(++) Serangan Fajar

1004 Words
Wajah Azuraa memerah dia sendiri bingung kenapa tubuhnya berkhianat? Menikmati milik pria lain selain milik suaminya. Istri macam apa dia? "Akhhh ...," erang Azuraa. "Terus, Emran. Lebih cepat ... Lebih ... Ahhh ...." "Teruslah memohon seperti itu, Ra, kamu begitu menggairahkan!" Kedua bukit kembar yang bergelayut mengikuti hentakan pun tidak luput dari tangan Emran. Pria itu meremas kuat sembari memilin dengan jarinya. Tubuh Azuraa terlihat begitu seksi dari belakang. Tapi Emran tidak mau mengakhiri permainannya dengan posisi itu. Dia membalik keadaan dan meminta Azuraa yang memimpin sekarang. Dengan tubuh penuh peluh keringat membuat kulit putih Azuraa semakin berkilau dan seksi. Azuraa memimpin permainan panas mereka sekarang. Bergoyang begitu erotis. Emran menahan punggung Azuraa seraya menghisap kedua bukit kembarnya yang membusung sejak Azuraa memimpin gaya percintaan mereka. Hingga akhirnya ... "Emran ...." "Yesss, Azuraa ...." Keduanya mengerang panjang, mencapai puncak kenikmatan bersama itu rasanya luar biasa. Azuraa melepas diri bersamaan dengan itu cairan keduanya yang menyatu di dalam langsung tumbah mengalir membasahi pahanya. Sudah tidak perduli betapa lengket dirinya. Keringat keduanya menyatu begitu juga cairan itu. Emran menarik Azura dalam pelukannya dan menutupi tubuh mereka yang masih lengket bersama aroma khas penyatuan itu dengan selimut. "Terimakasih karena kamu sudah menepati perjanjian kita," ucap Emran. Azuraa mengangguk lemah kemudian dia tertidur dalam pelukan suami orang. Sang sekretaris sudah bernapas teratur, wanita itu tidur karena kelelahan sudah digempur habis-habisan oleh atasannya. Sementara itu Emran masih terjaga, memperhatikan wajah cantik Azuraa. Dia tidak menyangka kalau akhirnya dapat merasakan tubuh sekretarisnya sendiri. Pasalnya, sudah tekat Emran kalau dia tidak akan melakukan skandal apapun di kantor, bercinta dengan sekretarisnya sendiri seperti CEO lainnya, tidak, Emran tidak seperti itu meski dia bisa dia tidak mau. Akan tetapi, dia melakukan ini bersama Azuraa karena sesuatu yang memaksanya untuk melakukan hal ini. Emran sendiri sadar kalau Azuraa adalah istri orang suatu saat suaminya akan sembuh dan dia akan kembali pada suaminya sementara Emran? Kembali pada istrinya? Tidak ... Apa yang Emran lakukan seolah adalah bentuk balas dendamnya. Balas dendam pada istrinya yang diam-diam telah berselingkuh dengan klien bisnisnya. *** Esok paginya, Azuraa mengulat manja dalam pelukan Emran. Wanita itu memeluk erat tubuh atletis yang semalam sudah memuaskannya berulang kali, Azuraa tersenyum manis karena pertama kalinya dia dapat tidur dengan nyenyak semalam. Azuraa masih menenggelamkan tubuh mungilnya dalam dekapan Emran, hangat itu yang dia rasakan. Tubuh Azura kembali mengulat ketika dia merasakan sentuhan lembut di sepanjang punggungnya. "Mas," lenguh Azuraa. "Heum, aku suka panggilan itu." Suara bariton Emran, dalam dan serak khas orang bangun tidur berhasil menyadarkan Azuraa kalau saat ini tubuh yang dia peluk dan memeluknya bukanlah suaminya melainkan atasannya di kantor. Matanya membelalak dan dia menengadah, tepat wajah Emran pun menatapnya. "Morning," sapa Emran. Azuraa hendak melepas diri tapi dekapan Emran terlalu kuat. "Pak, sa-saya —" "Jangan banyak bergerak, Ra!" Kening Azuraa mengernyit, kenapa sang atasan memintanya jangan bergerak, secara dia ingin lepas dari pelukan pria itu. Kesadaran Azuraa sudah penuh, kondisi saat ini membuatnya canggung meski mereka berdua sudah melihat tubuh masing-masing bahkan merasakan nikmat itu bersama semalaman. "Ck! Di bilang jangan bergerak, tambah kamu bergerak, dia akan semakin ingin," ungkap Emran. 'Dia' yang Emran maksud langsung dapat Azuraa rasakan. Emran pria normal, dia sehat. Pagi hari ketika dia terbangun maka ada bagian tubuhnya yang lain yang ikut 'terbangun' terlebih saat ini ada sosok yang begitu menggoda dalam pelukannya. Azuraa wanita dewasa yang paham akan kejadian seperti ini. Tapi dia tidak menyangka kalau Emran kembali tersulut gairahnya. Pria itu kembali mengukung Azuraa. "Pak ... Saya belum mandi," kelit Azuraa. "Apa kamu mau kita melakukannya di kamar mandi?" goda Emran seraya memberikan sentuhan yang selalu berhasil membuat Azuraa basah. Wajah Azuraa memerah, dia hendak membuka mulutnya melayangkan penolakan tapi Emran sudah keburu membungkamnya. Bibirnya sudah melahap dengan rakus. Azuraa melenguh dalam ciuman basahnya, membalas pangutan bibir Emran tidak kalah panasnya. Keduanya sama-sama menikmati cumbuan yang semakin liar. "Saya ingin kamu pagi ini, Ra?" seru Emran dengan napas memburu penuh nafsu. Azuraa tidak dapat menolak karena dia pun mulai tergila-gila dengan sentuhan Emran, pria itu selalu berhasil membawa gelombang gairah yang begitu dahsyat. Permainan yang berbeda dari suaminya lakukan. Membuat Azuraa candu dan akal sehatnya sudah tidak bekerja dengan baik. Emran sangat tahu bagian mana saja yang dapat membawa Azuraa melambung tinggi, dia begitu piawai memanjakan Azuraa dalam pemanasan di permainan liarnya. Azuraa meremas seprai begitu kencang dengan pinggul terangkat. "Emran ... Ahhh ...," erang Azuraa dengan tubuh bergetar bersamaan muncratnya cairan dalam tubuhnya. Kali ini bukan karena efek obat perangsang, Azura melakukannya dalam keadaan rangsangan normal, permainan Emran berhasil membawa hasratnya begitu tinggi hingga dia bisa melakukan hal itu. Tidak lama, napas Azura pun belum normal. Emran langsung menghujam miliknya masuk ke dalam. Azuraa memekik seraya memeluk tubuh Emran. Pinggul Emran bergerak terus menerus dengan tempo pelan. Awalnya ... lama kelamaan tempo itu semakin cepat. "Kamu menyukainya, Ra?" erang Emran ditengah hentakan demi hentakan yang dia berikan pada tubuh sang sekretaris. "Yes ... Emran, terus ... lebih cepat ...," titah Azuraa yang sudah ingin sampai pada puncaknya. "Kamu serius? Apa kamu kuat?" "Ahhh ... coba saja!" Emran serasa tertantang. Dia merubah posisinya dan memberikan apa yang Azuraa minta hentakan yang lebih cepat. Teriakan frustasi pun menggema di kamar hotel itu. Suara erangan saling sahut menyahut menambah gairah Emran. "Emran! Saya mau —" "Bersama, Ra!" Emran terus memompa ... Hingga akhirnya ... "EMRAN! "AZURAA! Tubuh Azura bergetar hebat sedangkan Emran mengejang bersama tembakan dahsyat cairan kental miliknya di dalam sana. Keduanya merasa luar biasa, penyatuan yang begitu nikmat yang mereka tidak rasakan saat bersama pasangan masing-masing. Rasanya berbeda. Gesekan cepat yang Emran lakukan menyisakan rasa panas dan perih di organ intim Azuraa. Terasa ketika Emran mencabut miliknya dan cairan keduanya mengalir keluar menyisakan rasa panas. Azuraa meringis menahan rasa sakit bercampur nikmat itu, dia sendiri yang tadi meminta Emran melakukannya dengan cepat. "Kenapa?" tanya Emran melihat perubahan raut wajah Azuraa. "Perih," rintih Azuraa. Emran terkekeh kecil, "Kamu yang minta kan?" Azuraa memukul gemas d**a Emran yang masih mengukungnya. Aksi keduanya benar-benar berhenti ketika ponsel Azuraa berbunyi. Panggilan dari rumah sakit ...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD