Kemarahan Al

1096 Words
“Mas.” Celine menggoyangkan tubuh Al sedikit agar pria itu terbangun dari tidur lelapnya, sejak tadi Celine tak bisa tidur karena merasa tak nyaman, badannya terasa pegal, padahal seharian ini ia tak banyak melakukan kegiatan apa-apa, ia lebih banyak di rumah, ia pun hanya keluar ketika memeriksakan kandungannya tadi, dan selebihnya ia hanya di rumah bersama suami dan juga kedua mertua nya. “Kenapa cantik?” Tanya Al kepada istrinya, pria terbangun dari tidur lelap nya, mata nya terbuka dengan setengah sadar menatap Celine yang kini sudah duduk tepat di samping nya dengan ekspresi wajah yang tertekuk. “Aku gak bisa tidur.” ucap Celine, bibirnya cemberut menatap wajah suaminya dengan kesal, namun ia juga sedikit merasa bersalah, mengingat suaminya akan bekerja besok namun ia malah membangunkan pria itu , hanya untuk menemaninya karena tak bisa tertidur. “aku pegal banget, gak bisa tidur, kenapa ya? Padahal kan seharian cuma di rumah, gak ngapa-ngapain, gak mikir juga, kenapa ya? Apa efek hamil?” Celoteh Celine saat suaminya juga sudah turut duduk tepat di samping nya. “Iya sayang, yang mana yang pegal? Biar aku pijat, yang mana?” Tanya Al, dengan sabar pria itu memijat bagian tubuh istrinya yang di tunjuk oleh Celine, mulai dari bahu hingga pinggang ia pijat dengan telaten, hingga istrinya itu berhasil memejamkan mata. Setelah Celine tidur barulah Al juga kembali tidur, di saat ia hendak memejamkan mata, justru imatanya lah yang tertuju pada wajah cantik milik Celine, mata Al bertemu dengan wajah cantik istrinya itu, dalam hati Al berkali-kali mengucap syukur hanya karena menatap wajah cantik itu, rasanya ia masih saja tidak menyangka bahwa perempuan di hadapannya ini adalah istrinya yang kini tengah mengandung calon anak mereka. ***** Pagi mereka berdua di awali dengan Celine yang tiba-tiba muntah, Al panik sendiri sebab seharusnya Celine belum merasakan gejala muntah-muntah seperti itu, mengingat kandungan istrinya itu masih seumur jagung, Al yakin betul bahwa mual Celine kali ini bukanlah karena kehamilannya, melainkan karena sesuatu hal lain, di luar itu. “Mas! Kamu ngapain kek, apa gitu, istri kamu lagi apa namanya? Morning sickness ya, tapi perasaan pas ibu hamil kalian dulu , ibu gak secepat ini mual-mual nya.” Wika panik, melihat menantunya yang sedang sarapan bersamanya tiba-tiba berlari ke belakang setelah memasukan suapan pertama ke dalam mulut nya. Al segera menyusul Celine kebelakang, istrinya itu tengah menunduk di depan wetafel sembari membersihkan wajah nya setelah memuntahkan makanan. “kamu gak apa-apa?” Tanya Al kepada Celine. Celine mengangguk. “Gak tau, kerasa mual tiba-tiba, apa jangan-jangan aku ada makan alergi aku ya?? Tapi roti kukus ibu kan gak pakai s**u? Jadi gak mungkin juga.” Balas Celine, ia berjalan mendahului suaminya, kembali ke meja makan di mana mertua nya juga duduk di sana. “Mual banget ya neng? Duh sayang nya ibu, kuat-kuat ya? Cuma sebentar kok itu.” ucap Wika sembari mengelus rambut Celine pelan. “Iya bu, tapi gak apa-apa.” jawab Celine. “Minum dulu ya neng? Apa mau minum apa gitu? Jus Buah? Atau s**u, atau teh? Neng mau yang mana nak?” Wika memperlakukan menantunya dengan baik, selain karena Celine merupakan anak dari sahabatnya, Wika juga memang begitu sayang terhadap menantunya tersebut. “Ibu… Celine alergi susu.” Jawab Celine, di detik selanjutnya Wika memasang ekspresi bersalah nya, ia tidak tahu kalau Celine alergi s**u, kalau saja ia tahu bahwa menantunyaitu alergi terhadap s**u mungkin hari ini ia tidak akan menghidangkan apapun yang mengandung s**u. “Maaf ya neng, ibu gak tahu kalau neng alergi s**u, aduh gimana ini mas? Bawa Celine ke dokter gih, atau kamu aja yang periksa, nanti bayi nya kenapa-kenapa.” Ucap Wika, panik. “Bu, kan Mba Celine gak kenapa-kenapa juga, dia udah muntah juga, ibu ngapain panik sih?” Aisyah menimpali, ia menatap Celine dengan tatapan tak bersahabat, sejak kemarin memang ia tak banyak bicara namun sekalinya ia bicara, ia bisa membuat Celine jengah sendiri. “ Ya jelas ibu panik, itu cucu pertama ibu yang lagi mbak mu kandung.” Balas Wika. “Sudah-sudah, ayo berangkat sayang. Kamu kalau hari ini gak bisa ke kantor, gak apa-apa, gak usah di paksa ya.” Al menarik Celine dari meja makan, tahu bahwa istri nya itu pasti tidak nyaman dengan perlakuan Aisyah barusan. “Mas jangan di biasain buat di manja, kemarin Mbak Fatiyah juga hamil muda gak gitu-gitu amat kok.” Timpa Aisyah, lagi. Fatiyah, Fatiyah adalah sepupu mereka yang baru melahirkan beberapa bulan yang lalu, di bulan-bulan pertama kehamilannya memang Fatiyah sempat tinggal di rumah yang sama dengan mereka karena Fatiyah harus rutin ke dokter seminggu tiga kali untuk mengecek kandungannya yang sangat lemah kala itu. “Aisyah ayo bicara sama saya.” Al kembali setelah mengantar Celine keluar, ia berdiri di samping Aisyah lalu beberapa detik setelahnya ia berjalan mendahului gadis itu lalu Aisyah mengekor di belakang. Aisyah sudah tahu lebih dulu bahwa Al pasti akan mengoceh kepadanya, namun ia tidak peduli, ia terus mengekor hingga pria itu berhenti di depan pintu yang menuju taman belakang, pria dengan rahang tegas itu menatap nya dengan tatapan tak bersahabat, tatapan dari Al yang paling di hindari oleh Aisyah selama ini. “Apa sih mas? Ini masih pagi-pagi loh, kenapa coba?” Tanya Aisyah dengan nada kesal. “Kamu ada masalah apa sama Celine? Dari awal saya perhatikan kamu sepertinya memang tidak suka dengan istri saya, kenapa? Kalau ada masalah coba bilang, kalau ada kelakuan Celine yang tidak kamu senangi, bilang ke saya, jangan langsung serang istri saya. Dia jadi menantu keluarga ini bukan atas kemauan dia, tapi atas permintaan keluarga ini, atas keinginan saya, saya minta baik-baik dia dari keluarganya bukan untuk di perlakukan jahat sama kamu. Kamu bisa mengerti kan? Bukan Cuma fisik yang bisa luka, perasaannya juga, apa lagi sekarang dia lagi hamil, hamil anak pertama kami. Kamu bisa sedikit baik ke dia? Kalau memang tidak bisa setidaknya diam, atau cari tempat tinggal lain, jangan di sini.” Ucap Al, Al sadar ucapannya kepada Aisyah sudah terlalu kasar untuk ukuran saudara seperti mereka, namun Aisyah memang sudah benar-benar kelewatan Al yang sejak dulu terkenal akan kesabarannya justru yang paling tidak tahan akan kelakuan Aisyah belakangan ini. “Mas serius ngomong begini ke aku? mas serius nyuruh aku nyari tempat lain Cuma karena perempuan yang baru mas kenal? Dia itu orang asing mas yang masuk ke keluarga kita.” Jelas Aisyah dengan suara yang bergetar. “Dia menantu di keluarga ini, di banding kamu, kamu yang lebih asing seharusnya, berhenti berusaha menjatuhkan Celine Aisyah, kamu tidak ada hak untuk melarang saya.” Balas Al dengan ucapannya yang melukai perasaan Aisyah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD