Bagian 1
Namanya adalah Indira, orang- orang memanggilnya Dira. Ibu muda satu ini bekerja sebagai penjaga konter. Setiap hari ia membawa Emah, anaknya yang berusia tiga tahun. Apakah itu anaknya? Sebenarnya bukan, Dira belum menikah apalagi umurnya masih 17 tahun.
Emah adalah anak yang ia temukan di tepi sungai saat hendak mencuci pakaian. Waktu itu ia melihat seorang gadis berseragam SMA meletakannya di tepian Mahakam. Indira anak yatim piatu, hidupnya dulu tinggal di panti namun sekarang hidup sendiri. Saat menemukan Emah ia seperti memiliki teman hidup. Ketika di tanya anak itu milik siapa maka Indira menjawab ini adalah anaknya hasi korban pemerkosaan, mungkin itu jawaban yang paling tepat untuk orang- orang yang sering bertanya.
Kini mereka berdua hidup sejahtera di sebuah kosan di daerah sepinggan Balikpapan. Mereka berdua memutuskan untuk hijrah kesini karena di Samarinda tidak membuatnya nyaman.
***
Bising kendaraan menjadi pendengarannya sehari- hari, mulai dari mobil kecil, mobil besar, motor dan kendaraan proyek. Pagi ini Indira membuka konter seraya menggendong Emah di dadanya. Konter ini bukanlah miliknya melainkan bosnya, disini ia hanya menjadi karyawan yang melayani ketika ada pembeli. Indira masuk ketika pintu konter terbuka sempurna, ia kemudian menurunkan Emah di lantai. Tenang saja, lantai itu sudah di beri lapis karpet bulu yang dipersiapkan oleh Dira untuk anaknya sehari- hari. Emah turun dan duduk dengan tenang, Dira kemudian mencium anaknya lalu tersenyum.
‘’Buna siap- siap buka toko dulu ya, Emah baring disini.’’ Dira mengambil guling Emah dan memberikannya. Guling ini barang kesayangan dan gak boleh di cuci, baunya yang khas membuat Emah bisa tidur lebih nyeyak. Emah mengambil gulingnya dan tertawa senang.
‘’Accihhh Buna.’’ Emah kemudian berbaring dan mencium ujung gulingnya tak lupa jempolnya ia masukan ke dalam mulut dan mengisapnya. Emah menyebutnya guling U’uan yang dimana artinya guling kesayangan untuk tidur. Sangat unik bukan hehe. Dira kemudian menyetel tv dan memutar cartoon. Sekiranya sudah aman Dira kemudian membersihi konter, merapikan isi di dalam etalasi, menyapu dan mengeluarkan panduk yang diletakan di samping toko. Saat menyapu halaman konter tak lama penjual bubur ayam lewat.
‘’Pak’le, bubur ayamnya satu ya. Polosan aja gak usah pake apa- apa.’’ Kata Dira.
‘’Boleh.’’ Kata Pak’le sambil berhenti dan menyiapkan pesanan Indira. Bubur untuk mereka berdua sarapan, untuk lauknya Indira bawa dari rumah berupa telur dadar dan kecap. Untuk seporsi bubur ayam komplit dihargai delapan belas ribu, cukup malah bagi Indira sedangkan bubu aja tanpa isi harganya sepuluh ribu. Indira masuk ke konter dan mengambil uang di tasnya.
‘’Ini bubur ayamnya, sepuluh ribu.’’ Pak’le mengantarkannya dan di letakan di atas etalase dan Dira memberikan uang pas kepadanya.
‘’Suwon Pak’le.’’
‘’Enggih, Sami- sami.’’ Jawab Pak’le. Tak lama tukang bubur itu pergi. Indira kemudian duduk di dekat anaknya dan Emah terbangun.
‘’Apa itu Buna.’’ Tanya Emah sambil melirik serofom putih.
‘’Bubur sayang, kita sarapan dulu ya.’’ Indira membuka kotak bubur ayam dan mengambil bungkusan di dalam tasnya yang berisi telur dadar. Indira membuka bungkusan pelastik es dan mengambil satu potong telur dadar dan di masukan ke dalam bubur lalu ia menuangkan kecap manis sedikit.
Indira menengok keluar padahal sudah pagi namun cuaca terlihat mendung dan angin tertiup kencang, apakah ini pertanda kalau mau datang hujan?
Emah menyalakan kipas angin kecil berbentuk hello kity dan mengarahkan ke dirinya agar dingin.
‘’Ayo sayang makan, jangan bekipas nanti masuk angin.’’ Kata Indira sambil menyendokan bubur dan telur ke dalam sendok lalu meniupnya pelan, setelah di rasa hangat ia menyuapi anaknya.
‘’Enak.’’ Seru Emah dan Indira tertawa pelan, ia kemudian menyuapi dirinya sendiri.
‘’Buna kerja ya, Emah jangan rewel ya sayang.’’
‘’Iya Buna.’’
***
Pembeli silih berganti membuat Dira terus melayaninya kebanyakan membeli pulsa dan paket data. Namun hari ini pembeli tidak seramai kemarin- kemarin karena hujan deras. Suara hujan membuat Indira mengantuk apalagi melihat Emah yang sedang berbaring sedangkan dirinya duduk di kursi. Indira mengalihkan pandangannya kea rah jalan raya menopang wajahnya sambil menikmati hawa hujan. Tak lama suv hitam berhenti di depannya kemudian seseorang berkemeja putih keluar dan menuju konter Dira.
‘’Ada kartu sim gak? Sekalian pulsa dan paket data.’’ Katanya sambil melihat meja etalase yang berisi berbagai macam kartu telepon.
