istirahat

istirahat

book_age18+
1
FOLLOW
1K
READ
drama
like
intro-logo
Blurb

Ini kisah tentang Anantha, dan seribu lukanya.

Tentang bagaimana ia tersenyum dengan menyimpan beribu luka, seakan semesta sengaja melakukan ini semua.

Tentang dia, yang setia Menemani Anantha, dengan segala kepalsuannya, penipu handal dalam hal perasaan.

Namun siapa sangka, hal itu membuatnya terjebak dalam lingkaran asmara.

Angkasa. pria tampan dengan sejuta kepalsuan, bukan ia menyembunyikan sesuatu dihatinya, namun ia menyembunyikan kepribadiannya didepan dunia.

Bahkan didepan Anantha, perempuan yang ditipunya, yang kini membuatnya seakan mendapat karma. tentang bagaimana ia mulai memperjuangkan Anantha, dan tentang bagaimana ia ditinggal cinta sejatinya.

chap-preview
Free preview
0.0
"Kapan kamu mau ceraikan Hanum?" "SAMPAI KAPANPUN AKU GAK AKAN CERAIKAN HANUM!" "Mas, dia itu cuma benalu dalam rumah tangga kita!!" "Seenggaknya dia lebih baik dari pada kamu Mira!!" Dalam keluarga masalah bukan lagi hal yang asing, entah apa masalah itu, bagaimana mereka mengatasinya, dan bagaimana cara mereka bersabar. hari ini hari terburuk yang pernah dirasakan Mira, perempuan yang telah menjadi ibu itu sudah banyak menerima cobaan, dari orang lain maupun dari keluarganya sendiri. "Kamu gak kasian sama Anantha?" Tanya Mira pada suaminya dengan derai air mata. Ibra, selaku suami sah Mira menatap kearah lantai dengan tatapan kosong, Anantha itu Putri kesayangannya bahkan ia sangat menyayangi putrinya itu lebih dari dirinya sendiri. "Anantha ikut sama aku" ujar Ibra. "Maksud kamu?!" "Aku akan talak kamu!" Tegas Ibra. Perkataannya mutlak tak bisa dibantah, ia sosok lelaki yang teguh pendirian, Ibra adalah tipe Pria yang jika ia berkata maka akan ia lakukan bahkan tentang ini, bukan dengan berat hati lagi, ia sudah muak dengan istri tuanya itu. "GAK MAS!! JAGA UCAPAN KAMU!!" Bentak Mira. Ibra menatap Istrinya Tajam, bahkan ia telah membenci wanita didepannya itu, bertahun-tahun hidup bersama Mira, hanya kejengahan dan kebosanan yang didapatkan Ibra, hingga ia berpindah kelain hati dimana ia mencintai seorang perempuan sesusia putrinya itu, katakan bahwa Ibra adalah Pria m***m, bukan!! Dia jatuh cinta kedua kalinya, namun dengan cara berbeda. Ibra mencintai Hanum, selingkuhannya. Dimana Hanum sendiri Teman Anantha di kampus, ia bertemu Hanum saat menjemput putri kesayangannya Di sebuah Kampus elit di Jakarta. "Kamu udah gila mas!! Hanum itu masih kuliah!! Kamu akan dipandang rendah sama orang-orang!!" Bentak Mira. "Terserah!!" Balas Ibra dan berlalu mengambil kunci mobilnya dimeja TV lalu pergi meninggalkan Mira yang menatap kepergian suaminya dengan tatapan sendu. Hanum bukan gadis dari golongan orang kaya, bahkan ia adalah seorang yatim-piatu, ia seorang gadis yang cantik, tinggi, putih, bahkan bisa dibilang sempurna, sikap dan rupanya menunjukkan segalanya, ia seorang yang berbudi baik. Ibra yang pada waktu itu dalam masalah dikantor, dipertemukan kembali Dengan Hanum di sebuah Cafe didekat kantornya, Hanum sedang Membaca buku disitu, Sungguh pesona Hanum benar-benar menarik perhatian Ibra, ia gila dibuat Hanum, dimana saat itu ia mencoba mendekati Hanum dengan berbagai cara, sampai pada akhirnya setelah 5 bulan, ia melamar Hanum dan dijadikan istri siri nya. Tentu saja tanpa sepengetahuan Anak dan Istrinya, sejak saat itu Ibra jadi jarang pulang kerumahnya, 1 tahun ia bersama Hanum tinggal di Apartemen gadis itu dengan alasan Ada tugas di luar kota, yang membuatnya meninggalkan kediaman rumahnya selama 1 tahun lamanya, tak sia-sia perbuatannya, ia dikaruniai anak laki-laki yang sekarang berusia 7 bulan. Bagaimana Mira tahu? Pada saat itu saat suaminya baru pulang tugas merawat istri simpanannya selama satu tahun itu, Mira menjadi curiga, pasalnya Roni, sekretaris Pribadi Ibra mengatakan bahwa suaminya tidak ada tugas sama sekali diluar kota, bahkan Ibra mengambil cuti begitu lama untuk berobat Ibunya di Singapura. Hati Mira begitu terluka, ia berfikir apa yang disembunyikan suaminya selama ini, hingga pada akhirnya semua kebingungan itu terjawab, dimana ia melihat suaminya berjalan dengan seorang wanita, awalnya ia tak ingin berfikir negatif, namun hatinya sungguh terluka ketika ia mendengar kata sayang yang terlontar dari mulut suaminya sendiri. ••• Ibra mengendarai mobilnya dengan ugal-ugalan, ia berhenti didepan gerbang kampus putrinya sekaligus istri simpanannya. Pandangannya menangkap sosok gadis yang ia rindukan, itu Hanum. Gadis, ralat. Wanita yang ia jadikan simpanan. "Mas Ibra!" Panggil Hanum dengan Tersenyum Sumringah, ia sudah dibutakan oleh cinta Ibra. Ibra ikut tersenyum melihat wanitanya tersenyum, ia menghampiri Hanum dan mendekapnya dengan penuh kerinduan yang menyeruak dalam dirinya. "Mas! Jangan nyosor gitu dong, kalo Anantha lihat gimana?!" "Mas kangen sama kamu sayang" balas Ibra. "Ayah" Ibra menoleh kearah putrinya, Anantha. Gadis itu menatap dirinya dengan penuh kebencian, Anantha berjalan santai kearah mereka berdua, menatap Ibra dan Hanum sengit. "Apa yang selama ini ayah sembunyiin dari Anantha?" Tanya Anantha dingin. "Anantha.. k-kamu udah selesai urusannya?" Tanya Hanum Basa-basi. "Gak usah basa-basi, selama ini bunda selalu cerita ke aku tentang semua! Kenapa ayah bisa Setega itu sama bunda?!" "Dan Lo! Dasar Jalang!!" Umpat Anantha pada Hanum. 'PLAK' Suara Tamparan yang begitu Menggema, para mahasiswa/i menatap kearah mereka bertiga Bingung, banyak yang mengabadikan momen itu lewat Video. Hanum Menatap kearah Anantha dengan tatapan sendu, ia tak pernah mengharapkan kejadian ini terjadi, ia ingin bahagia, walaupun caranya salah. "Kamu Apa-apaan sih Anantha, masuk!!" Bentak Ibra. Anantha pergi meninggalkan kedua insan itu dengan hati yang kacau, entah kemana tujuannya, yang terfikir sekarang, ia tak mau lagi melihat wajah kedua orang b******k itu. Jam menunjukkan pukul 6 sore, Anantha termenung sendiri duduk dibangku Taman. "Kalau nangis jangan disini" ujar seseorang. Anantha menghentikan tangisnya, menoleh kearah sumber suara tersebut, ia melihat sosok pria berdiri tegap disampingnya dengan memegang sebuah minuman kaleng bersoda yang tengah menatapnya datar. "S-siapa?" Tanya Anantha sesenggukan. Laki-laki itu menempelkan minuman kalengnya kepipi Anantha, membuat Anantha terkejut, Minuman itu dingin. "Siapa Sih?!!" Bentak Anantha. Laki-laki itu menjulurkan tangannya kearah Anantha. "Angkasa" ujarnya. Anantha memutar bola matanya malas, ia ingat laki-laki ini, lelaki yang akhir-akhir ini menggangunya di i********:. "Lo yang Gangguin gue di i********: kan?! Emang ya! Dari dulu sukanya gangguin orang!!" "Gue gak akan ganggu seseorang kalo seseorang itu gak menarik di mata gue, dan itu berarti Lo menarik Dimata gue, Anantha" jawab Angkasa. "Sokap Lo!" Sentak Anantha. Angkasa menghela nafas panjang, ia menatap Anantha dalam, jika boleh dibilang Anantha itu cantik, sangat cantik. "Ayo" Anantha mengerutkan keningnya, menatap Angkasa bingung. "Ayo ayo! Lo pikir gue cewek gampangan?!!" Teriak Anantha. "Jangan nangis disini Anantha! Kalo perlu nih dipundak gue" ujar Angkasa dengan menekan setiap kalimatnya. "Emang kenapa sih?!! Ini bukan jalan nenek moyang Lo ya!! Terserah gue dong mau nangis dimana aja?!! Apa urusannya sama Lo?!!" Teriak Anantha. "Berisik!!" Sentak Angkasa dan menyeret Anantha agar pergi dari tempat itu. Ia mengajak Anantha ke sebuah minimarket yang tak jauh dari taman itu. "Ngapain sih?!" "ANANTHA BISA DIEM GAK SIH?!!" Bentak Angkasa. Anantha yang tadinya ingin bersuara lagi, ia urungkan ketika mendapat bentakan dari Angkasa. "Gitu dong, duduk sini, jangan kemana-mana!" Ujar Angkasa. Angkasa masuk kedalam minimarket tersebut, meninggalkan Anantha yang tengah kebingungan. Tak lama, ia keluar dengan menenteng sebuah plastik putih. "Nih" ujar Angkasa dengan menyodorkan plastik putih itu. "Apaan nih?!" ''banyak nanya, liat sendiri" balas Angkasa cuek dan duduk disamping Anantha. Anantha membuka bungkusan plastik putih itu, didalamnya ada roti, dan air putih. "Cuma ini?" Tanya Anantha. "Kalo mau lebih beli sendiri!" "Santai aja kali, orang cuma nanya" ujar Anantha. Angkasa tak menanggapi perkataan Anantha, ia lebih fokus kearah Handphone miliknya, sementara Anantha ia sibuk memakan rotinya dengan sedikit mencuri pandang kearah Angkasa. Dalam keheningan itu, bunyi dering telepon memecahkan kesunyian yang melanda. Angkasa berjalan sedikit menjauh dari Anantha, ia meletakkan Benda pipih itu ditelinga nya. "b*****t" umpat Angkasa tiba-tiba. "Lo ngatain gue?" Tanya Anantha. Angkasa memasukkan Handphone miliknya kedalam saku celananya dan kembali duduk disamping Anantha. "Geer banget Lo" balas Angkasa. "Gue cuma nanya ya!" "Siapa yang nelfon?" Tanya Anantha. "Kepo" jawab Angkasa singkat. Anantha kesal dengan jawaban yang diberikan oleh Angkasa, ia beranjak pergi dari tempat itu. "ANANTHA MAU KEMANA?!" tanya Angkasa dengan berteriak. "KEPO!!" jawab Anantha dengan Berteriak. Anantha memberhentikan taksi yang tak sengaja lewat ditempat itu dan segera meninggalkan Angkasa. Angkasa menghela Nafas kasar, jika Anantha pergi, siapa yang mengobati rindu dihatinya, Anantha perempuan yang membuat Angkasa nyaman, Anantha adik kelas Angkasa waktu SD, memang tak begitu dekat, tapi saling mengenal, dimana saat itu Anantha baru menginjak kelas 1 SD, sementara Angkasa sudah berada di kelas 5 SD, ia mengenal Anantha memang karna dulu sempat menjadi tetangga sebelum Angkasa pindah keluar kota. Angkasa Mengambil Handphone miliknya dan segera Menghubungi Anantha. "Halo" "Tha.." "Ngapain sih nelfon gue?!" "Kok lu ninggalin gue sih, kalo gue kangen gimana?" "Basi anjing!!" "Heh! Mulutnya gak bisa di filter ya!! Gue cium nih" "Bacot Lo" Tutt.. Tutt.. Tutt.. Angkasa berdecak sebal, perempuan seperti Anantha ternyata sedikit susah didekati. Angkasa memutuskan pergi dari tempat itu, ia berjalan sendiri dipinggir jalan. "Kalo gini keliatan jomblo banget anjir" "b*****t" umpat Angkasa. Entah mengapa, ia sangat tidak suka ketika Anantha meninggalkannya. Terasa sekelebat bayangan terlintas disamping Angkasa, Angkasa membelalakkan matanya, jujur saja, ia takut dengan hal seperti ini. "Ya Allah, lindungi hamba Ya Allah, Hamba janji akan rajin sholat Ya Allah" Angkasa menadahkan tangannya, ia memejamkan matanya rapat-rapat. Hihi.. Terdengar lirih suara tertawa perempuan, membuat Angkasa semakin ketakutan, badannya tak bisa bergerak, ia ingin menangis karna takut. "Allohumma barrik lana fiima rozaqtana waqinaa adzaabannaar, ALLAHU AKBAR!!!" teriak Angkasa begitu kencang. "Hahahaha, Lo mau makan?!" Angkasa terkejut, itu suara Anantha, ia menoleh kearah samping dengan sedikit takut, siapa tau itu suara jin yang menyamar menjadi Anantha. ternyata benar itu Anantha yang tengah tertawa terbahak-bahak, Angkasa menghela nafasnya lega, ingin sekali Angkasa memasukkan Anantha kedalam karung beras. "Lo ngerjain gue?!!" Tanya Angkasa dengan berteriak "Kalo iya kenapa?!" Balas Anantha. Angkasa mencubit pipi Anantha untuk menyalurkan rasa kesalnya. "Ahk! Sakit anjir!!" Sentak Anantha menepis tangan Angkasa dengan kasar. Angkasa menatap Anantha kesal, perempuan didepannya ini, kalo bukan karna sesuatu ingin sekali ia menculik Anantha. "Lo takut setan ya?" Tanya Anantha dengan sedikit menggoda Angkasa. "S-siapa yang takut, gue cowok berani ya!" Jawab Angkasa. Anantha tersenyum geli, ia tau Angkasa berbohong, jika diingat kembali masa lalu, ia pernah seperti juga pada Angkasa, mereka berdua dulu tidak akrab, tapi saling mengenal, hanya berteman biasa tanpa ada rasa, entah jika sekarang bagaimana. "Kok lo balik lagi?" Tanya Angkasa. "Tas gue ketinggalan, waktu gue balik gue liat lu ngomong sendiri dijalan, ya gue kerjain" jelas Anantha. "Jadi Bayangan cewek yang lewat disamping gue itu Lo?! Kalo gue Jantungan gimana?! Lo mau biayain perawatan gue ha?!!" "Bayangan cewek? Gue cuma bilang hihi doang" ujar Anantha. "Anantha Lo jangan nipu gue lagi ya!! Gue gak bakal ketipu tau gak?!!" Bentak Angkasa. "Serius Angkasa!" "Tha.. gimana dong?" Angkasa menjadi Takut kembali, ia menggenggam erat lengan Anantha. "Ya gak tau, awas Lo ketempelan sampe rumah" goda Anantha. "Amit-amit jabang bayi Ya Allah!! Tha omongan doa ya!!" "Yaa gue sih gak tau apa-apa, bentar deh, itu kok ada putih-putih dibelakang Lo" "Anantha serius?!!" "Beneran, bentar deh" Anantha berjalan kearah belakang Angkasa, diikuti Angkasa yang bersembunyi dibelakang tubuh mungil Anantha. "ANANTHA!!" Angkasa tersentak kaget ketika Anantha menoleh kearahnya dengan Cahaya dari Senter yang ia nyalakan tepat didagunya, Anantha Melotot seram kearah Angkasa. "Hahahaha" Anantha tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi terkejut Angkasa. "Gak lucu" ujar Angkasa dingin. Anantha terdiam menyadari cara bicara Angkasa. "Bercanda sa" Angkasa tak menghiraukan perkataan Anantha, ia kembali berjalan dengan diikuti Anantha. "Yaelah, baperan banget sih jadi cowok" gumam Anantha. "Gue denger ya!" "Ya itu tandanya lo masih punya telinga" balas Anantha santai. "Angkasa, udah dong jangan marah" Tin! Tin! Terdengar suara klakson mobil dari arah belakang mereka, sebuah mobil Ferrari hitam berhenti tepat di samping Anantha. "Kak Angga?" Ujar Anantha. Angga, gebetan Anantha dulu, tapi sekarang, mungkin Anantha telah berpindah ke lain hati. "Anantha ngapain disini?" Tanya Angga sambil menatap sinis kearah Angkasa, yang ditatap pun membalas dengan tatapan tajam. "Lo Angkasa kan?!" Sentak Angga. "Iya kenapa?!!" "Oh jadi ini cowok playboy yang suka gonta-ganti cewek itu" sindir Angga. "b*****t Lo!!" Umpat Angkasa. "Kalian apaan sih?! Saling kenal?" Tanya Anantha. "Bukan sekedar kenal, kita satu komplek" jawab Angga. "Bentar.. Angkasa playboy?" Tanya Anantha. "Dia kan- Mulut Angga seketika ditutupi tangan Angkasa, jika dilihat, mereka berdua layaknya kucing dan tikus. "Lo bisa diem gak sih?!!" Bentak Angkasa, entah mengapa suka sekali dia membentak orang. Angga menepis tangan Angkasa yang membekapnya. "Tangan Lo bau terasi!!" Angkasa memutar bola matanya malas. "Udah yuk tha, gue anter pulang" ajak Angga. "Boleh, yok" Anantha segera memasuki mobil milik Angga disusul dengan Angkasa yang duduk dibelakang. "Ngapain Lo?!!" Sentak Angga. "Yaelah, kan rumah kita se komplek, jahat banget gak mau nganterin, gue aduin pak Tono Lo" "Gak usah bawa² nama bapak gue ya!!" "Udah!! Cepetan jalanin mobilnya, capek nih gue pengen cepet rebahan" Anantha menatap kearah luar dengan termenung, tak sengaja pandangnya menangkap sosok yang sangat ia benci, itu ayahnya dan juga Hanum, tengah berpelukan didepan sebuah apartemen mewah, Anantha menggeram kesal, ia pastikan Hanum tidak akan bahagia selamanya. Air mata Anantha kian menetes perlahan, lampu merah baru menyala, itu membuatnya semakin sakit, ketika ayahnya dan Hanum masih bermsraan didepan sana. "Anantha! Lo nangis?" Tanya Angkasa, ia menatap kearah pandangan Anantha, betapa terkejutnya ia melihat pemandangan itu, Angkasa berdecak sebal, matanya menajam kearah pandangan Anantha. Sementara Angga yang melihat itu hanya bisa menenangkan Anantha, ia tau soal isu itu. "Udah ya tha, Lo mending jangan terlalu mikirin itu, besok kan Lo ada jadwal pagi" ujar Angga. Anantha menghela nafasnya, sekarang tak ada lagi kata persahabatan baginya dan Hanum. Sesampainya Anantha dirumah ia segera memasuki kamarnya, namun dikejutkan dengan Ibunya yang menyiapkan beberapa koper yang didalamnya terdapat baju Anantha. "Bunda?" "Anantha, duduk sini nak" Anantha duduk disamping ibunya ditepi ranjang. "Ayah udah ceraikan Bunda nak, sekarang kamu tinggal pilih mau ikut Bunda atau Ayah, karna rumah ini udah di berikan sepenuhnya sama Hanum" Anantha begitu terkejut dengan ucapan ibunya, kisahnya baru dimulai, tapi sudah bermasalah, bagaimana kedepannya (?). "Anantha akan selalu ikut sama Bunda" ujar Anantha pasti. Mira tersenyum kearah anak gadisnya, ia amat sangat bersyukur kepada Tuhan, karna bagaimanapun keadaannya, Anantha akan selalu mengikuti jalan kebenaran. Mereka berdua lanjut mengemasi barang-barang Anantha. "Kita mau tinggal dimana Bun?" Tanya Anantha. "Dirumah Bang Vano" ujar Mira. "Waahh gak sabar banget ketemu bang Vano, rumahnya juga lebih Deket dari Kampus Anantha" ujar Anantha dengan tersenyum manis. "Kamu gak masalah kan kalau ayah sama bunda pisah?" Tanya Mira. Anantha menatap bundanya lekat, ia kembali tersenyum dan menganggukkan kepalanya, melihat itu Mira segera mendekap erat tubuh Anantha dengan sedikit menitikkan air mata. "Maafin Bunda ya nak, belum bisa jadi orang tua yang terbaik buat kamu" "Bunda udah ngelakuin yang terbaik, jadi jangan pernah ngerasa semuanya sia-sia, mending kita cepet beres-beres terus langsung ke rumah bang Vano" ujar Anantha. Mereka berdua segera berkemas dan keluar dari rumah itu, namun saat sampai didepan gerbang rumah, Anantha dan Bundanya dikejutkan dengan kehadiran seseorang. "Anantha.." Anantha yang merasa dipanggil oleh orang itu hanya memalingkan pandangannya. "Kamu mau bawa kemana Anantha?!" Sentak orang itu pada Mira. "Aku mau bawa dia pergi" jawab Mira. "Anantha.. dengerin ayah nak.. maafin ayah ya, ayah akan turutin semua permintaan kamu, kamu mau apa? Uang? Tas? Baju baru?" Tanya Ayah Anantha bertubi-tubi. Anantha menatap sengit Ayahnya, tak pernah terpikirkan jika ayahnya akan berkata seperti itu. "Apa difikirin ayah itu cuma uang, uang, dan uang?" Tanya Anantha, rasa benci itu semakin besar pada lubuk hatinya. Ibra terdiam seribu kata, Anantha mengalihkan pandangannya kearah sosok perempuan yang tengah berdiri di ambang pintu dengan menggendong bayi. Anantha tak dapat membohongi perasaannya, ia kecewa, sangat kecewa, mengapa ayahnya bisa berbuat hal sekeji itu dengan sahabatnya sendiri. "Ayo Anantha" Mira menarik tangan Anantha untuk segera pergi dari tempat itu. "ANANTHA! SATU LANGKAH KAMU INJAKAN KAKI KELUAR DARI RUMAH INI, JANGAN PERNAH ANGGAP AYAH SEBAGAI ORANG TUA KAMU!!" bentak Ibra. Anantha menatap ayahnya tak percaya, ia menyuruh Mira untuk lebih dahulu memasuki mobil taksi yang sudah menunggu didepan. "Ayah? Maaf ayah saya sudah tidak ada" ucap Anantha dengan sopan, ia berhenti tepat di samping Hanum. "Bic*h" bisik Anantha pada Hanum, setelah itu ia benar-benar pergi dari rumah Neraka itu. Sementara Ibra, ia menatap kosong kepergian putri tercintanya, setetes air mata perlahan jatuh dari pelupuk matanya, mengingat apa yang dikatakan Anantha tadi benar-benar menyakiti hatinya, itu adalah luka terbesar bagi seorang ayah. "AAAARHHGGGG!!!!" Teriak Ibra. ••• "Udah ya, bunda jangan sedih terus, kita mulai lembaran baru, jangan pernah lihat kebelakang lagi" ucap Anantha. Mira tersenyum kearah Anantha, ia sangat bersyukur kepada Tuhan karna telah menghadirkan sosok anak tangguh seperti Anantha. Malam itu menjadi saksi bisu kepergiannya dari sosok yang selama ini ia anggap pahlawan, Anantha benar-benar terluka, tak bisa terbayangkan jika ia sesakit ini bagaimana dengan ibunya itu?. Sesampainya dirumah Vano, kakak laki-laki Anantha. Keduanya disambut dengan raut kebingungan dari pemilik rumah megah itu. "Loh Bunda, Anantha, ada apa?" Tanya Vano bingung. Mira hanya menatap Anak sulungnya itu dengan sendu, Vano yang ditatap seperti itu mulai Faham, apa yang selama ini ia fikirkan ternyata benar. "Yaudah kalian masuk dulu" Kedua perempuan itu masuk kedalam atmosfer yang begitu megah itu. "Bunda.." seorang gadis datang dari arah dapur, sosok gadis yang begitu cantik, berkulit putih nan tinggi. "Kak Nana" Anantha berlari kearah Kakak iparnya dan memeluknya dengan erat. Perempuan bernama Nana itu adalah istri Vano, mereka berdua telah menikah 3 tahun lalu, yang awalnya Keduanya memang telah setuju akan menetap dirumah milik keluarga Vano namun terhenti karna Vano yang telah jengah dengan sikap ayahnya yang mulai sedikit kasar. "Nana.. tolong buatin minum bentar ya" titah Vano pada istrinya. Nana hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya, setelah itu ia pergi kearah dapur bersama Anantha. Vano duduk didepan ibunya, ia menghela nafas resah. "Maafin Bunda ya Vano.. Bunda udah banyak nyusahin kamu" ujar Mira. "Bunda ngomong apa sih? Vano sama sekali gak ngerasa di susahin sama Bunda. Bunda yang kuat ya Vano yakin Bunda bisa ngelewatin ini semua" ujar Vano. Tak lama setelah itu Nana dan Anantha datang dengan membawa nampan berisi minuman. "Jadi gimana ceritanya Bun?" Tanya Nana. Mira menghela nafasnya setelah itu ia mulai menceritakan semuanya tentang kisahnya bersama Anantha. Usai mendengar kisah dari Ibunya rahang Vano mengeras, ia tak terima jika perempuan yang paling ia cintai disakiti oleh pria keji seperti Ibra. "Vano akan bikin perhitungan sama mereka Bun" ujar Vano yang telah tersulut emosi. "Vano, bagaimanapun itu ayah kamu" "Ayah?! Mulai detik ini aku gak akan nganggep dia Sebagai ayah!!" Tekan Vano, ia berlalu meninggalkan ketiga perempuan itu di ruang tamu. "Mending Bunda sama Anantha istirahat ya, ayo aku tunjukkin kamarnya" ajak Nana. Mereka bertiga pergi ke lantai atas, kamar Mira terletak di tengah, sementara Anantha berada di pojok kiri. "Mulai sekarang ini kamar kamu, jangan sungkan kalau ada apa-apa bilang aja ke kakak ya" ujar Nana. "Makasih kak, aku sama bunda gak tau lagi mau ngapain kalau seandainya gak ada kalian berdua" ujar Anantha. Nana hanya tersenyum, ia menggenggam tangan gadis didepannya itu dan setelah itu berpamitan untuk kembali ke kamarnya. Anantha memasuki ruangan serba Coklat itu, menghirup aroma lemon dari pewangi ruangan yang terletak di AC kamar itu. Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk itu, menatap kearah langit-langit kamar dengan tatapan kosong. "Kenapa harus aku?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Ia terlelap usai menghabiskan waktunya untuk menangis. 05.57 Anantha terbangun dari tidurnya ketika cahaya matahari mulai menyinari wajahnya, ia berjalan kearah kaca besar yang terletak disebelah jendela disana, memandangi wajahnya yang terlihat lesuh. "Anantha.." Anantha menatap seseorang yang tengah berdiri di ambang pintu kamarnya, itu ibunya. Mira menghampiri Anak perempuannya itu. "Sana mandi, kamu ada jadwal pagi kan?" Tanya Mira seraya merapikan tempat tidur Anantha, Anantha menganggukkan kepalanya dengan tetap memandangi jendela kamarnya. "Anantha.. jangan difikirin lagi ya, yang berlalu biarlah berlalu" ujar Mira setelah itu ia meninggalkan kamar Anantha. "Gimana bisa Bunda sekuat itu sementara aku serapuh ini?" Anantha menghela nafasnya, ia segera bersiap untuk pergi kuliah. Usai membersihkan diri, Anantha menatap pantulan dirinya di kaca besar itu, celana Coklat yang agak besar, dan kemeja putih, itu saja sudah membuatnya terlihat benar-benar cantik. "Oke Anantha, kali ini Lo harus berubah jadi diri Lo sendiri, bukan jadi cewek sinetron yang kesenggol langsung nangis" monolog Anantha. Ia tersenyum tipis, semoga hari ini baik-baik saja, pikirnya.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Selir Ahli Racun

read
10.8K
bc

Romantic Ghost

read
165.4K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
150.0K
bc

Istri yang Terlupakan

read
12.5K
bc

The King's Slave (Indonesia)

read
188.8K
bc

Wolf Alliance Series : The Path of Conquest

read
40.6K
bc

Wolf Alliance Series : The Gate of Sin

read
41.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook