Chapter 2

1424 Words
Askan telah siap dengan baju selam dan senjata yang disiapkan oleh Royal Navy. Teman-teman Askan yang lainnya pun sudah siap. Wajah Askan terlihat serius ketika melihat ke arah teman-temannya. "Sebelum kita melakukan misi ini, mari berdoa sesuai agama dan keyakinan masing-masing, doa dimulai," ujar Askan. Enam teman Askan yang lainnya menundukkan kepala mereka dan berdoa sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Komandan angkatan laut inggris yang melihat ini hanya terperangah dan diam. "Doa selesai," ujar Askan. Semua teman Askan mengangkat kepala mereka dan melihat ke arah Askan. "Keberhasilan kita ada pada kemampuan dan pengalaman kita yang telah bertahun-tahun belajar, tapi seberapa kuatpun kita, hanya Tuhan yang mampu membantu kita. Jadi, jangan sombong dan selalu ingat Tuhan di mana pun dan apapun situasi yang kita hadapi, ayo teman-teman, berangkat!" "Siap!" teman-teman Askan yang lainnya berseru. Beberapa detik kemudian mereka telah pergi dengan sekoci kecil ke arah di mana kapal pesiar Cora dibajak. Komandan angkatan laut Inggris melihat penuh keseriusan dan harapan ke arah sekoci yang ditumpangi oleh Askan dan ke-enam temannya. °°° Tak berapa lama, Askan dapat melihat kapal pesiar Cora dari jarak satu kilometer, dia juga melihat prajurit-prajurit angkatan laut Inggris yang ditugaskan dalam misi penyelamatan ini, mereka telah terluka oleh bom jarak jauh yang ditembakan oleh para pembajak. Askan melihat Kapten Green yang berdarah, tangan Kapten Green robek karena terkena granat laut. Askan pergi membantu kapten Green. "Kembali ke kapal dengan sekoci ini, biarkan aku dan kawan-kawan yang mengambil alih misi ini." Kapten Green mengangguk, dia berkata, "Terima kasih, teman." "Tidak masalah," balas Askan sok keren, dia memang terlihat keren di mata para prajurit yang terluka. Sebelum Askan berenang untuk mencapai kapal pesiar Cora, dia mengaktifkan kamera inframerah dan sebuah koneksi tersambung. Jakarta jam 5 pagi, kediaman utama Nabhan. Wajah serius Aqlam terlihat di depan layar laptop. Dia menerima sinyal inframerah yang dikirimkan dari salah satu iparnya yang sekarang sedang melakukan misi penyelamatan sandera di laut utara kepulauan Orkney. Sang istri masih terlihat tidur nyenyak di atas ranjang empuk tanpa tahu bahwa sang suami yang tiga tahun lebih tua darinya itu sedang membantu adik sepupunya. Aqlam dengan cepat meretas semua sistem kapal pesiar Cora dan semua data telah masuk ke kantong laptopnya. Di saat yang sama Askan dan kawan-kawan menyelam dan mendekat ke badan kapal pesiar, namun hal ini sama sekali tidak diketahui oleh para pembajak. Alat mereka tidak menemukan sama sekali ada objek yang mendekat ke arah kapal pesiar yang sedang mereka bajak. "Ketua, tentara inggris tidak lagi mendekat ke arah kapal ini," lapor salah satu anak buah bajak laut. Ketua bajak laut tersenyum senang, dia melirik ke arah orang-orang yang dia sandera. Semua orang itu telah menggigil takut. "Dengar sendiri kan, tidak ada yang sok bijak dengan menjadi pahlawan di pagi hari ini, kalian semua tetap akan menemui ajal jika tidak menurut padaku." Ketua bajak laut sangat bangga setelah melihat wajah putus asa dari para sandera nya. Ketua bajak laut menyeret putri Eugene ke arah pelayannya yang sedang ketakutan, "Rawat dia sebelum mati, lalu instruksikan ke kerajaan untuk mengirim uang ke nomor rekening ini." Si pelayan terpaksa mengangguk. Sementara itu ketua bajak laut melihat ke arah Mendaline yang lehernya masih terjerat tali. "Hubungi keluargamu dan suruh mereka kirimkan uang di rekening ini." Kepala bajak laut memperlihatkan ponsel ke arah Mendaline, namun bukannya mengambil ponsel itu, Mendaline bahkan mengabaikan nya, wajahnya terlihat datar namun tatapan matanya terlihat sangat putus asa. Merasa diabaikan, ketua bajak laut menjambak rambut Mendaline, "Perempuan terkutuk, kamu berani sekali mengabaikan aku!" Ketua bajak laut marah, namun di saat kemarahannya, dia tidak tahu bahwa puluhan anak buahnya telah tumbang tanpa dia tahu. °°° Jakarta, jam 05.05 pagi, kediaman Nabhan. Aqlam dapat melihat iparnya dari kamera cctv, iparnya mematahkan leher para bajak laut yang sedang menyandera para pengusaha kaya yang berada di bilik terpisah dari ketua bajak laut. Tangan Aqlam bergerak terus mengetik di atas keyboard. Rupanya sebelum Askan melakukan misi penyelamatan, dia menghubungi Aqlam untuk membantunya menghack isi kapal pesiar Cora dan semua istri elektronik dari bajak laut termasuk ke mana uang hasil dari rampokan dikirim. Aqlam telah mengambil alih rekaman kamera yang berada di kapal pesiar Cora. Dia sekarang sedang melakukan tugasnya untuk membantu sang ipar, yaitu meretas dan menggagalkan kiriman uang ke rekening pembajak dengan cara mengecoh para pembajak, mereka mengira bahwa uang telah sampai ke rekening yang mereka tuju namun nyatanya itu telah dimanipulasi. Sementara itu di kapal pesiar Cora. Askan dan enam orang temannya telah mengambil alih sebagian bilik dari kapal pesiar Cora. "Kami dari tentara angkatan laut Indonesia, negara sahabat, untuk semuanya mohon tenang dan kerja sama nya," ujar Bintang. Para sandera yang baru saja melihat aksi Bintang melumpuhkan empat orang bajak laut merasa tenang dan mereka mengangguk menurut. Bintang mengisyaratkan untuk tidak berbicara. Di bilik lain terlihat salah satu teman Askan yang bermata sipit sedang mematahkan leher bajak laut terakhir yang ada di dalam bilik itu. Sedangkan di tempat bilik lainnya, termasuk di bagian kemudi, satu orang teman Askan berhasil memutar kepala dua orang bajak laut hingga patah. Begitu pula dengan bilik lain, masing-masing orang bertanggung jawab menyelesaikan misinya. °°°° Di Kapal Royal Navy. Kapten Green baru saja sampai dan naik kapal. Komandan angkatan laut Inggris melihat luka di lengan Kapten Green yang cukup parah. "Segera lakukan tindakan medis!" perintah komandan. "Baik, Pak!" seorang perempuan cantik menyahut. Dia dan beberapa tentara medis lainnya dengan cepat melakukan tindakan medis. "Pak, Kapten Green butuh dilarikan ke rumah sakit terdekat sesegera mungkin, beliau kehilangan banyak darah." Seorang perawat tentara berkata pada komandan. "Hubungi markas, kirimkan helikopter terdekat dari sini. Dari pelabuhan Krikwall," ujar Komandan. "Baik, Pak!" perawat cepat-cepat melaksanakan tugasnya. Kapal royal navy sibuk mengurus 18 orang tentara yang terluka akibat bom dan granat laut dari pembajak. Wajah komandan angkatan laut terlihat tidak baik begitu dia melihat prajurit-prajurit nya yang terluka. Belum masuk kapal saja sudah begini apalagi masuk kapal, mungkin mereka akan dibantai. "Pak, korban saat ini telah bertambah menjadi sepuluh orang, putri Eugene mengalami kehilangan darah karena luka tembak di bagian kaki dan menyebabkan retak tulang tempurung." Seorang prajurit melapor. Wajah komandan terlihat sangat malu. Dia telah gagal menyelamatkan warga negara nya. Dalam hati komandan, dia merasa pesimis bahwa Askan dan kawan-kawan bisa menyelesaikan misi ini, namun ada sebagian dari hati kecilnya berharap pada kemampuan Askan dan kawan-kawan bahwa misi ini berhasil. "Pak, tidak ada kabar dari Letnan Askan dan yang lainnya setelah tujuh menit berangkat mendekat kapal pesiar Cora," lapor salah satu prajurit. Wajah komandan makin terlihat pucat. Jika tak ada kabar itu berarti orang yang telah dia taruh harapan itu telah pupus. °°° Plak! Mendaline ditampar kuat oleh ketua bajak laut, namun wajah Mendaline terlihat biasa-biasa saja, seolah dia sudah biasa merasakan tamparan sekuat itu. Melihat bahwa sandera yang dia tampar itu tidak merespon, ketua bajak laut naik darah, dia menampar ulang pipi sebelah kiri Mendaline. "Aku menyuruhmu untuk menelepon keluargamu dan mentransfer uang ke nomor rekening ini, bukan menyuruhmu diam seperti orang bisu!" Mendaline tetap diam. Hal ini membuat ketua bajak laut bertambah marah. Dia meludahi wajah Mendaline. Namun, Mendaline hanya diam, dia tak menutup mata. Lalu arah pandang Mendaline tak sengaja bertubrukan dengan tatapan Askan. Rupanya pemuda 28 tahun itu telah membaur di antara para sandera dan dua tiga orang bajak laut yang bertugas menjaga area belakang, telah mati. Mereka baru saja dikirim oleh Askan ke neraka VVIP dengan bantuan gratis dari Askan. Tatapan itu terlihat lama, namun Askan sadar lalu memutuskan kontak mata karena dia melirik ke arah panglima TNI yang sedang diberi todongan senjata laras panjang ke arah kepalanya. Panglima TNI melihat ke arah Askan, wajah Panglima terlihat biasa saja tidak berubah, sungguh pembauran yang bagus. Panglima TNI bahkan melirik ke arah para bajak laut, dia menghitung berapa anggota bajak laut yang ada di dalam ballroom ini. Kurang tiga. Itu berarti tiga yang kurang itu telah mati. Ah, Askan berada di tempat itu, dia menggantikan tiga bajak laut yang mati. Setelah melirik panglima TNI, Askan melihat ke arah pintu. Sudah ada salah satu rekannya yang siap dengan senjata canggih. Rupanya senjata yang dipegang oleh sang teman itu telah mengunci target dan pelurunya secara otomatis akan mengejar kemanapun target yang dikunci itu lari. Saat itu ketua bajak laut masih merasakan marah karena Mendaline masih saja tetap pada pendiriannya, yaitu diam. Plak! Pukulan di pipi kanan Mendaline, bekas memar yang besar menghiasi wajah Mendaline. "Kamu benar-benar perempuan bernyali besar!" ketua bajak laut menjambak kasar rambut Mendaline lalu tangan kanan ketua bajak laut menaikan senjata yang dia pegang ke arah pelipis kiri Mendaline, pelatuk ditekan dan …. Dor! Mati. °°°
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD