Bulan demi bulan berlalu aku mejalani kehidupan pernikahan yang tampak baik-baik saja, tetapi sebenarnya tidak demikian. Setengah tahun sudah sejak Mas Iqbal menjabat tangan Papa di depan penghulu, selama itu pula aku harus puas dengan kontak fisik seadanya.
Mas Iqbal tak berubah, dia masih terus memperlakukanku dengan baik, hanya saja perlakukannya itu lama kelaman membuatku bosan. Bosan dalam arti aku ingin yang lebih dari sekedar apa yang kami lakukan selama ini.
Aku bahkan mulai tak peduli kalau aku dikata perempuan agresif. Aku mulai lelah dengan penantian yang aku sendiri tidak tahu kapan akan berakhir. Parahnya, bisa jadi tidak bermuara.
Sampai kapan aku harus bersabar? Sampai kapan pula aku harus menahan hasratku yang terkadang naik secara tiba-tiba karena Mas Iqbal tak jarang