‘’Ada kak, mau yang mana? Pilih aja nomornya.’’ Jawab Dira cekatan.
‘’Itu aja, tolong sekalian isikan pulsa dan paket ya.’’ Kata pria itu. Wajahnya bule tapi fasih berbahasa Indonesia.
‘’Ada KTP gak? Buat daftar kartunya.’’ Kata Dira sambil mengambil kartu sim bewarna merah dengan ekor 9999.
‘’Ada.’’ Katanya sembari mengeluarkan dompet hitam dan dan mengambil KTPnya.
‘’Misi ya kak.’’ Dira dengan sopan mengambil KTP dan mengambil Hp lelaki itu.
‘’Silahkan duduk kak tapi tempias.’’ Ucap Dira. Pria bertubuh semampai itu berlindung agar tidak terkena hujan.
‘’Gakpapa, sekalian mandi nanti. Kebetulan saya dari Bontang dan baru pulang.’’
‘’Oh orang Bontang ya.’’ Tanya Dira sembari sibuk dengan pekerjaannya.
‘’Kerjaan.’’ Jawabnya singkat. Tak lama ia melihat Emah yang tidur menyamping.
‘’Anak kamu ya?’’ tunjuk lelaki itu. Dira menengok ke Emah dan mengangguk.
‘’Iya, Namanya Emah.’’ Jawabnya singkat. ‘’Sudah terdaftar kak, mau isi pulsa berapa?’’ tanya Dira.
‘’500 ribu, sama paket sekalian paling banyak berapa GB ya?’’ tanyanya.
‘’Cuma ada 13GB kak yang saya punya.’’
‘’Yaudah isi aja gakpapa.’’ Jawabnya.
‘’Tunggu sebentar ya kak.’’
Tak lama semuanya selesai dan Dita memberikan ponsel ber merk itu ke tuannya.
‘’Sudah kak, pulsanya 502.000 sama kartunya 50 ribu dan paketnya 100 ribu, jadi semuanya 652.000 ribu kak.’’ Sebut Dira. Lelaki itu mengeluarkan uang cash dari dompetnya.
‘’Sisanya ambil aja. Makasih ya.’’ Elaki itu segera pergi menuju mobilnya dan langsung menjalankannya. Dita tersenyum bahagia, ia menghitung uangnya dan lebih dua lembar seratus ribu dan terselip satu lembar uang dollar bernilai seratus.
‘’Uang mainankah ini?’’ tanya Dita sambil mengambil Dollar itu. ‘’Mata uang asing ini, tau deh.’’ Dita memasukannya ke dalam tas dan sisanya di kotak.
***
Sekarang sudah jam Sembilan malam dan konter tutup. Dira merenggangkan badannnya setelah pembukan akhir, ia melirik Emah yang mulai rewel. Indira berdiri dari tempat duduknya dan menggendong Emah.
‘’Anak Buna rewel, kia pulang ya.’’ Dira mengambil kain gendongan dan memakainya. Setelah menggendong ia mengemasi barangnya dan menutup toko dari luar. Sebelum pulang kerumah Indira singgah ke warung sate untuk makan malam bareng anaknya. Setelah terkunci Dira memasukan kuncinya ke dalam tas dan mulai berjalan kaki menuju warung sate, tempatnya tidak jauh hanya lima langkah dari konternya.
***
Indira sampai dirumah. Tepatnya kosan satu petak dengan kamar mandi didalam. Indira melepas gendongannya dan mengurus anaknya untuk mandi air hangat dan memakainya piyama tidur.
‘’Cucu (s**u)’’ pinta Emah sambil mengucek matanya.
‘’Iya sayang, kita mandi dulu ya.’’ Dira menggendong anaknya yang sudah tidak memakai pakaian dan mengambil termos air panas. Dira menurunkan Emah di dalam kamar mandi dan ia menuangkan air panas ke dalam ember ungu. Uap panas keluar membuat Emah merinding sambil mundur.
‘’Panas Buna.’’ Seru Emah. Indira kemudian menyalakan keran untuk menambahkan air dingin. Indira lupa mengunci pintu ia segera keluar dan memeriksa pintu rumahnya setelah terkunci ia kembali ke kamar mandi dan memeriksa suhu air.
‘’Sudah hangat.’’ Kata Indira sambil membuka pakaian dirinya dan mandi bersama anaknya.
Setelah mandi mereka memakai piyama yang sama dan menyalakan kipas angina sederhana. Tidak ada tv dirumahnya yang ada hanya tablet bekas yang ia beli untuk anaknya menonton. Selain penjaga konter Dira juga seorang penulis berbayar di sebuah platform. Ia hobby menulis n****+ dan puji syukur Tuhan memberikannya sedikit rejeki melalui hobinya.
‘’Nanti kalau tabungan Buna cukup kita beli tv ya, sama pasang wifi biar Emah bisa nonton hehe.’’
‘’Iya. Buna.’’ Jawabnya polos. Emah sudah berbaring sedangkan Dira membuatkan anaknya s**u. Dira mengambil botol bersih meletakannya di meja dan membuatkan s**u.
Setelah membuat s**u ia memberikannya ke Emah. Dira mematikan lampu dan menyalakan lampu tidur bewarna kuning setelah itu naik diatas kasur. Kasur satu badan cukup untuk mereka berdua. Dira memeluk anaknya yang sedang minum s**u di botol sambil menatap langit- langit atap hingga matanya tertutup sempurna dan botol itu jatuh disampingnya. Dita dengan pelan mengambil botolnya dan memberikannya guling u’uan dan Emah memeluknya sambil menghadap dinding. Setelah anaknya tidur Dita bangun untuk membuka laptop usangnya untuk menulis n****+.