“Jadi, waktu lo rapat tadi Kak Faray yang mimpin, Kay?” tanya Adresia menatap Kayna terkejut. Kini ketiganya tengah menyantap makanan di kantin kampus. Ini adalah pertama kalinya seorang Kayna Fayeza menginjakan kaki ke dalam kantin. Bukan karena apa, di sini peraturannya begitu ketat. Jika bukan mahasiswa tahun ke 2 tidak akan mungkin boleh datang ke sini, sebab di sini tidak terlihat sama sekali mahasiswa yang tidak memakai almamater seperti Adresia, Kayna, dan Velly. Kayna mengangguk sembari mengunyah makanannya, lalu menelannya perlahan. “Gue enggak nyangka kalau dia itu ketua BEM kampus kita. Pantas aja semua orang di sini kenal sama dia.” “Bukannya Adresia pernah bilang ya waktu lo minta tanda tangan itu?” sahut Velly setengah bingung. “Kayaknya gue yang enggak terlalu ngurusin h