisi, cabut tuntutan itu."
Setelah Lita keluar dari ruangan, Eza langsung membuka galeri ponselnya, di sana banyak sekali fotonya dengan Alesha. Lima tahun bukan waktu yang singkat, banyak suka dan duka yang dilalui bersama.
Kenapa aku bisa sebego ini hanya karena nafsu. Aku udah kehilangan orang yang aku sayang karena orang yang bisa kasih kepuasan sesaat. Sekarang aku nyesel saat kamu pergi dariku, Al. Maafin aku.
Dia pernah berjanji akan menikahi Alesha saat lulus kuliah, tapi sekarang dia sendiri yang mengingkari janji itu.
Maaf, Al. Aku sayang sama kamu.
***
"Tolong jelaskan bagaimana kronologinya?"
Alesha mengangguk. "Jadi, kemarin itu saya mendapat pesan w******p dari mantan saya, bahwa dia ingin putus. Saya kaget dong, 5 tahun pacaran, masa putus lewat chat gitu aja, akhirnya saya langsung ke kosan dia, dan saya keget ternyata dia abis berbuat m***m sama seorang perempuan, karena kekesalan yang sudah menggebu-gebu, saya hajar aja mereka. Orang vital mantan saya, saya lempar pakai pot bunga."
"Anda tahu, yang Anda lakukan itu bisa meregang nyawa seseorang? Dan Anda bisa dikenakan hukuman yang setimpal."
Alesha melipat tangannya di d**a. "Buktinya sekarang dia baik-baik aja. Kalau saya dikenakan hukuman, dia juga harusnya, karena melakukan perbuatan asusila dengan perempuan yang bukan istri."
"Itu kita bicarakan di pengadilan saja."
Tak lama kemudian Lita muncul, membuat Alesha dan polisi pun terkejut.
"Saya ingin cabut tuntutan saya, kasus ini distop, bisa diselesaikan dengan kekeluargaan tanpa harus melibatkan pihak yang berwajib."
Alesha berdiri dari tempat duduknya. "Oke, Pak. Masalahnya udah selesai, saya permisi dulu."
Alesha baru menyadari kalau dirinya tidak bawa uang dan ponsel.
Terus masa gue harus jalan kaki? Bisa besok gue sampainya.
Tak lama kemudian, dia melihat Lita keluar dari kantor polisi, dia langsung menghampiri wanita itu.
"Tante ...."
Lita tak menggubris.
"Tante, saya pinjam uang buat ongkos pulang, saya lupa bawa uang."
Lita tersenyum sinis. "Berani-beraninya kamu pinjam uang ke saya, setelah kamu sakitin anak saya!"
Alesha menantang Lita. "Tante itu perempuan juga, memangnya Tante ikhlas kalau pasangan Tante selingkuh?"
"Saya nggak sesangar kamu! Eza buta kali ya, masa jadiin pacar modelan kayak gini, nggak ada sopan santunnya, nggak ada cantik-cantiknya, saya rasa kamu yang pelet anak saya."
Alesha melotot. "Enak aja."
"Lulusan SMA aja belagu, dilihat dari sudut manapun kamu nggak cocok jadi menantu saya."
"Saya memang nggak berpendidikan tinggi, tapi saya masih bisa menyaring perkataan tanpa menyakiti orang lain."
"Nggak usah gedein bacot!"
Lita langsung menyetop taksi yang melintas di hadapannya.
Lo nggak boleh sedih, Al. Lo itu kuat, ingat lo nggak boleh lemah. Semangat, Al.
Alesha terus berjalan menyusuri kota, dia sudah biasa berjuang sendiri sejak kematian orangtuanya lima tahun lalu. Kadang Alesha merasa hidup ini tidak adil untuknya, tapi dia juga tidak ingin menyerah.
Saat Alesha terpuruk karena kepergian orangtuanya, dia bertemu dengan Eza, salah satu siswa pindahan dari Bandung yang melakukan pertukaran pelajar ke sekolah Alesha. Kehadiran Eza membuat hidupnya kembali ceria, laki-laki itu yang menyemangati Alesha agar terus bertahan.
Namun, Alesha tidak menyangka, kini dia sudah berakhir dengan laki-laki itu.
Cinta pertama berakhir menyedihkan.