Pagi-pagi sekali, Pewita sudah berada di depan rumah mantan suaminya. Ini semua karena telfon lelaki itu tadi malam. Ada apakah gerangan? Mengapa ia menyuruh Pewita pagi-pagi sekali untuk bertandang ke rumahnya apabila tidak sibuk bekerja dan dapat meluangkan waktunya. "Ada apa?" "Masuk." Regar berjalan perlahan masih dengan tongkatnya. Ia kemudian mengambil duduk di kursi single nan empuk itu. Ketika dilihatnya Pewita telah nyaman dengan duduknya. Ia bertanya, "kenapa?" "....." Pewita yang tak mengerti maksud dari pertanyaan Regar pun hanya menaikkan sebelah alisnya. Regar terkekeh pelan dan menunjukkan senyum sinisnya. "Kenapa kamu sangat peduli dengan Paula akhir-akhir ini? Apakah karena Indira?" Pewita menegang seketika. Ia tak dapat berkilah lagi, apalagi ketika kedua matany