32. Pengantin Baru 2.0

1768 Words

Mas Iqbal terus mengganggam tanganku. Dia duduk lebih depan dariku, seolah ingin melindungiku dari Ibu yang terlihat siap menginterogasi. Niat hati sebenarnya kami ingin langsung pulang. Namun, karena Ibu melihat kami keluar dari Pengadilan Agama, mau tak mau kami harus ikut ke rumah beliau untuk menjelaskan semuanya. Selama di perjalanan, aku dan Mas Iqbal sepakat untuk jujur. Jujur di sini dalam arti kami memang sempat mau cerai, tetapi tidak jadi. Untuk alasan bercerai, baru kami tidak akan mengungkapnya. “Masih mau diam aja, Bal?” tanya Ibu sembari menatap tajam ke arah Mas Iqbal. “Ini enggak seperti yang Ibu katakan tadi.” “Jadi apa? Pengadilan Agama itu ya tempatnya orang mau cerai, Iqbal!” “Tapi Pengadilan Agama enggak cuma ngurusin orang cerai, Bu. Mereka juga ada fungs

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD