Diteror Pinjaman Online

1001 Words
[Selamat pagi Ibu Farah Gemini, pinjaman spinjam anda sudah menunggak selama tiga bulan, mohon untuk segera dibayar beserta dengan bunga dan dendanya.] [Selamat pagi Ibu Farah Gemini, Spaylater anda menungak empat bulan, segera melunaskan tagihan anda] [Selamat pagi, kami dari PT. Pinjam Dulu Bayar nanti. Tagihan anda sudah menungak tiga bulan…] [Selamat pagi kami dari PT. Butuh Uang. Tagihan anda sudah menungak lima bulan…] Farah menangis menatap pada handphone nya. Sudah beberapa bulan ini setiap harinya Farah diteror oleh pinjaman online. Farah mengusap wajahnya kasar dimana Farah bisa mendapatkan uang sebanyak 350 juta. Gaji Farah di Kafe hanya Rp. 2.800.000 setiap bulan dan itu juga harus kirim pada Ibu sebesar satu juta lima ratus setiap bulannya. Belum lagi kebutuhan Farah selama di Jakarta dan biaya kuliahya. Sehingga Farah seringkali terjebak untuk meminjam online. Agar semuanya tercukupi. Namun sekarang, malahan Farah terjebak dalam hutang yang banyak dan tidak tahu bagaimana dirinya melunasi semua hutang-hutangnya itu. Farah menatap isi dompet hanya ada selembar uang lima puluh ribu. Kemarin Farah punya uang sekitar lima ratusan ribu. Ibu menelepon dari kampung, kalau kedua adiknya harus bayar uang sebesar tiga ratus lima puluh ribu. Dan lebihnya untuk uang makan dan ongkos Farah bolak balik dari kampus, rumah, dan ke kafe. Juga untuk uang makannya. “Farah!” Farah segera menghapus air matanya, lalu berdiri tegak, berjalan keluar dari dalam kamarnya. Farah membuka pintu kamar. Menemukan Om Maven— suami Tantenya, yang memakai kemeja hitam dan lengannya yang digulung sampai siku. Lelaki yang usianya terpaut sebelas tahun dengannya itu, berdiri dengan wajah tampannya. “I-iya Om.” Jawab Farah gugup. Selama tinggal di rumah Tante Rami, Farah jarang sekali bertemu dan berbicara dengan Om Maven, karena Farah sibuk di luar rumah, dan Om Maven juga sibuk bekerja. “Saya kira kamu tidak di rumah tadi Farah. Hmm… saya boleh minta tolong?” tanya Maven menaikan sebelah alis. Farah mengangguk. “Boleh Om. Om mau minta tolong apa?” tanya Farah balik. “Saya minta buatkan makanan dan juga kopi. Perut saya lapar, tadi saya tidak sempat makan siang di kantor. Rami juga tidak di rumah, dia lagi ke Bali sama teman-temannya. Mbak dan yang lainnya juga tidak ada. Kamu bisa buatkan ‘kan?” tanya Maven. Farah mengangguk. “Iya, Om. Farah bisa membuatkan kopi dan makanan untuk Om. Tunggu di meja makan aja Om.” Ucap Farah. Maven mengangguk, lalu matanya melihat pada Farah yang berjalan menuju dapur. Gadis itu memakai celana pendek sepaha dan baju ketat. Maven mengerjapkan matanya berulang kali dan menggeleng. Maven tidak bermaksud untuk melihat itu. Maven duduk di kursi meja makan, menunggu Farah memasak makanan untuknya. Farah meletakan sepiring nasi, sepiring ayam goreng cabai hijau tiga potong, dan juga sayur lobak satu mangkok di depan Maven. “Ini Om. Maaf, ini masakannya sederhana. Soalnya Om Maven tadi katanya laper, kalau Farah masak yang lainnya Om tambah laper. Dan ini kopinya.” Ucap Farah meletakan segelas kopi. Maven tersenyum. “Ini saja sudah cukup Farah. Ayo, kamu makan sekali.” Ucap Maven menyuruh Farah untuk makan sekalian dengannya. Farah mendengar apa yang dikatakan oleh Om Maven, ia tidak menolak. Dan mengambil nasinya dan mengambil lauk juga sayur. Farah duduk di depan Om Maven, memakan makanannya perlahan. Namun ternyata beban pikiran yang dirasakan oleh Farah sekarang, tidak membuat nafsu makan Farah menjadi semangat. “Kamu hanya makan tiga suap saja?” tanya Maven menaikan sebelah alis. Farah mengangguk. “Iya, Om.” Jawab Farah lesuh. “Kamu ada masalah. Kalau ada masalah, kamu bilang saja sama saya, kamu itu keponakan istri saya. Jadi, kamu itu juga keponakan saya. Kamu bisa cerita sama saya, tentang masalah kamu.” Farah menggeleng, tidak mau mengatakan apa masalahnya sekarang, lagian dia yang sudah menumpang di sini selama dua tahun terakhir. Itu sudah membantu dirinya, mana bisa Farah membagi masalah tentang hutang-hutangnya pada Om Maven. “Kamu nggak mau cerita. Kalau kamu butuh teman cerita dan minta bantuan, kamu bilang saja sama saya, saya akan mendengarkan dan membantu kamu. Saya ke kamar dulu, kamu bisa cuci piringnya ‘kan?” tanya Maven menatap pada piringnya yang kotor. Farah mengangguk. “Bisa Om.” Ucap Farah tersenyum. Mata Maven tanpa sengaja melihat pada belahan tengah tubuh Farah. Bukit kembar gadis itu agak menyembul, membuat Maven menelan salivanya. Maven itu lelaki normal, jadi, biasa baginya untuk melihat ini. “Kamu jangan banyak pikiran Farah, tidak baik.” Maven menepuk pelan pundak Farah sebelum pergi. Farah mendengar itu menghela napas, dan berdiri dari tempatnya. Lalu membawa piring kotornya dan juga piring kotor milii Om Maven. Farah berjalan menuju dapur, lalu ia mulai membersihkan piring kotornya dan milik Om Maven. Farah berpikir sejenak, kalau dia mencari pekerjaan di luar, pekerjaan apa yang bisa dilakukan oleh dirinya? Dalam waktu singkat bisa mendapatkan uang banyak untuk membayar hutang-hutangnya. Tidak ada pekerjaan yang singkat mendapatkan uang banyak. Apa Farah meminta tolong pada Om Maven saja? Farah menggeleng, ia tidak mau Om Maven menilai dirinya, gadis yang memiliki hutang banyak dan mana mau Om Maven meeminjakannya uang sebanyak itu. Walau Om Maven itu sangat kaya sekali. Uang sebanyak itu pasti sedikit kata Om Maven. Farah bingung sekarang, tapi tadi Om Maven memberikan harapan pada Farah, kalau Farah bisa meminta bantuan padanya. Farah menarik nafasnya perlahan dan melepaskannya perlahan. Ya. Farah sepertinya harus meminta bantuan pada Om Maven. Semoga saja Om Maven mau membantu Farah. Farah menelan salivanya kasar, lalu menatap pada lantai atas. Kamar Om Maven dan Tante Rami. Farah akan bicara nanti pada Om Maven, meminjamkan uang padanya. Mudahan ini jalan untuk Farah, agar bisa melunaskan seluruh hutang-hutangnya pada pinjaman online. Setelah semuanya lunas, maka Farah tidak akan meminjam lagi. Dia akan meminta pekerjaan tambahan pada Tante Rami nantinya. Karena kafe tempatnya bekerja sekarang, juga kafe milik Tante Rami. Farah tersenyum dengan pemikiran dan harapannya, yang ada angin segar untuk melunaskan semua hutang-hutangnya dan Farah tidak akan diteror oleh pinjam online itu lagi. Yang terus menghubunginya setiap saat. Dan mereka selalu mengancam Farah dan menyuruh membayar tagihannya yang begitu banyak dan sudah menumpuk dengan bunga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD